nusabali

Desa Adat Kerobokan Gelar Caru Amreta Bhuwana

Gunakan Sarana Godel Selem Batu di Pura Petitenget

  • www.nusabali.com-desa-adat-kerobokan-gelar-caru-amreta-bhuwana

MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, secara rutin menggelar Caru Amreta Bhuwana di Pura Petitenget, bertepatan dengan rahina Tilem Sasih Kawulu.

Tahun ini, Caru Amreta Bhuwana akan menggunakan sarana sapi jagiran warna hitam pada Tilem Kawulu yang jatuh di hari Wraspati Pon Landep, Kamis (11/2).

Pemucuk Prajuru Pura Dang Kahyangan Petitenget lan Pura Masceti Ulun Tanjung AAN Rai Yuda Dharma, menjelaskan pelaksanaan Caru Amreta Bhuwana bertujuan untuk Ngutpeti atau Mapayahu Jagat (mendoakan keselamatan jagat) beserta isinya agar mendapatkan jagathita. “Caru artinya tawur atau yadnya, amreta artinya urip atau landuh, bhuwana artinya jagat. Caru ini menggunakan sarana sapi jagiran hitam, sebagai perlambang Wisnu sebagai pemelihara jagat,” kata Yuda Dharma, Selasa (9/2).

Lebih Yuda Dharma menjelaskan, prosesi upacara dan upakara diawali dengan menyembelih sapi jagiran hitam di tengah-tengah pintu masuk dan keluar (Nista mandala Pura Petitenget), dengan perlengkapan dan sarana upakara antara lain Tirtha, payung kuning 2, tombak poleng 2, tamiang 2, tah (arug) 2, daksina panyambelehan, segehan 9 tanding, segehan 11 tanding, rantasan, pasucian. “Setelah upakara itu dilaksanakan, sapi jagiran hitam disembelih oleh Pamangku memakai pakaian serba putih dengan membawa tah (arug). Di akhir upacara pecaruan tersebut semua sarana upakara termasuk sapi selem dilarung ke Pantai Petitenget atau disebut dengan mepekelem,” jelas Yuda Dharma yang juga Kadis Perhubungan Badung.

Terkait rangkaian pecaruan, menurut Yuda Dharma, diawali pada Soma Kliwon Landep, Senin (8/2) dengan acara Ngawit lan Mapanguning jagi Mecaru. Kemudian, pada Anggara Umanis Landep, Selasa (9/2) dilanjutkan dengan Mekarya Asagan, Klakat, Sanggah Cucuk. Sedangkan pada Buda Paing Landep, Rabu (10/2) dilangsungkan acara Nunas Pakuluh lan Memben Banten. Puncaknya, pada Wraspati Pon Landep, Kamis (11/2) dilaksanakan Caru Amreta Bhuana/Caru Godel Selem Batu yang diawali pada pukul 08.00 Wita madengen-dengen, pukul 09.00 Wita  Motong Godel Selem Batu, pukul 15.00 Wita Pesamuan Hidangan dan Pukul 18.00 Wita Nganyut/Mapekelem di Segara Petitenget.

Disinggung soal pelaksanaan pecaruan di tengah situasi PPKM berbasis desa/kelurahan dan desa adat, Yuda Dharma menegaskan, tetap melakukan pembatasan krama pengayah. Dengan tetap memperhatikan dan mematuhi protokol kesehatan seperti wajib mempergunakan masker, wajib cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir dan selalu jaga jarak minimal 1,5 meter. Jumlah peserta upacara dibatasi.

“Penyanggra pecaruan dari persiapan sampai dengan berakhirnya pecaruan dilaksanakan oleh krama pengerob, permas lan pemaksan Pura Dang Kahyangan Petitenget, Parajuru Pura Dang Kahyangan Petitenget lan Pura Maseti Ulun Tanjung serta Banjar Pegilir yakni Banjar Padang, Desa Adat Kerobokan, dengan jumlah yang terbatas,” tegasnya.

Sedangkan krama desa se-Desa Adat Kerobokan yang akan nunas tirta pecaruan lan neduh di Pura Dhang Kahyangan Petitenget, cukup diwakilkan oleh kelian banjar adat masing-masing dengan maksimal yang hadir 2 orang mulai pukul 10.00 wita sampai dengan pukul 14.00 wita di Pura Petitenget. Selanjutnya tirta tersebut akan dibagikan ke krama di banjarnya masing-masing. *ind

Komentar