nusabali

Kolaborasi Banjar Tainsiat dan Banjar Dukuh Mertajati Hadirkan Kerinduan ‘Suasana Nyepi’

  • www.nusabali.com-kolaborasi-banjar-tainsiat-dan-banjar-dukuh-mertajati-hadirkan-kerinduan-suasana-nyepi

DENPASAR, NusaBali.com

Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB) dari Banjar Tainsiat bekerja sama dengan Sekaa Teruna Tunas Muda dan Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, menggelar  pameran dan lomba tapel, sketsa, serta ogoh-ogoh mini di Dharma Negara Alaya (DNA), Lumintang, Denpasar. Pameran ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Pameran Caka 1943 yang digelar sejak Minggu (7/3/2021).

Event kreativitas budaya ini dimaksudkan menyambut hari suci Nyepi, Minggu (14/3/2021), dan akan berakhir hingga 30 Maret 2021.

Pelaksanaan pameran ini bersinergi dan bekerjasama dengan Badan Kreatif (Bkraf) Denpasar. Sebelumnya rangklaian pagelaran pameran ini diawali dengan pameran ogoh-ogoh mini UKM Komunitas Abinaya Aksata Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali.

Sementara itu pameran sketsa, tapel, serta ogoh-ogoh mini dari STYSB Banjar Tainsiat mulai diadakan sejak 10 Maret 2021. Sketsa, tapel, serta ogoh-ogoh mini yang dipamerkan oleh STYSB Banjar Tainsiat ini merupakan peserta lomba ogoh-ogoh mini yang diadakan sejak akhir Februari lalu.

“Ide acara ini datang dari diskusi dengan teman-teman yang awalnya ingin membuat acara yang berkaitan dengan Nyepi. Kami juga ingin membuat wadah bagi para seniman-seniman ogoh-ogoh sehingga lahirlah acara ini,” ujar I Gede Agus Pramana Harta, koordinator event dari STYSB, Kamis (18/3/2021).

Sebanyak 50 peserta mengikuti lomba ini. Kemudian diseleksi menjadi 23. Seleksi tersebut berdasarkan like dan view terbanyak dari foto yang diunggah ke Instagram. Terakhir, dipilih 10 besar dan disaring lagi menjadi 6 terbaik. “Peserta lomba dari seluruh Bali. Ada dari Pecatu, Klungkung, dari Karangasem juga,” imbuh Komang Angga Natyalaksana, Bendahara STYSB.



Selain pameran ogoh-ogoh mini dan sketsa, STYSB juga turut memamerkan karya ogoh-ogoh milik Banjar Tainsiat. Di antaranya ada Tedung Agung, Bade Mas, Kumbakarna dan Ratu Sumedang. Tapel Kumbakarna sendiri dipajang di lobi DNA menyambut para pengunjung.


“Kami juga menjual merchandise berupa kaos yang berisi gambar ogoh-ogoh agar lebih dikenal lagi karya-karyanya,” jelas Agus. Merchandise kaos ini juga rupanya lumayan laris dibeli para pengunjung.

Adanya acara pameran  ini diharapkan Agus dan Angga bisa mewadahi para seniman muda. Mereka juga berharap bisa menginspirasi banjar atau komunitas lainnya untuk mengadakan lomba ogoh-ogoh mini. “Kami juga berharap pemerintah bisa membuka ruang bagi para seniman muda untuk bisa berkarya lagi,” tutur Angga.

Pengunjung yang datang pun terlihat cukup ramai. “Apalagi kalau saat libur dan hari Sabtu-Minggu, itu ramai sekali,” ungkap Agus.

Pengunjung ini bukan hanya orang dewasa namun juga banyak anak-anak yang hadir. “Acara seperti ini bagus karena tahun ini tidak ada pawai ogoh-ogoh sehingga banyak yang kecewa. Dengan adanya pameran kita jadi bisa melihat ogoh-ogoh meskipun kecil tapi kan selalu dinantikan dan bisa menambah euphoria,” jelas Candra, salah seorang pengunjung yang datang jauh-jauh dari Nusa Dua bersama teman-temannya.

Acara ini memang disambut antusias oleh masyarakat. Ditiadakannya pawai ogoh-ogoh saat Pengerupukan, sehari sebelum Nyepi, akibat pandemi Covid-19 membuat masyarakat rindu akan tradisi ini. “Dengan adanya acara ini orang bisa melihat bahwa ada seni juga dibalik ogoh-ogoh. Jadi, mungkin bagi pemuda-pemuda yang ingin buat ogoh-ogoh bisa datang ke pameran ini dan melihat seperti apa cara pembuatannya, cerita tema ogoh-ogoh,” imbuh Landika, pengunjung lainnya.

Komentar