nusabali

Pembacaan Puisi Kolosal Lintas Generasi

Digelar Teater Sastra Welang, Libatkan 31 Seniman

  • www.nusabali.com-pembacaan-puisi-kolosal-lintas-generasi

Kesempatan membaca puisi dari jarak yang berjauhan dengan bantuan teknologi ini memberi kesempatan kepada para seniman untuk saling berbagi energi.

DENPASAR, NusaBali

Membuka lembaran tahun 2021, Teater Sastra Welang Denpasar meluncurkan video pembacaan puisi melalui kanal YouTube Moch Satrio Welang pada, Rabu (27/1) lalu. Puisi yang dibacakan berjudul ‘Dengan Apa Kutulis Sajak Ini?’ karya Moch Satrio Welang yang digarap sejak tahun 2019 hingga tahun 2020.

“Kebetulan memang ada di awal 2021 jadi ya dikaitkan sekalian untuk membuka tahun. Tiap tahun Teater Sastra Welang selalu ada kegiatan, entah dia lomba musikalisasi puisi, atau dia lomba cipta puisi, cipta cerpen, lomba pembacaan puisi, atau lomba drama, jadi macam-macam. Kita memang saat 2019 itu program terakhir yang secara offline mendatangkan massa,” ujar Moch Satrio Welang kepada NusaBali, Jumat (29/1).  

Tidak tanggung- tanggung, kali ini melibatkan 31 seniman lintas generasi dari beragam disiplin ilmu. Mereka terdiri dari barisan penyair, aktor teater, penyanyi, musisi, aktor film dan juga praktisi seni lainnya. 31 seniman lintas generasi tersebut adalah sastrawan senior Ketut Syahruwardi Abbas, sastrawan senior Warih Wisatsana, aktris teater senior Putu Suwartini, sutradara Dadi Reza Pujiadi (Jakarta) serta aktor dan sutradara Hendra Utay.

Turut hadir pula, penyair Pranita Dewi, penyair Mira MM Astra , penyair Kadek Surya Kencana, penyair Achmad Obe Marzuki, aktris film dan penyanyi Heny Shanti, penyanyi dan aktris teater Eba Ayu Febra, aktris teater Sukma Uma, penyanyi Risma Putri, kritikus seni muda Dwi S Wibowo, musisi dan sutradara teater Heri Windi Anggara, musisi Wendra Wijaya, sutradara dan penulis naskah drama Wayan Sumahardika dan aktris teater Desi Nurani.

Lalu ada pula produser film dan teater Ryan Indra Darmawan, novelis Jingga Kelana (Banyuwangi), penyanyi dan aktor Inda Mpol, musisi Bayu Reinhard,  penyanyi Goldyna Rarasari, praktisi program seni  Dwi Putri Rejeki, penyanyi Tukko Manuel,sutradara dan penata artistik Legu Adi Wiguna, penyair Imam Barker, penyair Bonk Ava, aktor De Ogie, dosen akademisi sastra Linda Ayu Darmurtika (Mataram) hingga sang penulisnya sendiri, Moch Satrio Welang sebagai penutup parade pembacaan kolosal ini.  

“Sesungguhnya, angka 31 itu pun tidak dalam rencana awal yang sudah dipatok 31. Memang konsep kolosal, artinya pembacaan puisi dengan banyak tokoh, sudah lama sekali saya ingin membuat semacam video pembacaan tokoh-tokoh yang beragam, lintas generasi dari yang paling muda, hingga yang paling senior,” ungkap pria kelahiran Surabaya, 14 April 1982 ini.

Pembacaan puisi secara kolosal ini pun terwujud di tengah situasi pandemi yang masih berkecamuk di Indonesia, dan di Bali khususnya. Diungkapkan oleh Satrio Welang, kesempatan untuk membaca puisi dari jarak yang berjauhan dengan bantuan teknologi ini memberi kesempatan kepada para seniman untuk saling berbagi energi.

“Kita saling ‘bertegur sapa’ antar pegiat seni, dalam hal ini ranahnya adalah untuk kesenian modern, teater, dan sastra. Juga ada beberapa musisi dan penyanyi,” lanjut lelaki yang mendirikan Teater Satra Welang pada 2010 silam ini.

Puisi ‘Dengan Apa Kutulis Sajak Ini ?’ karya Moch Satrio Welang ini merupakan sebuah perenungan yang tidak hanya berangkat dari ruang pribadi, namun juga berkembang dalam beragam tema kehidupan berikut problematika di dalamnya. Ada nada kekhawatiran, keresahan, ada pula nuansa kerinduan, juga otokritik diri. Pesan tersebut disampaikan melalui larik ‘lalu sampai kapan sembunyi di larik syair? Berlindung di kemegahan kata, tak pernah sampai di kedalaman puisi’. *cr74

Komentar