nusabali

Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus Keluarkan Tirta Pasca Dipasupati

Peristiwa Niskala Saat Prosesi Masucian di Taman Beji Pura Jemeng, Desa Adat Sangeh, Abiansemal

  • www.nusabali.com-tapakan-barong-ida-ratu-mas-bagus-keluarkan-tirta-pasca-dipasupati

Hanya dalam tempo 10 menit, air suci yang keluar dari cerawis Tapakan Barong sesuhunan Pura Dalem Swargan, Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung mencapai 2 sangku penuh

MANGUPURA, NusaBali

Peristiwa niskala terjadi di Taman Beji Pura Jemeng, Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung pas Purnamaning Kadasa pada Radite Pon Juluwangi, Minggu (28/3) pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus   yang merupakan sesuhunan Pura Dalem Swargan di Banjar Kembangsari, Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal tiba-tiba mengeluarkan tirta (air suci) saat kairing (diiringi) krama pangempon prosesi masucian di Taman Beji.

Prosesi masucian kala itu merupakan rangkaian dari upacara Pamelaspas lan Pasupati Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus yang digelar empat hari sebelumnya pada Buda Wage Warigadian, Rabu (24/3), di Pura Dalem Swargan. Upacara Pamelaspas lan Pasupati dilaksanakan krama pangempon pura, menyusul usainya ngodakan prerai (punggalan barong) Ida Ratu Mas Bagus.

Prerai tersebut merupakan prerai lama tahun 1963. Namun, karena ada petunjuk niskala, prerai lama harus ngodakan kembali. Selanjutnya, dipasang prarai baru yang dibuat tahun 1986. Nah, prerai buatan 1986 itu sendiri baru 2 tahun lalu selesai ngodakan. Tapi, karena pituduh niskala, prerai lama harus kembali kodakan, selanjutnya prerai baru tahun 1986 harus disimpan.

“Memang prerai lama (tahun 1963) itu sudah lapuk, sehingga disimpan dan diganti dengan prerai baru (tahun 1986),” ujar salah seorang panglingsir pangempon Pura Dalem Swargan, I Wayan Sugiarta kepada NusaBali, Selasa (30/3).

Menurut Wayan Sugiarta, prerai lama yang sebelumnya sudah lapuk, ternyata mengeras kembali. Karena itulah, sesuai pawisik, krama pangempon Pura Dalem Swargan akhirnya sepakat ngodakan kembali dengan prerai lama tahun 1963.

Prosesi ngodakan dimulai pada Wraspati Wage Watugunung, Kamis, 28 Januari 2021 lalu. Prosesi ngodakan berlangsung selama 2 bulan, dengan sangging (arsitek baring) dari dari Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Setelah usai ngodakan, dilaksanakan upacara Pamelaspas Alit lan Pasupati pada Buda Wage Warigadian, Rabu, 24 Maret 20201. Prosesi diawali dengan ngratep pagi hari pukul 06.00 Wita. Ngratep adalah ritual melepaskan prerai barong yang baru dibuat tahun 1986, diganti dengan prerai lama buatan tahun 1963.

Dilanjut kemudian dengan prosesi melasti ke Segara Batubolong, lalu upacara pamelaspas alit. Malamnya sekitar pukul 21.00 Wita, lanjut lunga ke Pura Penataran Blahkiuh, kemudian meyasa kerti di Pura Prajapati Agung Blahkiuh hingga Kamis (25/3) dinihari pukul 00.30 Wita.

Setelah nyejer selama 4 hari, dilanjutkan dengan upacara mesucian ke Taman Beji Pura Jemenag, yang berlokasi di pinggir Tukad Yeh Penet, Desa Adat Sangeh pada Purnamaning Kadasa, Minggu, 28 Maret 2021. Prosesi mesucian dilaksanakan pagi sekitar pukul 08.00 Wita, dengan diantarkan oleh Pamangku Pamucuk Pura Dalem Swargan, Desa Adat Blahkiuh, Jro Mangku Made Darma.

Ketika prosesi masucian itulah, Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus tiba-tiba mengeluarkan tirta, pas saat krama pengiring sedang duduk tertib. Tirta yang medal (keluar) dari bawah Tapakan Barong awalnya menetes pelan, tapi kemudian semakin deras hingga ngacir.

Setelah diperhatikan seksama, ternyata air suci itu muncul dari cerawis (jenggot) Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus. Peristiwa niskala ini kontan membuat heboh krama pangempon Pura Dalem Swargan yang ikiut upacara masusian di Taman Beji Pura Jumenag.

Atas peristiwa niskala tersebut, seorang pamangku mengambil sangku untuk menampung tirta yang medal dari ceriwis Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus. Dalam tempo hanya 10 menit, 2 sangku sudah penuh terisi tirta yang medal dari Tapakan Barong. “Benar-benar peristiwa aneh,” papar Wayan Sugiarta.

Peristiwa niskala munculnya tirta ini diyakini sebagai pertanda bahwa Ida Sesuhunan sudah bersthana pada Tapakan Barong Ida Ratu Mas Bagus. Sementara, tirta yang ditampung dalam sangku kemudian sebagian dijadikan sebagai jatu dan dicampur dengan dengan toya (air), lalu dipercikkan kepada krama yang ikut upacara masucian. Sedangkan sebagian tirta lagi kapundut budal ke Pura Dalem Swargan, Desa Adat Blahkiuh.

Pura Dalem Swargan yang nyungsung Tapakan Baru Ida Ratu Mas Bagus diempon oleh 76 kepala keluarga (KK) dari sejumlah banjar di Desa Adat Blahkiuh, seperti Banjar Kembangsari, Banjar Delod Pasar, Banjar Tengah, Banjar Ulapan I, Banjar Ulapan II, dan Banjar Beneh Kawan. Pura Dalem Swargan merupakan salah satu dari 4 Pura Dalem yang ada di Desa Adat Blahkiuh. Sedangkan 3 Pura Dalem lainnya, masing-masing Pura Dalem Gede/Prajapati, Pura Dalem Pancer, dan Pura Dalem Majapahit.

Menurut Wayan Sugiarta, Pura Dalem Swargan berkaitan dengan kesah (hijrah)-nya sejumlah krama dari kawasan Jambangan di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar ke Desa Blahkiuh sekitar tahun 1717. Karena di Jambangan dulunya ada Pura Dalem Swargan, maka krama yang hijrah ke Desa Blahkiuh juga kembali membangun Pura Dalem Swargan. *k17

Komentar