nusabali

Terbitkan Buku Ke-4 tentang Dia dan Penyakitnya

Agus Setiawan Penyandang Disabilitas

  • www.nusabali.com-terbitkan-buku-ke-4-tentang-dia-dan-penyakitnya

SINGARAJA, NusaBali
Putu Agus Setiawan, 34, penyandang disabilitas Muscular Dystrophy asal Banjar Dinas Yeh Anakan, Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt, Buleleng kembali menerbitkan buku keempatnya.

Buku yang dirilis awal Juni ini berjudul "Aku dan Muscular Dystrophy', menceritakan kisah anak sulung tiga bersaudara ini dengan penyakit yang dideritanya. Buku pertamanya dia tulis pada tahun 2018 dengan judul 'Menembus Kemelut Kehidupan', kemudian disusul buku kedua pada tahun yang sama dengan judul 'Mengusir Gelap dengan Cahaya' dan buku ketiga 'Jiwa-Jiwa Tangguh Berkarya' pada tahun 2019 lalu. Agus Setiawan merupakan salah satu penderita Muscular Dystrophy. Penyakit melemahnya otot-otot dalam tubuhnya dialami saat menginjak usia balita. Hal yang sama juga terjadi pada saudarinya Kadek Windari, 31.

Kondisi sulit yang dialami kakak beradik ini pun diperparah dengan kondisi orangtuanya yang tidak mampu. Almarhum ayahnya Ketut Punia dulu hanya bekerja sebagai tukang ukir, sedangkan ibunya Komang Warsiki, 51, hanya sebagai ibu rumah tangga. Namun keluarga ini masih bersyukur kondisi sehat dan normal dijalani oleh adik bungsu mereka Bunga Ayu Lestari, 10. Agus dan saudarinya Windari sebenarnya tak pernah mengenyam bangku sekolah. Namun hebatnya mereka bisa membaca, berhitung dan menguasai teknologi secara autodidak, dengan bimbingan ibunya. Pria kelahiran 14 Februari 1987 ini, di tengah keterbatasannya mampu menyelesaikan buku setebal 74 halaman dalam waktu 15 hari saja.

“Buku ini saya kerjakan selama 15 hari, ketik di HP dengan satu jari. Isinya tentang biografi saya sebagai penderita Muscular Dystrophy. Selain itu saya juga isi dengan sedikit penjelasan tentang penyakit yang saya derita dan Komunitas Cahaya Hati yang saya bentuk bersama teman-teman disabilitas,” ucap penghoby game ini.

Dia mengaku termotivasi membuat buku keempatnya ini, karena ingin memberikan sedikit pemahaman kepada penyandang penyakit pelemahan otot seperti dia dan adiknya. Selain itu juga pegangan bagi orangtua yang memiliki anak dengan penyakit Muscular Dystrophy ini. “Saya ingin buku saya bisa menjadi acuan orangtua yang memiliki anak seperti saya, bagaimana menangani dan memahami mereka dengan baik,” imbuh dia.

Buku keempatnya ini pun masih dipercayakan untuk dieditori oleh Aryanta Soetama. Cetakan pertama sebanyak 300 eksemplar sudah terjual setengahnya, yang dipasarkan melalui online. Hebatnya, 6 persen atau Rp 5.000 dari harga jual buku dia sisihkan untuk didonasikan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. “Ini selalu saya lakukan setiap menerbitkan buku, seperti buku ini saya jual dengan harga delapan puluh ribu sudah include ongkir dan donasi. Dengan keterbatasan saya dan adik saya, selain menjadi tulang punggung keluarga juga ingin berbagi kepada sesama,” ungkapnya. Bahkan penjualan bukunya pernah meledak dan tembus 3.600 eksemplar pada buku terbitan pertama tahun 2018 lalu.

Sementara itu sebagai tulang punggung keluarga dia juga dibantu oleh adiknya Kadek Windari yang masih aktif sebagai pelukis disabilitas dengan karya-karya yang spektakuler. Dia pun berharap gerakan dan kreatifitas yang dilakukan bersama adiknya bisa memberika motivasi kepada sesama disabilitas dan juga seluruh masyarakat, untuk tidak berhenti berjuang. *k23

Komentar