nusabali

Bangkrut, 27 Hotel di Badung Dijual

  • www.nusabali.com-bangkrut-27-hotel-di-badung-dijual

Pengusaha berharap Pemerintah segera mengucurkan pinjaman lunak Rp 9.9 triliun

DENPASAR,NusaBali
Bukan hanya pebisnis di Jogjakarta dan Jakarta yang mulai melepas asetnya karena sudah tak mampu lagi bertahan di masa pandemi Covid-19. Kondisi serupa juga dialami para pelaku pariwisata di Bali. Setidaknya sudah ada 27 hotel yang siap dilepas karena tak kuat lagi untuk membayar pegawai dan perawatan gedung.

Menurut kalangan perhotelan ada beberapa persoalan yang membuat pengusaha terdorong ‘melego’ propertinya. Pertama pemilik tidak mampu memenuhi kewajibannya, yakni pinjaman bank akibat tidak ada lagi pendapatan.

Kedua  properti juga terancam terbengkalai karena manejemen sudah  tidak punya dana lagi untuk maintenance atau perawatan.

Walaupun ada kebijakan relaksasi (perbankan), namun karena kepastian kapan pandemi ini berakhir  tidak jelas, itulah membuat pengusaha jadi gamang.

“ Kekuatan lkuiditas) pengusaha kan hanya 3 bulan saja,” Ketua BPC PHRI Badung  ujar I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya, Jumat (5/2).

Tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini mengiyakan kondisi sulit pengusaha, sehingga banyak  yang menawarkan propertinya.

“Karena tabungan sudah habis, ya tinggal aset saja,” ungkapnya sambil menyebut ada sekitar 27 properti yang menurutnya dilego akibat pandemi Covid-19.

Dikatakan Rai Suryawijaya, hal ini jelas bukan sesuatu yang diharapkan. Namun pengusaha rupanya tidak lagi bisa bertahan. Semua akibat kolapsnya pariwisata. Wisman tidak ada, sedang wisdom atau wisatawan nusantara yang digadang-gadang, juga tidak signifikan.

“Hanya berkisar 3000 -an orang saja per hari. Jelas masih jauh untuk bisa menghidupkan pariwisata Bali, yang memiliki 146 ribu kamar,” ujarnya. Karena itulah okupansi rata-rata single digit.

Karena itulah Rai Suryawijaya berharap agar soft loan Rp 9,9 triliun yang diusulkan Bali, bisa segera diproses dan direalisasikan. Menurutnya dana tersebut diyakini bisa membantu pengusaha dan pelaku pariwisata Bali untuk bisa bertahan. “Itu jelas sangat diharapkan,” tandasnya.

Terpisah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali  I Putu Astawa tidak menampik adanya penawaran properti atau hotel tersebut.”Wabah Covid-19 membuat daya  tahan pengusaha menurun,” ujar Astawa.

Dia pun menunjuk bagaimana kondisi di lapangan banyaknya hotel yang berhenti operasi karena tidak memiliki lukuiditas untuk menopang biaya operasional. “Karena  tidak ada pemasukkan,” ujarnya.

Disparda sendiri  tidak punya data tentang hotel-hotel yang dijual. Penjualan biasanya dilakukan sesama pengusaha, tidak terbuka ke public. Kemungkinannya hotel atau properti yang dilego adalah properti yang dibangun dengan dana pinjaman. ”Karena kan mereka butuh cash flow,”  jelasnya.

Sedang yang dibangun dengan dana sendiri atau istilahnya uang dingin, termasuk hotel milik BUMN tentu masih aman. Jumlahnya juga banyak.

Astawa menyatakan Menparekraf sedang mengupayakan soft loan bagi pengusaha dan pelaku pariwisata lainnya.

 “Semoga cepat berhasil, sehingga pariwisata Bali bangkit kembali. Dan semoga pandemi segera berakhir,” tegas pejabat asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. *K17

Komentar