nusabali

Karangasem Tampilkan Pagambuh Senior

  • www.nusabali.com-karangasem-tampilkan-pagambuh-senior

AMLAPURA, NusaBali
Sekaa Gambuh Bajra Jnana dari Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem, siap pentas dalam PKB (Pesta Kesenian Bali) XLIII di Gedung Natia Mandala ISI Denpasar, Senin (21/6). Untuk pentas  di PKB, sekaa ini menampilkan pagambuh senior

Seka tersebut konsisten latihan di Pasraman Bajra Jnana, dan setiap Minggu di Wantilan Pura Dalem, Desa Adat Budakeling, Desa Budakeling. Di Pasraman Bajra Jnana ada tiga generasi penari gambuh. Namun penari yang akan dipentaskan di PKB nanti merupakan generasi paling senior, sehingga tidak sulit menjalani proses  latihan. Hanya tinggal memadukan gerak tari, dialog, agar seirama dengan tabuh.

Sekaa Gambuh ini diperkuat 20 penari dan 15 penabuh. Selama latihan, para penari di bawah arahan Ida Ayu Karang Adnyani Dewi dan penabuh dibimbing Ida Wayan Oka Adnyana. Ida Ayu Karang Adnyani Dewi, juga terjun langsung sebagai penari.

Ida Ayu Karang Adnyani Dewi mengatakan Sekaa Gambuh ini pentas di PKB atas permintaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Latihannya intensif sejak Maret 2021. Secara teknis tidak ada kendala. ‘’Karena penari yang ditampilkan adalah para penari senior yang berpengalaman,’’ ujarnya, Jumat (4/6).

Antara lain, sebagai penari condong, langsung diperankan Ida Ayu Karang Adnyana Dewi, penari galuh Ida Ayu Santhi Adnyani Dewi yang juga Kelian Sekaa Bajra Jnana, prabu Ida Made Basmadi dan lain-lain.

Sebagaimana dikenal masyarakat Bali, Tari Gambuh merupakan sumber seni klasik. Tarian ini kombinasi antara seni suara, seni drama, seni tari, seni rupa, seni sastra, dan lain-lain. Selama ini Tari Gambuh identik dimainkan para seniman tua. Setiap pentas wajib diiringi gamelan berlaras pelog saih pitu. Pemeranan dalam gambuh yakni  Condong, Galuh, Capung, Kakan-Kakan, Putri, Arya, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung Turas, Penasar, dan Prabu.

Semua pemeran tersebut wajib mampu berdilog dengan bahasa Kawi. Pertunjukkan gambuh biasanya di area segi empat yang disebut kalangan, dengan dibatasi bambu (tangluk) sebagai pemisah dengan penonton.

Tari Gambuh yang utama menghadirkan ekspresi muka, dikombinasikan gerak mata yang disebut nelik, nyureng, gagilehan, nyerere, nyeledet (melirik), menambah hidupnya drama tari. Setiap tokoh gambuh memiliki iringan gending tabuh tersendiri yang dipandu seruling panjang 90 cm. Misalnya, Tari Condong diiringi tabuh subandar, Tari Kakan-kakan diiringi tabuh sumambang, Tari Arya diiringi Tabuh Sekar Gadung, Tari Demang Tumenggung diiringi Tabuh Bapang Gede, Tari Panji diiringi Tabuh Lengker, Tari Penasar diiringi Tabuh Bapang, Prabu siiringi Tabuh Godeg Miring dan sebagainya.

Gamelan yang mengiringi juga terdiri dari Rebab, Seruling Pegambuhan, sepasang Kendang, Kajar, Klenang, Ricik, Kenyir, Gentorang, Gumanak, dan Kongsi. Selama ini, biasanya gambuh dipentaskan berkaitan upacara Dewa Yadnya. Sehingga menambah khusyuknya ritual. Sebelum pentas diawali upacara Matur Piuning, terlebih lagi salah satu gelungan penari gambuh ada yang dikeramatkan.

Para penari dari Desa Budakeling walau rata-rata berpengalaman, di pentas nanti menanggung beban psikologis. "Makanya tetap melakukan persiapan intensif. Sebab, secara psikologis merasa beban, karena nantinya pentas ditonton para pakar seni, ada profesor, ada dosen ISI, pengamat dan lain-lain," kata Ida Ayu Karang Adnyani Dewi.

Penari Gambuh Ida Made Basmadi, mengatakan secara teknis tidak ada kendala. Sebab, telah terbiasa menari gambuh. "Selama latihan, hanya menyetel dialog, dan gerak tari. Gerak tari juga agar seirama dengan tabuh yang mengiringi," kata Ida Made Basmadi, yang juga penari topeng.

Dari segi kemampuan penabuh, menurut Ida Wayan Oka Adnyana, juga tidak ada kendala. Terutama para peniup seruling, sesuai pakemnya. "Selama ini, penari, dan penabuh kompak, karena telah seringnya latihan, lagi pula telah biasa latihan bersama di Pasraman Bajra Jnana," jelas Ida Wayan Oka Adnyana. *k16

Komentar