nusabali

MUTIARA WEDA: Dunia hanya Imajinasi?

Kalpayaty-ātmanā-‘tmānam-ātmā devah sva-māyayā, sa eva budhyate bhedān-iti vedānta-niscayah. (Mandukya Karika, II.12)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-dunia-hanya-imajinasi

Ini adalah kesimpulan pasti filsafat Vedanta bahwa atman, bersinar dari dalam dirinya sendiri, melalui kekuatan delusinya sendiri (maya) mengimajinasikan di dalam Dirinya sendiri oleh Dirinya sendiri seluruh objek, dan pengalaman individunya baik di dunia luar maupun dunia dalam. Dia sendiri adalah yang mengetahui (knower) dari objek-objek yang diciptakan.

Mengapa filsafat non-creation muncul? Uraian pertama mengatakan bahwa dunia yang dilihat dalam mimpi itu sejatinya tidak real. Dunia mimpi tampak real hanya ketika sedang bermimpi. Dengan cara yang sama dunia jaga juga tidak real karena sifat objek baik di alam mimpi maupun di alam jaga sama, yakni sama-sama sementara. Mengapa saat mimpi kita melihat dunia sangat nyata? Oleh karena kita melupakan Diri Sejati. Demikian juga kita melihat dunia jaga sebagai real oleh karena kita lupa akan Diri Sejati. Siapa Diri Sejati kita? Menurut teks, Diri Sejati kita adalah ia yang bersinar dari dan di dalam dirinya sendiri, tanpa awal dan akhir, dan abadi, yang disebut atman. Sekali menyadari bahwa Diri Sejati kita adalah atman, maka kita akan mampu mengetahui dengan pasti bahwa seluruh dunia ini hanya ilusi, tidak real. Teks Mandukya menyebut kondisi tersebut dengan nama turiya. Bagaimana bisa dengan menyadari Diri sebagai atman tiba-tiba dunia ciptaan ini menjadi tidak real?

Kesimpulan filsafat Vedanta di atas menjawabnya dengan pasti. Menurut Gaudapada, atman melalui kekuatan maya-Nya sendiri mengimajinasikan, di dalam dan oleh diri-Nya sendiri, objek-objek yang bersifat plural beserta dengan pengalaman-pengalaman individu yang dirasakan, baik pengalaman akan objek duniawi maupun pengalaman objek pikiran. Objek-objek pembentuk alam raya ini adalah imajinasi dari kekuatan maya-Nya sendiri. Demikian pula pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh masing-masing individu baik terhadap benda-benda luar yang tampak maupun objek-objek di dalam pikiran juga adalah imajinasi dari maya-Nya sendiri. Siapa yang mengetahui bahwa dunia ini adalah ilusi? Atman itu sendiri yang mengetahui.

Pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh kesadaran individu adalah ilusi, sebab ego telah menutupinya. Sepanjang kesadaran aku (asmita) masih melekat, maka apapun pengalaman yang dialami berada di bawah pengaruh maya, sehingga bagi kesadaran individu, semua objek yang diamati dan dialami tampak nyata. Saat ego berakhir dan kemudian kesadaran ini terbebas dari individualnya dan berada di dalam kesejatiannya, maka semua yang tampak adalah tidak nyata. Apa yang ada tadi tiba-tiba lenyap, laksana gelap dengan sendirinya lenyap ketika sinar mentari hadir. Pemahaman ini pula yang mengantarkan filsafat ini menggunakan jnana yoga sebagai satu-satunya cara mencapai Realiasasi Diri.

Ada penjelasan lain agar filsafat ini bisa dipahami lebih mudah. Pikiran, oleh karena terpengaruh oleh vasana atau samskara atau keinginan-keinginannya menciptakan imajinasi tentang objek-objek berbagai hal. Objek-objek yang hadir bukanlah apa-apa melainkan hanya proyeksi dari vasana itu saja. Sepanjang vasana itu ada, sepanjang itu proyeksi itu ada dan tampak real. Tetapi, saat vasana itu hilang, proyeksinya pun lenyap, dan objek-objek yang diciptakan juga lenyap dengan sendirinya. Dengan cara yang sama, teks menyebutkan, sepanjang berada dalam pengaruh maya, seluruh ciptaan ini tampak real. Sekali kita menyadari bahwa diri kita adalah Sang Diri Sejati, maka proyeksi itu akan hilang dengan sendirinya. Alam yang tampak nyata tadi hanyalah proyeksi dari kekuatan maya itu sendiri.

Seperti itulah teks menjelaskan tentang filsafat non-creation ini. Kalaupun dipaksanakan bahwa ciptaan semesta ini harus ada, maka keberadaannya pun harus dinyatakan sebagai ‘penampakannya saja ada’. Seperti halnya imajinasi pikiran tentang kuda terbang. Di dalam pikiran, kuda terbang itu tampak ada dan nyata. Tetapi sekali pikiran itu murni, terlepas dari imajinasinya, maka kuda terbang itu sendiri tidak pernah ada. Tidak ada dalam kenyataan kuda terbang itu. Ia hanya angan-angan saja yang keberadaannya hilang dengan sendirinya saat angan-angan itu lenyap. Jadi objek tersebut tampaknya saja ada, tetapi realitasnya tidak ada. Dengan cara yang sama, dunia ini adalah imajinasi saja dari kekuatan maya-Nya.*   

I Gede Suwantana

Komentar