nusabali

Atmosfer Sakral Air Terjun Taman Sari Jadi Daya Tarik Wisata Religi

  • www.nusabali.com-atmosfer-sakral-air-terjun-taman-sari-jadi-daya-tarik-wisata-religi

GIANYAR, NusaBali.com – Di samping popularitasnya sebagai destinasi wisata tirta yang menakjubkan, Air Terjun Taman Sari di Gianyar mulai dijadikan lokasi wisata religi,  yakni, malukat atau ritual pembersihan diri di Bali.

“Wisata air terjun Taman Sari dan pemandian alami ini tidak hanya menyuguhkan wisata air saja, namun apabila pengunjung ingin malukat, kami bisa arahkan kepada sumber-sumber mata air yang kami sakralkan sebagai media untuk melaksanakan kegiatan melukat,” kata Nyoman Padma Mandala, Sabtu  (12/6/2021).

Padma Mandala adalah salah satu penggagas terciptanya wisata air terjun dan kolam alami Taman Sari yang berlokasi di Banjar Adat Ngenjung Sari, Desa Bakbakan, Kabupaten Gianyar. Sebagai lokasi wisata religi, lokasi air terjun sangat mendukung karena  ada banyak pancuran yang berasal dari mata air murni. “Warga desa mensakralkan keberadaannya dari zaman dulu,” ujar Padma Mandala.

Taman Sari yang dikelola oleh warga Banjar Adat Ngenjung Sari memang kerap kedatangan pengunjung yang berkeinginan melakukan kegiatan malukat atau pembersihan diri secara sekala dan niskala menurut kepercayaan masyarakat Hindu di Bali. “Di sini juga ada sumber mata air yang sudah menjadi sumber saluran air ke rumah-rumah warga, dan tidak jarang juga setiap pelaksanaan kegiatan upacara adat, warga desa memohon tirta (air suci) di beberapa pancoran yang ada di wisata air terjun Taman Sari,” terangnya.

Di lokasi air terjun, juga ada Pura Subak Gianyar, yang turut meningkatkan nilai kesakralan dari sumber mata air. Beberapa pengunjung merasakan atmosfer yang berbeda saat berada  di kawasan Air Terjun Taman Sari ini. “Waktu dulu pernah ada tokoh adat atau pamangku datang, ia pun menuturkan kepada saya bahwa terdapat suasana yang berbeda saat berkunjung ke wisata air terjun Taman Sari ini, karena sebelum diresmikan sebagai tempat wisata tahun 2019, lokasi ini memang digunakan warga desa sebagai sumber mata air, atau dalam bahasa Bali disebut Beji, yang sering digunakan sebagai kegiatan keagamaan,” ujarnya.

Padma Mandala yang berprofesi sebagai pemandu wisata ini menuturkan kisah awalnya dalam menggagas ide yang saat ini sudah menjadi salah satu tujuan wisata yang digemari oleh masyarakat Bali. “Awalnya terinspirasi dari berbagai daerah di Bali yang memiliki tempat wisata di setiap desanya sebagai sumber pendapatan desa, di sanalah kami optimis dengan adanya tempat wisata ini dapat meringankan beban warga desa dalam membayar peturunan (iuran) di setiap kegiatan upacara besar yang diadakan desa,” katanya.

Tentunya keberadaan tempat wisata ini tidak adan tercipta tanpa kerja sama yang baik antar warga yang sebelumnya bergotong royong setiap hari Sabtu dan Minggu untuk membersihkan bebatuan sehingga tercipta kolam alami yang bersih dan nyaman seperti sekarang ini.

“Hasil yang diperoleh dari tempat wisata ini kami gunakan sebagai modal untuk mengembangkan tempat wisata ini agar menjadi lebih baik lagi ke depannya,” ujar Padma Mandala.

Mandala dengan warga Desa Bakbakan pun bekerja sama untuk mempromosikan tempat wisata air ini, sehingga wisata air ini sempat viral dan hingga saat ini tetap diminati oleh masyarakat. “Waktu pelaksanaan hari Banyu Pinaruh (upacara yadnya yang dilakukan umat Hindu di Bali setelah hari raya Saraswati) tahun ini, pengunjung itu sampai berjumlah 1.000 orang lebih dalam satu hari, karena kami mengumumkan bahwa wisata air kami buka pukul 02.00 dini hari pada saat itu, jadi masyarakat datang berkunjung silih berganti untuk melakukan kegiatan malukat di sini,” ujar Mandala sembari myakinkan penerapan prokes di masa pandemi bagi pengunjung.

Fasilitas yang disediakan wisata air Taman Sari ialah pemandangan air terjun alami, dua kolam alami, staf pengamanan apabila terjadi kecelakaan pada saat berwisata, ruang ganti, lahan parkir yang luas, akses menuju air terjun yang singkat dan nyaman, serta locker yang bermuatan besar. “Pada awal diresmikannya sebagai tempat wisata kami hanya menerapkan sistem donasi. Tapi saat ini harga tiket masuk untuk anak-anak kami kenakan Rp 10.000, dewasa Rp 15.000 dan wisatawan asing Rp 20.000,” ujarnya.


Sedangkan penyewaan locker berukuran besar dikenakan Rp 10.000 yang bisa menampung barang bawaan hingga tiga orang pengunjung.

Mandala pun berharap tempat wisata Taman Sari dapat berkembang seiring berjalannya waktu, dan ia pun berharap agar masa pandemi segera berakhir karena pihaknya mengalami penurunan pengunjung hingga 50 persen lebih.

Sebelum pandemi,  rata-rata pengunjung yang datang mencapai 100-200 orang per hari. Namun saat pandemi, rata-rata pengunjung 30-60 orang. Kecuali akhir pekan akan mengalami peningkatan hingga 100 orang bahkan lebih. “Harapannya masyarakat selalu bekerja sama saling bahu-membahu agar tempat wisata ini terus berkembang, karena tempat wisata ini nantinya akan diwarisi oleh generasi penerus di desa kami,” tutupnya. *rma

Komentar