nusabali

Desa Pedawa dan Tigawasa Dipinang untuk Pengembangan Jahe Gajah

  • www.nusabali.com-desa-pedawa-dan-tigawasa-dipinang-untuk-pengembangan-jahe-gajah

SINGARAJA, NusaBali
Kabupaten Buleleng tahun ini kembali mendapatkan program pengembangan tanaman obat dari pemerintah pusat.

Lahan seluas 5 hektar masing-masing di Desa Pedawa dan Tigawasa Kecamatan Banjar dipilih untuk program pembangembangan jahe gajah. Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi mengatakan rencana bantuan pengembangan tanaman obat di tahun ini adalah program kedua kalinya. Sebelumnya pengembangan jahe gajah telah ditanam di lahan seluas 2 hektar menyasar Kelompok Wanita Ternak (KWT) Mandala Wiguna, Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan. Penanamannya pun dilakukan pada Desember 2020 lalu.

“Jahe gajah kami usulkan karena melihat peluang pemasarannya lebih besar. Kalau jahe merah itu khusus untuk obat-obatan. Kalau jahe gajah ini selain untuk memenuhi kebutuhna lokal untuk bumbu dapur,peluang pasar eksportnya juga terbuka lebar,” jelas Subudi.

Sejauh ini pengembangan jahe di Buleleng dan rumpun empon-empon sudah banyak dilakukan swadaya oleh petani. Namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Seperti di wilayah desa tua di Kecamaan Banjar, Desa Sumberklampok dan Sumberkima di Kecamatan Gerokgak, serta sejumlah desa di Kecamatan Kubutambahan.

Tak hanya jahe tetapi juga jenis tanaman yang masih serumpun seperti laso, kunyit, temulawak dan kencur. Tanaman obat-obatan ini disebut Subudi dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari, bukan tanaman monokultur. Biasanya dikebangkan di bawah pohon mangga, cengkih, manggis durian dan pohon lainnya.

Pemeliharannya pun tak terlalu rumit, yang terpenting menurut Subudi ada sinar mahari yang menyinari tanaman obat-obatan ini. “Enam sampai delapan bulan sudah dapat dipanen umbinya. mudah-mudahan program tahun ini tak ada halangan sehingga permintaan eksportir kemarin bisa dipenuhi tahun ini. Tentu cukup menjanjikan untuk petani, jahe saja di pasar lokal yang peruntukannya untuk bumbu dapur harga kisaran Rp 40 ribu per kilo. Itu belum harga eksport,” kata Subudi.

Sementara itu khusus tanaman jahe gajah saja di tahun 2020 lalu di 3 kecamatan di Buleleng ada 12,58 hektar luasan tanam  dengan produksi 74,74 ton. Jumlah itu disebut Subudi hanya untuk memenuhi sebagian permintaan pasar lokal. Topografi dan luasan daerah di Buleleng disebutnya sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman obat-obatan ini lebih luas lagi. *k23

Komentar