nusabali

Restocking Babi di Bali Terbatas

  • www.nusabali.com-restocking-babi-di-bali-terbatas

GUPBI minta bantuan babi diprioritaskan untuk daerah terdampak paling parah

DENPASAR,NusaBali

Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali meminta bantuan  restocking babi dari  Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali diprioritaskan dulu pada daerah- daerah  yang mengalami kematian babi paling parah akibat virus African Swine Fever (ASF). Hal tersebut disebabkan bantuan bibit (babi) yang terbatas.

Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan idealnya seluruh kabupaten/kota di Bali mendapat bantuan restocking. Karena kenyataan ASF pada tahun 2020 lalu boleh dikatakan berjangkit di seluruh Bali. Akibatnya lebih dari 50 persen populasi babi mati.

Kondisi tersebut menyebabkan  Bali mengalami minus babi, selanjutnya berdampak pada  harga daging babi yang terkerek naik. “Idealnya memang semua dibantu,” ujarnya, Minggu (7/3).

Namun karena bantuan terbatas, Hari Suyasa menyarankan sebaiknya difokuskan dulu pada daerah kabupaten/kota yang terdampak paling parah. Dengan demikian pemulihan akan lebih cepat dirasakan, karena arealnya lebih terfokus.

GUPBI mencatat ada 4 daerah kabupaten/kota di Bali yang peternaknya mengalami kematian babi parah. Keempat daerah  tersebut adalah Badung, Denpasar, Gianyar dan Tabanan.

“Inilah yang diprioritaskan dulu, karena keempat daerah ini yang paling parah terdampak,” jelas Hari Suyasa.

Selain itu Hari Suyasa berharap Pemprov bisa melakukan pola lain untuk membantu peternak, sehingga populasi babi kembali normal. “Misalnya dengan bantuan pemberian kredit lunak,” lanjutnya.

Dikatakan Hari Suyasa, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini sektor pertanian dalam arti luas, termasuk didalamnya peternakan babi mesti mendapat atensi lebih. Alasannya karena sektor pertanian salah satunya yang relatif masih eksis. Sedang sektor lain, khususnya sektor pariwisata masih dalam kondisi kolaps.

“Apalagi sektor peternakan ini merupakan sektor UMKM. Kami kira wajib lebih diberi bantuan. Karena juga tidak sedikit menyerap tenaga kerja,” ujarnya.

Dihubungi terpisah Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan  Ketahanan Pangan Provinsi Bali AA Istri Inten Wiradewi, SPt. Msi menyatakan pada prinsipnya bantuan restocking memang akan difokuskan dulu pada daerah- daerah yang paling parah terdampak. “Memang demikian semangatnya,” ujarnya.

Namun semua harus melalui persyaratan, baik persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Untuk syarat teknis misalnya, apakah sudah memiliki kandang. Terus apakah nanti dalam pemeliharaannya atau budidaya bersedia menerapkan bio security.

“Yang jelas hibah (bantuan) tidak boleh untuk perseorangan, namun untuk kelompok,” jelas. Saat ini lanjut Gung Inten- sapaan AA Istri Inten Wiradewi, rencana hibah tersebut masih dalam proses pendataan untuk verifikasi. Apakah sesuai dengan yang disyaratkan atau tidak.

“Masih sedang jalan prosesnya,” kata Gung Inten. Dia memastikan bantuan hibah untuk restocking sebanyak 1000 ekor bibit babi.

Untuk diketahui akibat wabah virus ASF, populasi babi di Bali mengalami penurunan hingga 42,31 persen pada tahun 2020. Tahun 2019 populasi babi di Bali sebanyak 690.378. Namun tahun 2020 menjadi 292.088 ekor. Atau berkurang 398.291 ekor.  Pengurangan babi tersebut dominan akibat kematian diduga karena ASF. *K17

Komentar