nusabali

Petani Pemuteran Panen Perdana Sorgum

  • www.nusabali.com-petani-pemuteran-panen-perdana-sorgum

SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah petani yang di Dusun Sendang Pasir, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, yang tergabung dalam Serikat Petani Suka Makmur mulai mengembangkan produk pertanian pangan non-beras yakni sorgum.

Tanaman mirip jagung atau yang dikenal dengan sebutan jagung gembal ini dilakukan panen perdana dilahan seluas 1 hektar lebih.

Mereka melirik tanaman sorgum lantaran memiliki nilai ekonomis menjanjikan. Tak hanya itu, produk tanaman pangan pengganti beras ini disebut memiliki kandungan gizi lebih tinggi dibandingkan nasi atau beras. Sorgum juga diklaim baik dikonsumsi para penyandang diabetes lantaran kandungan gulanya yang sangat rendah.

"Kami mulai mengembangkan jenis tanaman sorgum sebagai pengganti beras karena memiliki nilai ekonomis menjanjikan dan akan dilirik karena memiliki kandungan gula lebih rendah dibandingkan nasi/beras," kata Rasik, Ketua Serikat Petani Suka Makmur Desa Pemuteran, Sabtu (30/1).

Pada tahap awal, petani di Dusun Sendang Pasir menanam bibit sorgum di lahan seluas 1 hektar dan telah dilakukan panen perdana beberapa waktu lalu. "Dengan sorgum yang ditanam di 1 hektar lahan, kami memperoleh hasil sebanyak 8 ton sorgum dalam sekali panen. Jadi kami memiliki sebanyak 8 ton sorgum baik dalam bentuk gabah maupun bibit," kata Rasik.

Saat ini, harga sorgum di tingkat petani mencapai Rp 35 ribu perkilo dalam bentuk jadi. Sorgum yang sudah dipanen tersebut, selain dijual dalam bentuk gabah, juga diperuntukkan untuk pembibitan. "Bagi yang memerlukan bibit sorgum kami memiliki stok yang mencukupi," tambah dia.

Pihaknya masih kesulitan mengelola sorgum pasca panen. Pasalnya, belum tersedia mesin perontok maupun mesin giling untuk memproses sorgum menjadi bahan pangan yang siap dimasak seperti beras. Untuk sementara, petani masih melakukan dengan cara manual untuk memproses sorgum menjadi bahan pangan yang siap diolah.

Rasik mengatakan, pasca panen perdana di lahan seluas 1 hektar akan dikembangkan lagi di lahan yang lebih luas untuk mengembangkan tanaman pangan alternatif pengganti beras ini. "Semakin beragam bahan pangan alternatif non beras akan semakin baik karena banyak hal yang akan berubah,baik dari sisi kesehatan maupun ketahanan cadangan pangan," sebutnya.

Dalam penanaman hingga panen perdana tersebut menyedot modal awal sebanyak Rp 10 juta, yang digunakan mulai dari proses penyiapan bibit, perawatan selama tiga bulan, hingga panen. "Sorgum ini bisa dipanen dalam masa tiga kali panen dan tergantung perwatan. Artinya, usai panen tanaman sorgum masih bisa tumbuh lagi dan menghasilkan sorgum dengan kualitas yang sama," tandasnya. *m

Komentar