nusabali

Pinjamkan Perabot Upacara Secara Nirsewa

Suka Duka Satya Kedungu Banyuning

  • www.nusabali.com-pinjamkan-perabot-upacara-secara-nirsewa

SINGARAJA, NusaBali
Keberadaan organisasi suka duka di Bali memang sangat lumrah. Seperti namanya, anggota kelompok berkomitmen untuk saling membantu dalam situasi suka maupun duka, utamanya saat melakukan hajatan atau kedukaan.

Begitu pula dengan Suka Duka Satya Kedungu di Kelurahan Banyuning. Kelompok masyarakat ini menginisiasi peminjaman barang dan alat penunjang upacara secara gratis. Gratis, tak hanya untuk anggota, namun juga seluruh krama di Desa Adat Banyuning, Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Ketua Suka Duka Satya Kedungu I Gede Novan Sastrawan,42, mengatakan suka duka yang kini beranggotakan 32 orang ini dirintis sejak tahun 2018. Kini suka duka tersebut resmi terdaftar di Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Organisasi ini pun murni dibentuk oleh masyarakat secara swadaya. Sejauh ini untuk suka duka dengan inventaris barang kelengkapan upacara dari tenda (taring,red) hingga alat masak hanya gratis untuk anggota. Keluar dari keanggotaan pasti sistem sewa. “Kalau kami tidak hanya untuk anggota saja, tetapi juga untuk seluruh krama desa Banyuning yang mau pinjam kami berikan gratis juga,” ucap Novan yang ditemui, Jumat (30/4), didampingi Ketua II Ketut Swarsana.

Novan menuturkan, ide untuk membuat suka duka ini muncul ketika melihat situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya. Terutama saat pelaksnaaan upacara hajatan pernikahan, tiga bulanan, mesangih hingga kedukaan krama meninggal dunia. Ternyata biaya yang dikeluarkan sang yajamana cukup tinggi untuk sewa taring, talenan dan antek-anteknya.

“Dari sana kami berpikir kenapa tidak membentuk suka duka untuk meringankan beban ketika melangsungkan upacara keagamaan, sehingga tahun 2018 kami rintis bersama 32 orang membentuk Suka Duka Satya Kedungu ini,” imbuh dia.

Mereka pun mengawali dengan iuran anggota Rp 10.000 per bulan dan uang pangkal Rp 50.000. Kas yang terkumpul sedikit demi sedikit dipakai membeli peralatan pendukung, mulai dari tenda, talenan, wajan, panci, kompor, mangkok dan alat kelengkapan lainnya. Setelah alat-alat lebih lengkap, peminjaman gratis kepada krama desa itu dimulai sejak tahun 2019 lalu. Hanya saja, sejauh ini inventaris barang yang mereka miliki belum lengkap sepenuhnya, jumlahnya pun masih terbatas. Sehingga warga yang akan meminjam peralatan ini harus sudah mendaftar dan memberitahukan suka duka seminggu sebelumnya.

Sistem peminjamannya cukup sederhana, hanya disampaikan melalui lisan kepada pengurus. kemudian pengurus akan mencatatkan barang apa saja yang dipinjam dan berapa jumlah yang dipinjam. “Kami juga tidak membatasi lama peminjaman barang, yang penting saat dikembalikan barang yang dipinjam lengkap dan dalam keadaan bersih,” kata Novan.

Jika dalam penggunaan barang ada barang yang rusak dan hilang maka akan dibebankan kepada peminjam. Krama desa yang meminjam barang hanya diwajibkan mengganti ‘biaya pengganti sabun cuci’ untuk perawatan. Jumlahnya pun tak ditentukan dan diberikan sang yajamana seikhlasnya.

Program yang dirintis untuk meringankan krama dalam penyelenggaraan upacara agama ini masih akan diteruskan dan disempurnakan secara bertahap. “Kami sih maunya dan cita-citanya bisa membantu warga dari mana saja. Tetapi karena jumlah alat yang kami punya masih sedikit jadi sementara hanya untuk krama Banyuning saja,” jelas Novan.

Suka Duka Satya Kedungu juga cukup kreatif dalam memenuhi alat penunjang upacara mereka. Dengan kas suka duka yang terbatas, pengadaan perabotan dilakukan bergotong royong memanfaatkan keterampilan anggota suka duka. Sejumlah perabotan dan alat dibuat bersama tanpa membeli.
 
Seperti talenan, mereka meminta pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan talenan kepada krama yang ingin menebang pohonnya. Tak hanya itu, kompor juga dirakit sendiri oleh anggota suka duka. Bahkan wajan berukuran besar mereka buat sendiri sehingga bisa mengirit biaya dibandingkan dengan membeli. “Anggota kan ada yang punya keterampilan las, tukang, semuanya kami manfaatkan sehingga bisa lebih hemat. Kalau semuanya beli sudah jadi pasti belum sampai sebanyak sekarang perabotan yang kami punya,” ungkapnya.

Sementara itu, terdapat aturan khusus untuk anggota suka duka yang berjumlah 32 orang. Mereka dengan kesadaran sendiri stand by menjadi tukang patus jika salah satu anggota melangsungkan upacara agama. Misi itu mereka junjung sesuai dengan nama Suka Dukanya yakni Satya  Kedungu yang berarti setia disetiap suka dan duka seperti capit kepiting. *k23

Komentar