nusabali

Serangan Tikus Mengganas, Subak Gadon Lepasliarkan Tyto Alba

  • www.nusabali.com-serangan-tikus-mengganas-subak-gadon-lepasliarkan-tyto-alba

TABANAN, NusaBali
Subak Gadon I Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan, akan melepasliarkan empat ekor Tyto Alba (burung hantu).

Konsep ini diterapkan untuk mengantisipasi serangan hama tikus secara alami. Pakaseh telah mengambil empat ekor Tyto Alba pada Kelompok Tuwut di Banjar Pagi, Desa Senganan, Kecamatan Penebel. Kelompok Tuwut adalah salah satu kelompok yang mengonservasi burung hantu.

Ketua Kelompok Tuwut I Made Jonita atau yang kerap dipanggil Dek Enjoy, mengatakan kisah Subak Gadon mulai lepasliarkan Tyto Alba sangat panjang. Konon habitat asli Tyto Alba ini ada di Pura Pekendungan, Kecamatan Kediri.

Lalu di awal 2015 Kelompok Tuwut dan Subak Gadon I mulai merencanakan konservasi, kemudian ke Pura Pekendungan untuk memohon berkah. Namun seiring berjalannya waktu, subak di sekitaran Pandak Gede justru terkena dampak serangan hama tikus.

“Kondisi ini menjadi tanda tanya bagi kami, padahal daerah ini dipercaya sebagai pusat burung ini, kenapa serangan hama tak terelakkan,” ungkap Dek Enjoy, Rabu (26/5).

Namun pertanyaan ini seakan mendapat jawaban dan petunjuk. Pada 20 Maret 2021, Pekaseh Subak Gadon I I Made Budi Artawan mendapati plafon rumah tetangganya di Banjar Kebon, Desa Pandak Gede ada induk Tyto Alba dengan lima ekor anakan. “Anakan ini atau sebanyak empat ekor dititip ke kami untuk dipelihara dan diajarkan untuk memangsa tikus,” beber Dek Enjoy.

Setelah dipelihara, akhirnya pada 25 Mei 2021, empat ekor Tyto Alba tersebut diserahkan kepada Pakaseh Subak Gadon I. Sebelum dilepas, burung ini akan dikarantina di rubuha (rumah burung hantu) yang sudah dibuatkan Pakaseh Subak Gadon I. “Terkesan lucu memang, burung kembali ke pusatnya, namun kami berkeyakinan kami mengembalikan fungsi burung hantu yang ada di Desa Pandak Gede kembali berfungsi mengendalikan hama tikus,” tegas Dek Enjoy .

Sementara itu, Pakaseh Subak Gadon I Made Budi Artawan menegaskan, saat ini hama tikus masih belum bisa dikendalikan oleh petani. Untuk itu pakaseh memutuskan untuk membasmi dengan cara alami dengan memanfaatkan Tyto Alba. “Kami di Subak Gadon I baru mengolah tanah, dan petani sudah menyemai benih. Rata-rata bibit di pesemaian sudah dirusak tikus,” ujarnya.

Kondisi itulah yang menyebabkan Pakaseh Subak Gadon I memulai melepasliarkan Tyto Alba tersebut. Pakaseh telah mengambil empat ekor burung yang sebelumnya dikonservasi oleh Kelompok Tuwut di Banjar Pagi, Desa Senganan, Kecamatan Penebel. “Sekarang empat ekor burung ini kami karantina di rubuha. Saat ini kami baru punya dua rubuha. Setelah dua minggu baru kita lepas,” tutur Budi Artawan. Dia berharap dengan keberadaan Tyto Alba ini serangan tikus bisa mereda di Subak Gadon I.  *des

Komentar