nusabali

Urgensi Literasi Digital Di Tengah Pandemi Covid-19

  • www.nusabali.com-urgensi-literasi-digital-di-tengah-pandemi-covid-19

Perubahan perilaku masyarakat akibat pandemi Covid-19 yang mengarah pada masyarakat digital memunculkan persoalan baru tentang bagaimana menyikapi arus informasi yang begitu banyak dan cenderung tak terkendali di dunia digital. Berita hoaks, penipuan online, cyber bullying, ujaran kebencian di berbagai media sosial menjadi “racun informasi” untuk perkembangan mental masyarakat.

Penulis : Arif Wibowo
ASN di BPS Kabupaten Buleleng

Setiap orang tidak akan menyangka bahwa tahun 2020 menjadi tahun terkelam yang terjadi di abad modern setelah wabah flu Spanyol pada tahun 1918.  Corona atau virus Covid-19 bukan lagi merupakan wabah yang menyebabkan manusia sesak napas hingga meninggal. Ia lebih dari itu. Ia menjadi semacam pintu lain yang mengubah segala apa pun yang ada di bumi. Beberapa dampak yang paling krusial adalah macetnya sendi-sendi perekonomian dunia. Setiap negara di dunia berjibaku mengatasi kemerosotan perekonomian. Tak terkecuali di Indonesia. Akibat penutupan akses ke tempat-tempat keramaian, jadi banyak sektor bisnis yang bergerak pada ranah wisata, perhotelan, dan mall terguncang. Bali sebagai daerah yang mengandalkan sektor pariwisata dalam perekonomiannya terpaksa harus menelan pil pahit pandemi Covid-19.

Resesi ekonomi tidak bisa terbendung lagi baik secara nasional maupun regional. Menurut laporan Berita Resmi Statistik BPS, kinerja ekonomi Provinsi Bali mengalami kontraksi pertumbuhan selama 2 kuartal berturut-turut yaitu sebesar 7,72 persen pada kuartal I dan 7,27 persen pada kuartal II. Bahkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tahun 2020 menjadi  yang paling dalam kontraksinya diantara 34 provinsi di Indonesia yaitu sebesar 9,31 persen.  

Secara nasional, diantara banyak kategori lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif di tengah pandemi Covid-19, ada 2 sektor yang tumbuh positif 2 digit yaitu Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,60 persen dan Sektor Infokom (Informasi dan Komunikasi) sebesar 10,58 persen. Fenomena ini sejalan dengan kondisi perekonomian Provinsi Bali dimana Sektor Infokom mencatatkan laju pertumbuhan tertinggi di tahun 2020 sebesar 6,16 persen.

Mengutip hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), pengguna internet pada kuartal II 2020 sebesar 196,7 juta pengguna atau setara dengan 72,80 persen dari populasi penduduk Indonesia. Sebagai informasi rilis data Sensus Penduduk (SP) 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia (September 2020) sebesar 270,20 juta jiwa. Kenaikan signifikan jumlah pengguna internet di Indonesia sebesar 8,9 persen di tahun 2020 didorong oleh kehadiran infrastruktur internet cepat yang makin merata dan transformasi digital yang masif akibat pandemi COVID-19 sejak Maret 2020. Bali-Nusa Tenggara berkontribusi sebasar 5,2 persen  terhadap kenaikan jumlah pengguna internet.  Penerapan protokol kesehatan dan kebijakan social distancing seperti School from Home (SFH) dan Work from Home (WFH), aktivitas pelayanan publik dan ekonomi yang mulai beralih menggunakan teknologi informasi dan komunikasi diduga telah mengubah gaya hidup masyarakat menuju era digital. Tentunya, kebutuhan akan internet menjadi meningkat.

Dewasa ini, lebih dari setengah populasi di Indonesia sudah terhubung Internet. Angka penetrasi Internet makin tinggi dari tahun ke tahun. Penetrasi internet diartikan sebagai tingginya akses penduduk terhadap informasi melalui internet. Hingga memungkinkan penduduk untuk menambah pengetahuan, dan keterampilan, dan berkomunikasi. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS Tahun 2020,  sebesar 61,06 persen penduduk Bali usia 5 tahun keatas mengakses internet dalam 3 bulan terakhir. Jika dirinci per kabupaten/kota, maka Kota Denpasar menjadi daerah dengan akses internet tertinggi. Tingginya penetrasi internet di kota Denpasar ini dipicu juga meningkatnya jumlah UKM yang menjadikan internet sebagai salah satu kebutuhan utama. HP/Ponsel menjadi perangkat yang hampir dipakai oleh masyarakat Bali dalam berselancar di dunia maya. Media Sosial, mencari informasi/berita dan hiburan menjadi 3 tujuan utama penduduk Bali mengakses internet. Bahkan 9 dari 10 penduduk usia 5 tahun mengakses internet untuk bermedia sosial. Berdasarkan laporan terakhir situs Hootsuite (We are Social), pada tahun 2019 pengguna internet di Indonesia yang berusia 16 hingga 64 tahun menghabiskan waktu rata-rata selama 7 jam 59 menit per harinya untuk berselancar di dunia maya. 

Pengguna internet di dunia menjadi tinggi saat ini salah satunya disebabkan oleh kehadiran generasi milenial. Generasi ini sangat dekat dengan dunia digital karena menjadikan digital sebagai ruang pribadinya dalam mengakses, mendapatkan, dan membagikan semua bentuk informasi yang mereka temui di internet. Bahkan dengan mudahnya generasi ini memviralkan apapun yang terjadi di jagat maya. Salah satu media yang dijadikan sebagai tempat eksis mereka adalah media sosial (medsos). Sering kali kita mendengar dan melihat maraknya informasi-informasi yang menjadi viral di media sosial setelah dibagikan oleh generasi milenial ini, padahal belum tentu apa yang mereka viralkan adalah benar. 

Interaksi dengan media sosial yang dilakukan oleh seseorang sangat beragam, mulai dari bersosialisasi, eksis, narsis, viral, mencari berita bahkan sampai ke urusan perjodohan. Sangat disayangkan secara umum generasi milenial kurang bisa memilah informasi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan etika dalam menyebarkan informasi di media sosial. Oleh sebab itu, banyaknya interaksi yang bisa dilakukan oleh generasi milenial ini, perlu adanya batasan, supaya informasi yang dibagikan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika tidak interaksi di media sosial tersebut bisa dikategorikan sebagai penyebaran informasi atau berita provokatif sampai pada berita palsu atau yang akrab disebut hoaks. 

Kepolisian RI melului Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim per tanggal 30 januari sampai dengan 24 November 2020 telah melakukan penindakan terhadap 104 tersangka penyebaran berita bohong alias hoax Covid-19 seperti seseorang yang dikabarkan meninggal akibat virus Corona, padahal nyatanya bukan. Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan 1.401 konten hoaks dan disinformasi Covid-19 beredar di masyarakat. Dari jumlah tersebut, jumlah konten isu hoaks yang ditemukan di Facebook sebanyak 999, di platform Twitter terdapat 375 dan sisanya di media sosial lainnya. Pada tanggal 5 Mei 2020, Polda Bali juga berhasil menangkap pelaku penyebaran hoaks di akun media sosial Facebook terkait pejabat negara yang terkena Covid-19. Pelaporan terhadap dua akun Facebook kepada Polda Bali yang menyebarkan berita hoaks bahwa Gubernur Bali menghimbau anak muda agar mabuk pada malam tahun baru dan diusahakan sampai benar-benar mabuk.

Perubahan pola hidup masyarakat di masa pandemi yang cenderung lebih banyak mengandalkan internet ternyata turut berimbas pada kenaikan jumlah upaya serangan siber. Hal ini dipicu karena saat pandemi pemakaian internet untuk transaksi online semakin banyak. Berdasarkan data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2020, terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di Indonesia, naik lebih dari empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat di kisaran 39 juta. 

Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat bisa dipengaruhi dari segi mental tidak hanya secara fisik. Segi mental bisa dilakukan melalui apa yang didapat dan baca dari media massa.Namun fenomena yang terjadi saat ini di tengah-tengah masyarakat kita, mental masyarakat lebih banyak disuguhi informasi yang belum jelas kebenarannya atau bisa kita katakan sebagai “racun informasi”. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pemberitaaan terutama di media sosial yang sering menampilkan perilaku kekerasan, pencurian, kasus korupsi, pornografi, pelecehan, ujaran kebencian, cyber bullying, gaya hidup bahkan berita palsu atau hoaks,yang jelas-jelas tidak bernilai. Padahal, idealnya, mental dan pikiran masyarakat dalam keseharian harus disuguhi “makanan bergizi” dalam hal ini adalah informasi.

Untuk memahami isi pesan media sosial di era digital ini maka diperlukan sebuah tameng atau filter yang disebut literasi digital. Dilansir dari wikipedia, literasi digital merupakan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk menggunakan media digital, alat komunikasi dan kemudian menggunakannya secara sehat, bijak, dan cerdas. Dengan kata lain, literasi digital merupakan payung untuk melindungi seseorang dari terpaan informasi media sosial yang begitu kuat dan terkadang sulit untuk dikendalikan. Kemampuan tersebut bukan kemampuan untuk menolak apalagi menggugat media sosial untuk tidak lagi melakukan aktivitasnya sebagai media penyampai informasi. Dengan kemampuan ini, diharapkan masyarakat terutama generasi muda tidak mengalami penyakit disorientasi informasi.  

Struktur penduduk Bali berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat mayoritas didominasi oleh Generasi Z (26,10 persen), Generasi X (24,50 persen) dan Generasi Milenial (23,20 persen). Hal ini tentunya menjadi keuntungan tersendiri bagi Bali dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi karena berada pada periode jendela kesempatan untuk menikmati bonus demografi. Tetapi perlu menjadi perhatian serius dari semua pihak mengingat Generasi Z dan Generasi Milenial merupakan generasi yang lahir dan tumbuh di era digital dimana internet sudah menjadi bagian lingkungan yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Sekaligus kedua generasi tersebut adalah pelaku medsos yang sangat rawan terhadap perilaku bebas yang mengesampingkan nilai-nilai moral dan etika dalam menyebarkan informasi di media sosial. Maka menjadi harga mutlak bagi generasi tersebut untuk mendapatkan pengetahuan yang baik mengenai literasi digital. Sudah saatnya pendidikan literasi digital menjadi kurikulum wajib anak sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi demi terwujudnya masyarakat digital yang sehat, bijak, dan cerdas dalam berinternet.*  


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar