nusabali

Usia 13 Tahun Sudah Berhasil Luncurkan Novel Berjudul Trouble

Ni Made Inya Sidhyadahayu, Siswi Berprestasi SMPN 1 Tabanan yang Tembus Penerbit Mayor

  • www.nusabali.com-usia-13-tahun-sudah-berhasil-luncurkan-novel-berjudul-trouble

Selain novel berjudul ‘Trouble’ yang akan diterbitkan Penerbit Sunset Road, awal Februari 2021 nanti, Ni Made Inya Sidhyadahayu juga lahirkan novel ‘Unspoken’  yang dihandle Penerbit Kata Depan

TABANAN, NusaBali

Seorang siswi Kelas IX SMP Negeri 1 Tabanan, Ni Made Inya Sidhyadahayu, 13, mencatat prestasi membanggakan di tengah pandemi Covid-19. Penulis belia berusia 13 tahun yang juga penyandang predikat juara umum di sekolahnya ini berhasil tembus penerbit mayor masional, berkat karya novelnya berjudul ‘Trouble’. Novel tersebut rencananya akan diterbitkan oleh Penerbit Sunset Road, awal Februari 2021 nanti.

Novel berjudul ‘Trouble’ setebal 360 halaman karya Ni Made Inya Sidhyadahayu tersebut dipinang langsung oleh Penerbit Sunset Road lewat akun Instagram, 9 September 2020 lalu. “Saya dihubungi langsung sama CEO Penerbit Sunset Road. Saat itu pula saya berteriak senang,” ungkap Made Inya saat ditemui NusaBali di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, Senin (25/1).

Novel berjudul ‘Trouble’ karya Made Inya tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang mengidap penyakit self injury dan kerap menyayat tangan. Awalnya, anak ini terpisah dari orangtuanya karena jadi korban penculikan. Sang penculik memaksa anak tersebut untuk mencari uang lewat bakat melukisnya, sehingga yang bersangkutan menjadi depresi. Pada akhirnya, anak malang tersebut kembali bertemu dengan orangtuanya, namun jalan ceritanya sad ending (berakhir sedih).

Menurut Made Inya, novel Trouble tersebut sebenarnya dia tulis berawal dari iseng-iseng, karena jenuh berbulan-bulan belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19. Dia hanya membutuhkan waktu sekitar setengah bulan untuk merampungkan karya novelnya tersebut.

Selama menulis novel Trouble tersebut, Made Inya tidak menemukan kendala yang berarti. Kendala kecil paling banter terkadang imajinasinya mendadak mandek saat sedang menulis.

Made Inya tidak sampai harus begadang untuk menulis novelnya tersebut. Dia juga selalu bisa menjalankan kewajiban belajar akademik, dengan sistem pembelajaran secara online. “Saya tidak terus-terusan menulis. Namun, begitu selesai belajar, saya pasti sempatkan menulis,” terang anak kedua dari tiga bersaudara pasangan I Made Harsa Wirottama dan Ni Nyoman Wirasti ini.

Hasil karya novel berjudul Trouble yang baru rampung tersebut kemudian dimuat Made Inya lewat website Wattpad. “Tanpa disangka, novel yang saya buat berhasil tembus penerbit mayor nasional,” tutur siswi SMP asal Banjar Pasekan Baleran, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan ini.

Rencananya, novel hasil karya Made Inya akan diterbitkan oleh Penerbit Sunset Road, awal Februari 2021 depan. Menurut Made Inya, sebenarnya ada dua karya novelnya yang dipinang oleh penerbit mayor. Satunya lagi adalah karya novel berjudul ‘Unspoken’, yang akan diterbitkan oleh Penerbit Kata Depan. Namun, saat ini novel Unspoken tersebut masih proses editing.

Made Inya mengisahkan, sebelum novel berjudul Trouble dipinang Penerbit Sunset Road, sempat ada proses gagal. Pasalnya, untuk bisa lolos ke penerbit mayor nasional, prosesnya sangat susah. Bahkan, 6 naskah Made Inya sebelumnya sempat ditolak penerbit. “Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Setelah 6 naskah sempat ditolak, novel Trouble akhirnya dipinang penerbit mayor,” jelas siswi kelahiran Ta-banan, 16 Agustus 2006 ini.

Made Inya Sidhyadahayu sendiri lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga mencintai seni. Menurut Made Inya, bakat menulis dibawanya sejak lahir, diwarisi dari kakeknya yang seorang seniman sastra. Hobi menulis, selain juga menari, dari Made Inya mendapat dukungan kedua orangtuanya, I Made Harsa Wirottama dan Ni Nyoman Wirasti. Sang ayah kesehariannya membuat pakaian balet yang diekspor ke luar negeri.

Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Senin kemarin, ayah dari Made Inya, yakni I Made Harsa Wirottama, mengakui anak keduanya ini memang sejak kecil memiliki bakat menulis. Bakatnya itu menurun dari kakeknya yang dulu adalah seorang seniman sastra Bali. "made Inya sudah suka menulis sejak kecil. Tapi, dia mulai intens menulis sejak duduk di bangku SMP," ujar Made Harsa.

Made Harsa berharap putrinya ini terus berkembang dan mengasah kemampuan hingga meraih cita-cita sebagai seorang penulis sejati. "Saya sebagai orangtua pasti mendukung apa pun keinginan anak. Untuk sekarang, saya arahkan dulu dia agar terus belajar mengasah kemampuan, supaya tulisannya tersetruktur dan enak dibaca," tandas jebolan S1 Teknik Elektro di UGM Jogjakarta ini.

Sementara itu, atas prestasinya di bidang menulis novel, Made Inya secara khusus diundang ke Kantor Dinas Pendidikan Tabanan, Senin kemarin. Datang didampingi langsung Kepala Sekolah (Kasek) SMP Negeri 1 Tabanan I Wayan Widastra, Made Inya kemarin diterima langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Tabanan, I Nyoman Putra.

Dalam pertemuan kemarin, Kadisdik Nyoman Putra mengapresiasi prestasi siswi Kelas IX SMP Negeri 1 Tabanan ini. Apalagi, di usianya yang masih sangat belia, Made Inya sudah berhasil menjadi penulis novel. “Masih Kelas I SMP sudah bisa menulis buku, ini prestasi luar biasa dan amat membanggakan,” jelas Nyoman Putra.

Dinas Pendidikan Tabanan pun berjanji akan bantu memasarkan novel-novel karya Made Inya. Novelnya akan dipasarkan di kalangan para Kadis Pendidikan Kabupaten/Kota se-Bali. Teknisnya nanti, jika sudah terbit, Nyoman Putra akan membeli novel karya Made Inya untuk dibagikan kepada para Kadis Pendidikan se-Bali. “Ini bukan untuk mencari uang dulu, tetapi sebagai motivasi dan bisa menginspirasi anak-anak kita di Tabanan,” kata Nyoman Putra.

Sedanagkan Kasek SMP Negeri 1 Tabanan, I Wayan Widastra, mengaku bangga atas prestasi Made Inya. Menurut Widastra, Made Inya memang dikenal sebagai anak berprestasi. Selain kerap ikut lomba Bahasa Inggris, Made Inya juga kantongi prestasi akademis. Made Inya adalah juara umum di sekolahnya. “Made Inya berprestasi di akademis sekaligus non akademis,” terang Widastra. *des

Komentar