nusabali

Bersedia Digundul! Penari Bebarisan Sekaa Gong Kebyar Bala Adhikara Desa Dawan Kaler

  • www.nusabali.com-bersedia-digundul-penari-bebarisan-sekaa-gong-kebyar-bala-adhikara-desa-dawan-kaler

SEMARAPURA, NusaBali.com – Menjelang pelaksanaan Pesta Kesenian Bali XLIII yang dibuka pada Sabtu (12/6/2021) mendatang, Sekaa Gong Kebyar Bala Adhikara Desa Dawan Kaler, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung sudah menjalani proses perekaman.

Proses perekaman Tarian Bebarisan dengan judul  ‘Pertiwa’ yang dilaksanakan di Ardha Candra, Art Center Denpasar itu berjalan lancar pada Minggu (23/5/2021) lalu.  

Tarian yang digarap oleh Agung Putra Dalem serta penata tabuh Soma Bhaskara dan Agung Arys Prayoga ini merupakan Tari Baris Pamedak atau Baris Prosesi.

Kata ‘Pertiwa’ sendiri  memiliki arti ‘Palebon’ atau upacara pitra yadnya yang hanya dipakai untuk upacara Palebon Sang Raja. Tari Baris ini terinspirasi prosesi upacara Pertiwa Raja Klungkung Ida Dwagung Oka Geg pada tahun 1965.

Uniknya sebelum menentukan para penari yang pentas dalam pesta kesenian terbesar di Bali ini, ada persyaratan bagi para penari untuk bersedia dicukur habis rambutnya alias digundul. 

Setelah itu, baru terpilih sembilan pria yang tergabung dalam wadah pecinta dan pelaku seni pertunjukan SEKUNI (Seniman Klungkung Berani). “Rambut penari yang digundul mencerminkan bagaimana masyarakat zaman dulu mengabdikan dirinya pada raja. Mereka  memberi penghormatan terakhir pada prosesi Pertiwa dengan memotong habis rambutnya,” kata Agung Putra Dalem, selaku penata tari.


Tari Pertiwa mengangkat jalannya proses upacara layon/jenazah Raja Klungkung Ida Dwagung Oka Geg. “Proses pertama sami tedun mendak Ida Sang Nata yang berarti membawa beliau menuju tempat penyiraman, setelah itu nyiramin upacara layon yang berarti proses pemandian layon beliau. Selanjutnya yang ketiga ngaturang tarpana saji, baris mesolah yang berarti memberikan doa-doa setelah upacara pemandian,” kata Agung Putra Dalem, selaku penata tari.

Kemudian Tari Baris mesolah/ dipentaskan sebelum dilanjutkan dengan sami panjake rauh tangkil mesatya. “Pada tangkil mesatya,  para penari melakukan proses pemotongan rambut hingga bersih atau botak juga,” kata Agung. 

Setelah itu diikuti dengan mendak Ida sang nata nyujur tumpang solas, yaitu, prosesi membawa layon menuju tumpang solas atau bade tumpang solas.

Dalam proses pembuatan tarian ini, Agung Putra mengaku sedikit kesulitan dalam menceritakan bagaimana megahnya prosesi upacara Pertiwa Raja Klungkung Ida Dwagung Oka Geg pada tahun 1965. “Saya riset terlebih dahulu, apa sih kejadian yang bisa diangkat dari upacara Pertiwa beliau ke dalam Baris Pertiwa ini. Karena pada masa itu, tahun 1965, mungkin orangtua saya juga belum ada, jadi bagaimana bisa saya mengimplementasikan untuk dibawa ke masa sekarang,” ujar Agung.

Namun Agung mengaku ‘terbantu’ dengan prosesi mesatya Permaisuri terakhir pada tahun 2014. “Saya jadi bisa membayangkan bagaimana proses mesatya pada tahun 1965,” tambah Agung.


Tidak seperti Tari Bali pada umumnya yang sudah memiliki pakem, gerak tari ini dibuat klasik, dengan gerak yang nyeleneh, sedikit aneh tapi memiliki keunikan yang menjadi daya tarik untuk dilihat.

“Saya berharap tarian ini bisa digunakan masyarakat, tentunya dengan beberapa  penyederhanaan gerak, struktur, dan prosesnya. Begitu pula properti yang digunakan, karena lumayan berat jika digunakan untuk tarian di masyarakat,“ pungkas Agung. 

Perekaman Tari Pertiwa sendiri dilakukan lebih awal bagi Duta Kabupaten Klungkung ini lantaran PKB di masa pandemi tahun 2021 dilaksanakan secara langsung maupun secara virtual/perekaman yang nantinya ditayangkan pada salah satu stasiun TV lokal. *tja

Komentar