nusabali

Pandemi, Produksi Baju Barong Tergantung Pesanan

  • www.nusabali.com-pandemi-produksi-baju-barong-tergantung-pesanan

GIANYAR, NusaBali
Industri rumah tangga berupa Baju Barong di Banjar Kaja Kauh, Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Gianyar, tak luput dari dampak pandemi Covid-19.

Jumlah produksi pun anjlok, dibandingkan sebelum pandemi. Dari awalnya, 500 pcs per hari, kini hanya 50 pcs per hari.


Salah satu perajin baju Barong I Wayan Parwata,31, mengatakan sebelum pandemi, baju Barong paling diminati wisatawan asing maupun domestik. Dia dan keluarganya sudah melakoni usaha ini sejak 40 tahun silam. "Baju ini dijual di pantai atau pasar seni. Dalam perkembangannya, baju khas Beng ini dijual juga di swalayan atau pusat oleh-oleh," jelasnya, Senin (24/5).

Jelas Parwata, produksi baju Barong ini sudah lesu. Di saat normal atau sebelum pandemi, dia bisa membuat 500 pcs dalam sehari. "Sekarang order sangat sedikit, berbagi dengan perajin lain. Paling banyak produksi 4 lusin sehari," jelas Parwata.

Produksi baju tersebut biasanya dipesan oleh pengepul dan sebagiannya diserahkan ke pasar seni, baik di kawasan wisata Kecamatan Ubud, kawasan wisata Kecamatan Kuta, Badung, dan lainnya. “Sekarang ini kami buat baju, hanya mengandalkan pesanan, itu pun sangat sedikit. Asal ada pemasukan,” terangnya.

Baju Barong dimaksud jenis untuk anak-anak (S) sampai dewasa atau ukuran XXXL. “Bahan baku kami ambil di toko, termasuk pewarna," jelas Parwata.

Parwata mengaku, pembuatan baju ini tergolong rumit dan memakan waktu relatif lama. Prosesnya dari pemotongan kain, menjarit, menggambar pola, hingga cuci. Setelah kering barulah digambar barong dan selanjutnya dicuci lagi. “Satu baju memerlukan tiga kali pencucian,” bebernya.

Dikatakannya, di Banjar Kaja Kauh, Desa Beng, hampir semua warga memproduksi baju Barong. Dia melakoni pekerjaan itu sejak anak-anak. "Sekitar 10 tahun lalu. Saya ini meneruskan pekerjaan dari orangtua. Mereka sudah membuat baju barong sejak puluhan tahun juga,” jelasnya. Dalam situasi saat ini, Parwata sangat berharap kondisi pariwisata bisa kembali normal, sehingga perekonomian bias berputar lebih baik. "Harapannya untuk pemerintah segera dibuka pariwisata biar kami bisa kayak dulu lagi," ujarnya. *nvi

Komentar