nusabali

Habiskan Rp 200 Juta, Jadi Edukasi Sejarah Cikal Bakal Nama Desa Mas

14 Pemahat Bikin Relief Perjalanan Suci Maha Rsi Agastya di Tebing Batu Padas Menuju Pura Beji Dalem Jantur

  • www.nusabali.com-habiskan-rp-200-juta-jadi-edukasi-sejarah-cikal-bakal-nama-desa-mas

Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra tinjau pembuatan relief perjalanan suci Maha Rsi Agastya di Desa Mas, Rabu pagi, bahkan sempat ikut coba memahat tebing batu padas menuju Pura Beji Dalem Jantur

GIANYAR, NusaBali

Sebanyak 14 seniman pahat asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar berjibaku membuat relief perjalanan Maha Rsi Agastya di tebing batu padas menuju Pura Beji Dalem Jantur, Desa Adat Mas. Relief sepanjang 30 meter yang dipahat di tebing batu padas ini nantinya akan menjadi edukasi bagi masyarakat tentang sejarah cikal bakal nama Desa Mas.

Proses pembuatan relief perjalanan suci Maha Rsi Agastya di jalan menuju Pura Beji Dalem Jantur, Desa Adat Mas kini tengah berlangsung. Pembuatan relief di batu padas ini menelan anggaran sekitar 200 juta. Bahkan, Bupati Gianyar Made Agus Mahasaytra sempat terjun ke lokasi untuk meninjau pembuatan relief tersebut, Senin (17/5).

Ada pun 14 seniman pahat yang dilibatkan dalam pembuatan relief di tebing batu padas menuju Pura Beji Dalem Jantur ini semuanya berasal dari Desa Mas, khususnya Banjar Tegalbingin dan Banjar Tarukan. Mereka berjibaku memahat tebing batu padas sejak 11 Mei 2021 lalu dan beberapa hari lagi akan rampung. Para seniman pahat ini dikoordinasikan I Wayan Balik Supartama, pemahat yang juga Ketua LPM Desa Mas.

Kepala Desa (Perbekel) Mas, Wayan Gede Darma Yuda, menjelaskan perjalanan suci Maha Rsi Agastya di Desa Mas pada masa silam berkaitan erat dengan nama sejumlah tempat dan pura di desanya. Antara lain, Pura Bongli, Pura Dalem Jantur, Pura Dalem Panglan, Banjar Tegalbingin, Banjar Teges, dan Desa Mas.

Rsi Agastya adalah orang suci penganut Paksa Siwa asal India Selatan, yang datang ke Bali sekitar abad VIII. "Tema relief menceritakan perjalanan suci Maha Rsi Agastya dari India Selatan sekitar abab VIII pada era Kerajaan Bali Kuno di bawah raja Sri Udayana, untuk memberikan pencerahan tentang Paksa Siwa kepada masyarakat kala itu," jelas Darma Yuda di lokasi pembuatan relief, Senin kemarin.

Menurut Darma Yuda, Maha Rsi Agastya datang ke Bali Dwipa dengan ditemani istrinya, Dewi Maya, yang saat itu sedang hamil tua. Suatu ketika, Dewi Maya memohon kepada Maha Rsi Agastya untuk kembali ke tanah Jawa, karena akan memiliki keturunan. Permohonaan Dewi Maya dikabulkan.

Dewi Maya dan Maha Rsi Agastya pun mulai meninggakan Kerjaan Bali Kuno, berjalan ke arah barat sampai di suatu tempat yang ditumbuhi pohon besar dan dikelilingi persawahan nan indah---di wilayah yang kini bernama Desa Mas. Dewi Maya sangat menikmati suasana tersebut, hingga akhirnya memutuskan batal kembali ke tanah Jawa.

"Tempat tersebut kemudian dibuatkan palinggih untuk beliau berdua (Maha Rsi Agastya dan Dewi Maya, Red) yang diberi nama Pura Bongli. Kata Bongli sendiri berasalk dari buung mewali (batal kembali)," jelas Darma Yuda, yang kemarin didampingi Ketua Pengelolan Desa Wisata Mas, Mangku Kandia.

Dikisahkan, dalam suatu kesempatan Maha Rsi Agastya dan Dewi Maya melanjutkan perjalanan ke sekitar Tegal Tajun, nama awal Banjar Tegal Bingin. Kemudian, perjalanan mereka lanjut (ngelantur) ke tempat yang kini disebut Pura Beji Dalem Jantur.

Menurut Darma Yuda, Dewi Maya yang hamil tua kemudian melahirkan bayi. Ajaibnya, saat lahir bayi suci tersebut telah mengenakan pakaian seorang Pedanda Siwa. Bayi suci nan ajaib tersebut diberi nama Brahma Lelare Sakti, yang dikaitkan dengan cikal bakal dibangunnya Patung Bayi di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Pada akhir tirtayatranya di Bali, Maha Rsi Agastya bersemedi di suatu bukit alang-alang yang ditumbuhi pohon besar disebut bendul. Setelah semedi, Maha Rsi Agastya mendapatkan wahyu agar menancapkan tongkatnya di suatu tempat. Tongkat sakti itu kemudian tumbuh menjadi pohon tangi yang salah satu bunganya berwarna keemasan. "Atas dasar bunga keemasan tersebutlah, wilayah ini disebut Desa Mas," terang Darma Yuda.

Darma Yuda menyebutkan, kisah perjalanan suci Maha Rsi Agastya di Desa Mas ini dipahat dalam bentuk relief sepanjang 30 meter menuju Pura Beji Dalem Juntur. Ke depan, objek ini akan menjadi objek wisata spiritual, karena di Pura Beji Dalem Jantur terdapat air suci dari bulakan untuk pangelukatan.

Selain itu, juga ada sungai dengan aliran air yang sangat deras, sehingga cocok untuk wisata ‘Water Tubing’ bagi wisatawan yang berkunjung sekaligus menikmati indah susur sungai. "Dengan dibuatnya pahatan yang menceritakan asal muasal terbentuknya Desa Mas, menjadi sarana edukasi bagi masyuarakat khususnya generasi,” papar Darma Yuda.

Menurut Darma Yuda, pembuatan relief di tebing batu padas menuju Pura Beji Dalem Jantur ini terinspirasi dari ukiran yang berada di Pura Yeh Pulu dan Pura Goa Gajah. Selain menjadi kebanggaan Desa Mas dan sarana edukasi, relief perjalanan suci Maha Rsi Agastya ini nantinya diharapkan menjadi daya tarik tersendiri untuk menggugah minat wisatawan berkunjung.

Sementara itu, Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra menyempatkan turun meninjau proses pembuatan relief perjhalanan suci Maha Rsi Agastya di tebing batu padas menuju Pura Beji Dalem Jantur, Desa Adat Mas, Senin pagi. Bupati Mahayastra didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar, Ny Surya Adnyani Mahayastra, yang notabene istrinya. Bahkan, Bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan yang juga Ketua DPC PDIP Gianyar ini sempat ikut coba memahat tebing.

Perbekel Mas, Wayan Gede Darma Yuda, menyatakan bersyukur atas kehadiran Bupati Mahayastra. “Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Bupati yang turun langsung melihat pembuatan ukiran relief ini. Hal ini membuat masyarakat yang ikut berpartisipasi sangat merasa dihargai oleh pemimpinnya,” ujar Darma Yuda. *nvi

Komentar