nusabali

Kumpulkan Sisa Dagangan, Coba Bangkit dari Nol

Kisah Pilu Pedagang Pasca Pasar Umum Blahbatuh Terbakar

  • www.nusabali.com-kumpulkan-sisa-dagangan-coba-bangkit-dari-nol

GIANYAR, NusaBali
Musibah kebakaran Pasar Umum Blahbatuh, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Selasa (15/6) sore, menyisakan sedih mendalam ratusan pedagang.

Pasca kebakaran hebat itu, Rabu (16/6), para pedagang tumpah ke area pasar untuk mengumpulkan sisa-sisa barang dagangan yang masih bisa selamatkan. Mereka pun mencoba bangkit dari nol. Masyarakat sekitar pun penasaran hingga masuk jauh ke dalam pasar. Padahal area pasar telah dipasangi police line.

Salah seorang pedagang Pasar Umum Blahbatuh Ni Made Lungi mengaku rugi sekitar Rp 300 juta, karena barang-barangnya ludes terbakar. Pedagang perlengkapan upakara ini memiliki kios, los dan pelataran. Kendatipun demikian, pihaknya masih berusaha mencari puing-puing barang dagangan yang masih bisa diselamatkan. Nampak sejumlah orang anak buahnya dikerahkan untuk mengamankan barang dagangan seperti uang kepeng.

Made Lungi berharap dalam ngaben massal Juni 2021 ini barang dagangannya laku laris, namun sayang terkena musibah kebakaran. Dia mengaku masih memiliki sejumlah utang uang pinjaman di bank. Terkait rencana relokasi ke Pasar Yadnya Blahbatuh, Ni Made Lungi mengaku akan mengikuti arahan Pemkab Gianyar.

Pantauan di lokasi, para pedagang berusaha mengamankan/mengambil barang-barang dagangan yang bisa diamankan dan dijual kembali. Dalam Pasar Umum Blahbatuh, semua barang dagangan terutama alat-alat “yadnya” semua ludes terbakar. Bahkan tempat rak-rak besi hancur, sejumlah timbangan jongkok juga hancur. Disejumlah sudut masih nampak asap tertanda masih ada api. Bahkan di bagian depan los-los, petugas Pemadam Pemkab Gianyar masih melakukan pemadaman.

Nampak sejumlah polisi baik dari Polsek Blahbatuh dan dibantu Polres Gianyar melakukan penjagaan dan pengaturan. Sebab tidak sedikit masyarakat terutama pengendara motor dan mobil ingin tahu dan berhenti. Hal ini membuat ruas jalan simpang empat depan Pasar Umum Blahbatuh macet. Polisi menggunakan pengeras suara untuk melarang pengguna jalan berhenti di depan pasar guna menghindari kemacetan.

Sementara itu, rata-rata pedagang sudah berjualan sejak 30an tahun silam. Mulai dari nol hingga bisa membesarkan dan menyekolahkan anak. Kini, kembali pada titik nol karena tak banyak barang dagangan yang bisa diselamatkan. Seperti diungkapkan seorang pedagang alat upakara, Ni Made Muryani,52, asal Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh. Dia berdagang sejak usia 17 tahun atau sekitar tahun 1986, mengikuti jejak orangtua. Dia memiliki 3 kios dan satu gudang, menjual perlengkapan upakara Panca Yadnya. Jika tidak dilanda musibah kebakaran, Made Muryani semestinya untung besar. Sebab beberapa desa di Gianyar sedang persiapan Ngaben Massal. "Sekarang dah lagi ramai-ramainya orang belanja, tapi hari ini semua ludes," ujarnya.

Kerugian 3 kios miliknya diperkirakan Rp 250 juta. Tidak satu pun barang dagangannya selamat. Dia belum tahu rencana ke depan pasca kebakaran. "Saya ambil saja dulu formulir pindah ke Pasar Yadnya. Belum tahu juga nanti gimana caranya jualan kembali," ungkapnya. Terutama untuk modal usaha, Made Muryani berencana menjual salah satu kendaraan.

Dia syok karena beberapa hari lalu membeli dagangan Rp 12 juta. Saat kebakaran, Made Muryani sedang di rumahnya, karena pulang sekitar pukul 16.00 Wita. Seingatnya, kebakaran pernah terjadi beberapa kali. Namun kategori kecil hanya meludeskan satu kios. "Ini paling parah," ungkapnya. Ibu empat anak ini merasa, hangusnya 3 kios bagaikan kehilangan keluarga. Sebab kebanyakan waktunya dihabiskan di pasar mulai pukul 05.00 Wita - 16.00 Wita. Dia mencoba iklaskan.

Pedagang lain I Nengah Sumerta,51, mengatakan berjualan kosmetik sejak 28 tahun. "Sedih sekali karena kehilangan satu-satunya mata pencarian. Hanya ini yang saya andalkan untuk makan sehari-hari. Sejak anak saya kecil saya sudah jualan disini," ujarnya lirih. Pria asal Banjar Tengah, Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung, Klungkung ini mengku rugi Rp 150 juta. Sehari-harinya Sumerta berjualan dibantu oleh anaknya yang dirumahkan dari tempatnya bekerja akibat pandemi Covid-19. Dia memiliki 3 blok kios. *nvi

Komentar