nusabali

Dapur Masing-masing Warga di Desa Punggul Diberikan Tong Edan

Menengok Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal

  • www.nusabali.com-dapur-masing-masing-warga-di-desa-punggul-diberikan-tong-edan

Selain Desa Punggul, empat desa lainnya di Bali yang juga sudah melaksanakan pengelolaan sampah berbasis sumber adalah Desa Taro (Kecamatan Tegallalang, Gianyar), Desa Paksebali (Kecamatan Dawan, Klungkung), Desa Baktiseraga (Kecamatan Buleleng), dan Desa Adat Padang Tegal (Kecamatan Ubud, Gianyar)

MANGUPURA, NusaBali

Gubernur Bali Wayan Koster telah melaunching Keputusan Gubernur Nomor 381/03-P/HK/2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat pada Sukra Kliwon Sungsang, Jumat, 9 April 2021 lalu. Ada 5 desa di Bali yang selama ini sudah melaksanakan pengelolaan berbasis sumber, salah satunya Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung.

Selain Desa Punggul di Kecamatan Abiansemal, empat desa lainnya di Bali yang juga sudah melaksanakan pengelolaan sampah berbasis sumber masing-masing Desa Taro (Kecamatan Tegallalang, Gianyar), Desa Paksebali (Kecamatan Dawan, Klungkung), Desa Baktiseraga (Kecamatan Buleleng), dan Desa Adat Padang Tegal (Kelurah-an/Kecamatan Ubud, Gianyar).

Desa Punggul, Desa Taro, Desa Paksebali, Desa Baktiseraga, dan Desa Adat Padangtegal sudah melaksanakan pengelolaan sampah berbasis sumber jauh sebelum dikeluarkannya Keputusan Gubernur Nomor 381/03-P/HK/2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat. Khusus di Desa Punggul, pengelolaan sampah berbasis sumber telah telah digagas tahun 2016. Setahun kemudia, pada 2017 dimulai dengan pengelolaan sederhana. Barulah pada 2018 pengelolaan sambpah berbasis sumber di Desa Panggul berkembang dengan menggunakan mesin.

Menurut Kepala Desa (Perbekel) Punggul, Kadek Sukarma, pengelolaan sampah berbasis sumber ini berawal dari keprihatinan melihat pintu masuk Desa Punggul yang terkesan sengaja dibuat seperti TPS (Tempat Pembuangan Sampah) liar. Parahnya, ada warga dari luar Kabupaten Badung yang justru ikut membuang sampah di situ.

“Yang buang sampah di pintu masuk Desa Punggul tidak semuanya warga kami. Justru orang-orang luar yang sering memanfaatkan tempat itu untuk pembuangan sampah. Bahkan, kami pernah tangkap pembuang sampah itu dari luar kabupaten yang sengaja buang limbah di situ. Kalau terus dibiarkan, pasti akan semakin parah,” ujar Kadek Sukarma saat ditemui di kediamannya di Desa Panggul, beberapa waktu lalu.

Dari situ, kata Sukarma, pelan-pelan Desa Punggul mulai berbenah ingin mewujudkan ‘Sampah Desa, Tuntas di Desa’. Untuk mencapai tujuan tersebut, Desa Punggul kemudian membentuk TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle) ‘Punggul Hijau’ yang dibangun di atas tanah seluas 10 are di wilayah Banjar Kelodan.

Namun, menurut Sukarma, membangun TPS 3R di Desa Panggul tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, warga Desa Punggul saat itu belum memahami seutuhnya pengelolaan sampah, bahwa sampah jika dikelola dengan baik tidak akan menimbulkan bau.

“Yang menjadi kendala pertama adalah dari warga sendiri. Baru dikatakan akan membangun tempat pengelolaan sampah, warga sudah pesimis duluan. Dibilang nanti bisa menimbulkan bau, mengundang lalat, dan sebagainya. Inilah salah satu kendala yang terjadi di desa-desa selama ini. Sehingga dari situ, kami edukasi terus menerus, agar warga paham kalau sampah dikelola dengan benar, tidak akan menimbulkan bau,” kenang Sukarma.

Untuk membangun TPS 3R, Desa Punggul bekerja sama dengan Yayasan Punggul Hijau dan BUMDes. Yayasan Punggul Hijau yang menyiapkan lahannya, sedangkan pihak desa menyiapkan sarana prasarananya berupa mesin dan tenaga kebersihan yang mengangkut sampah-sampah dari rumah warga.

Sementara untuk pengelolaan sampah di TPS 3R dilakukan oleh Yayasan Punggul Hijau dan BUMDes Desa Pangguh. Jadi, kata Sukarma, tenaga kebersihan yang dipekerjakan oleh desa hanya bertugas mengangkut sampah, tidak mengolah sampah di TPS 3R.

Sukarma menjelaskan, setelah terwujud TPS 3R, pengelolaan sampah kemudian dibagi menjadi dua, yakni sampah yang bisa selesai di rumah tangga dan sampah yang dikelola di TPS 3R. Sampah yang selesai di rumah tangga yakni sampah sisa dapur, diselesaikan dengan menjadikan potongan sayur, buah, dan sisa-sisa makanan lainnya sebagai kompos.

Masing-masing dapur warga di Desa Punggul diberikan Tong Edan, yakni sebuah gentong yang sudah direparasi dengan diisi selang dan saringan. Tong Edan ini untuk menampung sampah sisa makanan yang nantinya akan diberikan cairan bernama Liang, yang diproduksi oleh Tim Penggerak PKK Desa Panggul. Cairan Liang ini sejenis cairan EM-4 yang mengandung mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk tanah.

Dari Tong Edan tersebut, setiap dapur akan menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah. “Sampah yang paling fatal dan paling menimbulkan bau adalah sampah dapur sisa potongan sayur, buah, daging, dan lain-lain. Karena itu, solusinya kita bantu Tong Edan termasuk cairan Liang untuk setiap dapur,” ungkap Sukarma.

“Setiap memasukkan sampah dapur ke Tong Edan, langsung disemprotkan cairan Liang. Setiap hari perlakuannya begitu. Sehingga dalam hitungan minggu, dari Tong Edan itu akan menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman,” lanjut Perbekel Panggul dua kali periode (2013-2019, 2021-2027) ini.

Sukarma memaparkan, selain dibantu Tong Edan di setiap dapur, masing-masing rumah warga juga diberikan 2 unit tempat sampah untuk memilah sampah organik dan non organik. Dengan begitu, praktis pemilahan sampah sudah dilakukan mulai dari rumah. Tempat sampah ini berbahan kampil atau karung beras yang nantinya akan memudahkan petugas kebersihan mengambil ke rumah, tanpa takut sampah tercecer.

Menurut Sukarma, awalnya pengumpulan sampah dilakukan setiap arisan PKK. Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga itu dikumpulkan oleh Bank Sampah, lalu dijual ke BUMDes. Namun, setelah situasi pandemi Covid-19 sekitar Maret 2020 lalu, sampah dijemput ke rumah-rumah oleh tenaga kebersihan.

“Dulu setiap arisan ibu-ibu PKK bawa sampah plastik dan non plastik itu ke banjar. Tapi, cuma sampah plastik yang lebih sering dibawa. Itu ditimbang dan dibeli oleh BUMDesa, kemudian hasilnya dijadikan dalam bentuk tabungan. Namun, sejak pandemi Covid-19, sampah kami jemput ke rumah-rumah secara gratis,” terang Perbekel berlatar belakang sarjana komputer ini.

Alur pengelolaan sampah di Desa Punggul selama pandemi Covid-19 adalah petugas kebersihan mengambil sampah plastik dan non plastik ke tiap rumah. Masing-masing banjar di Desa Punggul memiliki tenaga kebersihan yang direkrut oleh pihak desa. Mereka menjadwalkan pengambilan sampah seminggu sebanyak satu hingga dua kali. Setelah sampah dijemput dari rumah warga, selanjutnya dikirim dan dibongkar TPS 3R Desa Panggul.

Untuk sampah organik seperti sampah daun, langsung dicacah dengan mesin. “Begitu sampah organik datang, langsung dicacah. Hasilnya akan berupa pupuk kompos yang kami beli untuk memupuki tanaman telanjakan yang ada di depan kantor desa,” papar suami dari Ni Kadek Sunarti, yang kini menjabat Ketua Tim Penggerak PKK Desa Punggul ini.

Sebaliknya, untuk sampah plastik yang tidak bernilai jual, akan dicuci dan dibersihkan terlebih dulu. Setelah kering, lalu dipress menjadi gumpalan, kemudian dioven ke dalam mesin. Dari hasil oven, sampah-sampah tersebut akan menjadi semacam tepung. Dari tepung tersebut, kemudian diolah menjadi barang bernilai ekonomis seperti souvenir, piala, cinderamata, patung, hiasan dinding, topeng, dan karya kreatif lainnya.

Versi Sukarma, hingga saat ini kerjasama Desa Punggul, BUMDes, dan Yayasan Punggul Hijau tetap bersinergi mengelola sampah desa agar tuntas di desa. Berkat strategi pengelolaan sampah ini, Desa Punggul melalui Tim Penggerak PKK-nya berhasil meraih ‘Nominasi Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS) Kategori Kabupaten’ dalam kegiatan Lomba Kesatuan Gerak PKK Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Sehat Tingkat Nasional Tahun 2020. TP PKK Desa Punggul masuk dalam nominasi nasional pada Lomba Lingkungan Bersih Sehat. *ind

Komentar