nusabali

Kenyataan Jauh dari Harapan Pedagang

Nasib Pasar Hewan Semabaung di Desa Bedulu, Gianyar

  • www.nusabali.com-kenyataan-jauh-dari-harapan-pedagang

Hindu di Bali sangat terikat dengan upacara keagamaan yang sering memakai kurban berupa babi, itik, dan lainnya. Dulu, banyak orang bingung cari Kucit Butuan (babi belum kebiri).  Di pasar ini satu-satunya pasar yang mudah menemukan kucit jenis ini dan sejenisnya,

GIANYAR, NusaBali

Pasar Hewan Semabaung, terletak di kawasan Semabaung, Banjar Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh,  Gianyar. Meskipun berstatus pasar hewan, pasar ini sempat menjadi pasar penting. Karena masyarakat khususnya di Kabupaten Gianyar, Klungkung, dan Bangli, serta sekitar, menjadikan pasar ini sebagai tempat paling representatif untuk membeli babi, ayam, itik, dan jenis unggas lainnya.

Namun kini keberadaan Pasar Hewan Semabaung mati segan hidup enggan. Kondisi itu ditandai beberapa hal, antara lain, dari 27 kios di dalam pasar, hanya dua kios buka. Itu pun tak setiap hari. Apesnya, pasar ini mempekerjakan 12 pegawai dengan total gaji sekitar Rp 349 juta setahun. Sedangkan realisasi retribusi pasar hanya Rp 49.661.000 atau 76,4 persen dari target Rp 65 juta tahun 2020

Data yang diperoleh NusaBali, realisasi retribusi itu diraih dari Rp 10.000 per pedagang tiap hari dengan tempat jualan 125 cm x 125 cm. Pedagang per toko juga dikenai retribusi Rp 3.500 per hari. Selain 27 kios, pasar ini juga punya 7 toko, namun aktif 5 toko, ada 32 los yang aktif hanya 17 pedagang. Di pelataran depan gapura pasar, terdapat 5 pedagang makanan dan 5 pedagang bermobil. Lima pedagang ini berstatus pedagang Pasar Sengol Semabaung yang dikelola oleh Desa Adat Tegallinggah.

Kepala Pasar Hewan Semabaung I Made Sumantra SH mengatakan, sekitar tahun 2000an, pasar ini direvitalisasi oleh Pemda Gianyar. Di dalam pasar dibangun 27 kios dengan dana penyertaan para pedagang pemakai kios. Harapannya, pasar ini bisa ramai seperti pasar umum. Setelah pedagang berjualan sekitar setahun, ternyata pasar sepi hingga pedagang dalam kios hengkang satu per satu. Menurutnya, pasar ini pernah ramai karena sebelumnya area pasar di bagian depan terbuka, atau tak pakai pintu gerbang seperti sekarang. Dulu pasar ini menjual beberapa jenis hewan, tak hanya babi, namun juga itik, ayam, burung, dan lainnya. "Setelah area pasar digerbang, pasar makin sepi. Penyebab lain, pasar sepi karena bau kotoran babi," jelasnya.

Made Sumantra mengakui, Pasar Hewan Semabaung ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan Hindu Bali. Sebab Hindu di Bali sangat terikat dengan upacara keagamaan yang sering memakai kurban berupa babi, itik, dan lainnya. Dulu, banyak orang bingung cari Kucit Butuan (babi belum kebiri).  Di pasar ini satu-satunya pasar yang mudah menemukan kucit jenis ini dan sejenisnya,

Saking pentingnya keberadaan pasar ini, jelas Sumantra, untuk kemajuan ke depan, dirinya melalui Dinas Perindag Gianyar mengusulkan kepada Pemkab Gianyar agar pasar ini juga mendapatkan perhatian.

‘’Karena saya melihat banyak pasar di Gianyar dapat bantuan revitalisasi, namun Pasar Hewan Semabaung belum ada tanda-tanda akan dapat revitalisasi,’’ jelasnya.

Dia menambahkan, dulu pasar hewan ini juga terkenal sebagai pusat transaksi ayam aduan. Namun kini tak lagi ada penjual ayam untuk judian tajen tersebut. Seiring kurang terawatnya pasar, Para pedagang ayam aduan memilih berjualan di rumah masing-masing.

Pedagang burung juga tak mau menjual burung ke pasar ini. ‘’Karena pasar sepi’’ jelasnya. Sumantra menambahkan, pasar hewan ini makin sepi karena format bangunan sekarang seperti pasar umum, tidak mengkhusus pasar hewan. Luas pasar ini 600 m2 merupakan aset Pemkab Gianyar. Tahun 2019 dengan target retribusi pasar Rp 65 juta, namun realiasi Rp 37. 639.000 atau 57,91 persen. Tahun 2020 target Rp 65 juta, dengan realiasi Rp 49.661.000 atau 76,4 persen. Target 2021 tetap Rp 65 juta, meskipun tahun sebelumnya target ini sulit tercapai. *lsa

Komentar