nusabali

'Stop Konsumsi Olahan Daging Penyu'

Komunitas Peduli Lingkungan Peringati World Turtle Day

  • www.nusabali.com-stop-konsumsi-olahan-daging-penyu

GIANYAR, NusaBali
Komunitas Preventing Plastic Into Ocean (PPITO) menggandeng komunitas peduli lingkungan melepas ratusan ekor tukik di Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Jumat (21/5) pukul 08.00 Wita.

Pelepasliaran tukik ini dalam rangka memperingati World Turtle Day, 23 Mei.  Koordinator komunitas PPITO Putu Durga Laksmi Devi,19, mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk menjaga kelestarian ekosistem penyu.

‘’Caranya, membuat bersih kawasan pantai dari sampah plastik, melepasliarkan tukik. Terpenting, kampanyekan stop konsumsi olahan daging penyu. Demi menjaga ekosistem penyu," jelas Putu Durga.

Komunitas peduli lingkungan yang terlibat kegiatan tersebut, antara lain Komunitas Toltol, Cokot-cokot, Cut, Teman Parta, Megaloman, BEM FIASB UNHI Denpasar, BEM IKBM UNHI Denpasar, Pemerintahan Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, dan daesa adat. Karena dalam suasana pandemi Covid-19, jumlah peserta setiap komunitas dibatasi. "Dengan tidak mengurangi makna, kegiatan ini taat protokol kesehatan," jelasnya.

Komunitas PPITO, kata Putu Durga, digagas oleh anak muda sebagai tanggapan kritis akan masalah sampah palstik yang terjadi di laut.  Ancaman sampah plastik ini pula, dikhawatirkan akan merusak ekosistem penyu. Seperti diungkapkan Pengelolaan Konservasi Penyu Saba Asri I Made Kikik,53. Bahwa plastik yang mengambang di laut dikira ubur-ubur oleh penyu. Sehingga, ketika plastik tersebut dikonsumsi otomatis akan membahayakan bagi kehidupan penyu itu sendiri. "Tak dipungkiri, saat ini masih ada yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya, pantai jadi TPA. Plastik dikira ubur-ubur,dimakan penyu. Sebabkan kematian penyu," ungkapnya.

Made Kikik juga mengajak masyarakat stop konsumsi lawar penyu. "Mari kita kurangi konsumsi penyu. Kecuali untuk upacara. Karena perkembangan dari tukik menjadi penyu itu sangat lambat. Meski sering pelepasan tukik, persentase hidupnya kecil. Dari seribu yang disebar, paling bisa hidup sampai dewasa hanya 1 ekor. Itupun perlu waktu puluhan tahun," ujarnya.

Caranya mengurangi, kata Kikik sangat gampang. "Predator utama penyu adalah manusia, kalau kita tidak nangkap, mereka akan hidup aman. Jadi mengurangi konsumsi penyu itu gampang, jangan aja beli sate atau lawar penyu," ujarnya. Tidak saja penyu, waktu bertelor penyu juga banyak ancaman. "Ada yang mengambil sembarangan, direbus dimakan. Padahal menurut dokter hewan WWF, itu sebenarnya cuma mitos," imbuhnya.

Perbekel Saba Made Redhana mengapresiasi kepedulian komunitas ini. Yang rutin melakukan pembersihan sampah plastik di kawasan Pantai Saba dan melakukan pelepasan tukik. Dalam mengurangi peredaran sampah plastik, 3 desa adat di wilayah ini aktif menggelar plastic exchange. "Antusiasme warga kami memilah sampah plastik mulai tergugah," jelasnya. *nvi

Komentar