nusabali

Ojek Pangkalan Denpasar, Mencoba Bertahan di Tengah Desakan Ojek Online

  • www.nusabali.com-ojek-pangkalan-denpasar-mencoba-bertahan-di-tengah-desakan-ojek-online

DENPASAR, NusaBali.com- Di tengah serbuan ojek online (ojol) di Kota Denpasar,  ternyata masih ada ojek pangkalan (opang) yang masih eksis melayani warga.

Setidaknya di Denpasar ada dua pangkalan yang masih beroperasi, yakni di Kawasan Pasar Sanglah dan Terminal Ubung, kendati sudah tinggal segelintir yang melayani penumpang.

Mereka pun enggan bergabung ke penyedia aplikasi online seperti Gojek, Grab ataupun Maxim. Alasannya, sudah merasa nyaman dengan keadaan yang dilakoni, ataupun karena terkendala batasan usia yang umumnya membatasi driver ojol maksimal 50 tahun.

Alhasil pertarungan memperebutkan penumpang menjadi tak terelakkan. Dan kemajuan teknologi pun membuat opang menjadi makin terdesak dan menyisakan segelintir orang.

“Banyak pelanggan saya di sini diambil ojek online,” ujar I Ketut Sumerta Jaya, tukang ojek ketika ditemui di pangkalan Ojek Sabar, di seputaran Pasar Sanglah Denpasar, Selasa (25/5/2021).

Pria yang sudah 20 tahun menggeluti profesi tukang ojek ini menuturkan kalau saat ini hanya tersisa tiga orang termasuk dirinya yang masih mangkal di pangkalan Ojek Sabar. “Sekarang sedikit, di Denpasar cuma sisa di sini sama di Ubung, di Ubung pun sama sedikit juga,” ungkapnya.

Dirinya mengaku malas bergabung dengan ojek online karena telah memiliki pelanggan sendiri. “Kalau ojek pangkalan itu kelebihannya harga tidak saklek. Pernah pelanggan hanya punya uang Rp 10.000, saya antar dari sini (Sanglah) ke Sidakarya,” ujar Merta.

Untuk saat ini, di masa pandemi covid-19, Merta mengaku dalam sehari bisa meraup sekitar Rp 100.000. “Dulu sebelum pandemi saya biasa dapat Rp. 150.000, sekarang situasi seperti ini sulit,” ungkap pria asal Abang, Karangasem ini.

“Saya memiliki pelanggan yang biasa minta diantar ke Kuta, itu ongkosnya Rp 60.000. Saya juga bisa mengantar sampai Padangbai (Karangasem), kalau itu saya dapat Rp 100.000, kalau di (ojek) online bisa Rp 150.000,” tuturnya.

Dirinya pun tidak berharap banyak kepada pihak-pihak, termasuk pemerintah dalam memperhatikan nasib para tukang ojek pangkalan seperti dirinya. Merta berharap antara ojek online dan ojek pangkalan harus saling menghargai. Seperti misalnya kalau mengambil penumpang jangan di lokasi yang sudah ada ojek pangkalannya.

“Saya cuma berharap kita semua saling menghargai. Kalau mengambil penumpang agak jauh lah dari sini. Pernah ada ojek online yang menjemput penumpang tepat di sini, padahal sudah ada plang ojek di sini, ya saya tegur saja,” tutup pria 50 tahun tersebut sambil bergegas pamit karena ada penumpang yang memanggil dari seberang jalan.

Menyikapi keluhan opang, salah satu pengemudi ojek online di seputaran Jalan Teuku Umar Denpasar memberi tanggapanya. “Antara pengemudi ojek online dan ojek pangkalan harusnya sih sama-sama menghormati dalam mencari penumpang,” kata Rifki Maulana, 20.

Ojol berjaket hijau ini pun bercerita pernah menjemput penumpang di Terminal Ubung Denpasar, tempat mangkal ojek pangkalan. Di awal-awal dirinya menjadi pengemudi ojol tersebut, Rifki sempat diperingatkan para tukang ojek pangkalan di sana  agar tidak menjemput penumpang di seputaran teminal Tipe B tersebut.

“Karena saya baru, saya tidak tahu, itu sampai polisi datang melerai,” klarifikasi pemuda  yang sudah 1,5 tahun menekuni profesi ojol tersebut.

Agar hal serupa tidak terjadi, Rifki mengharapkan para pelanggan juga harus lebih mengerti agar tidak meminta pengemudi ojol menjemput di tempat yang dekat dengan tempat mangkal ojek pangkalan. “Customer juga harus mengerti supaya jemputnya agak jauh dari tempat ojek pangkalan,” saran driver ojol asal Desa Seraya, Karangasem yang tinggal di seputaran Monang-maning ini. *adi

Komentar