nusabali

Berangan Jadi Dokter, Malah Raih Pangkat Perwira Tinggi TNI AU

Marsekal Pertama TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST, Kepala Dinas BTG TNI Angkatan Udara

  • www.nusabali.com-berangan-jadi-dokter-malah-raih-pangkat-perwira-tinggi-tni-au

Ketika masih duduk di Kelas I SMPN 2 Denpasar, Marsekal Pertama TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST sempat ikut Jambore Nasional dan Asia Pasifik di Cibubur. Di sana dia bertemu IB Rai Dharmawijaya Mantra (kini Walikota Denpasar) yang saat itu mewakili SMPN 1 Denpasar.

JAKARTA, NusaBali

Satu lagi putra Bali dipercaya menduduki jabatan penting di jajaran TNI AU. Dia adalah Marsekal Pertama TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST, 54, Lulusan Terbaik Akabri Angkatan Udara 1989 yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Barang Tidak Bergerak TNI AU. Putra Bali asal Banjar Umegunung, Desa Sempidi Kwanji, Kecamatan Mengwi, Badung ini awalnya tak pernah menyangka akan meraih pangkat Perwira Tinggi TNI AU, karena cita-citanya sejak kecil adalah ingin menjadi dokter.

Marsma TNI I Gede Made Radar Panca Jaya ST dipercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Dinas Barang Tidak Bergerak (Kadis BTB) TNI AU, sejak 28 Desember 2020 lalu. Sebelumnya, Made Radar Panca Jaya menjabat sebagai Kadis Konstruksi TNI AU (Validasi Organs) yang dipegang selama 8 bulan sejak 9 April 2020.

Sebagai Kadis BTB TNI AU, Made Radar Panca Jaya bertugas menangani aset atau barang tidak bergerak TNI AU, seperti tanah dan bangunan. Penanganan barang tidak bergerak tersebut, antara lain, mensertifikasi tanah-tanah milik TNI AU yang diduduki oleh pihak lain. “Kemudian, memanfaatkan tanah atau bangunan kepunyaan TNI AU yang tidak terpelihara untuk dikerjasamakan sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujar Made Radar Panca Jaya saat ditemui NusaBali di kan-tornya kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (8/1) lalu.

Menurut Made Radar, tugas itu sebetulnya tidak asing lagi baginya. Sebab, saat menjabat sebagai Kepada Dinas Fasilitas dan Konstruksi (Kadis Faskon) TNI AU periode 6 September 2019 hingga 9 April 2020, dia juga menangani bidang serupa. Dulunya, Kadis Faskon TNI AU memang meliputi barang tidak bergerak dan konstruksi. Barulah pada 2020, bidang tersebut dipisah menjadi Dinas BTB TNI AU dan Dinas Konstruksi TNI AU, agar lebih fokus.

Made Radar merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan I Nyoman Darni dan Ni Putu Radmini. Ayahnya, I Nyoman Darni, adalah seorang mantri di Desa Sempidi Kwanji, Kecamatan Mengwi, tetapi dikenal sampai ke kawasan Kecamatan Petang, Badung. Sedangkan ibundanya, Ni Putu Radmini, merupakan pegawai Laboratorium di RSUD Wangaya, Denpasar.

Sejak kecil, Made Radar bercita-cita menjadi dokter, lantaran kedua orangtuanya bekerja sebagai tenaga kesehatan. Pria kelahiran Badung, 1 Juni 1966 ini, sama sekali tidak pernah berpikir akan masuk dinas ketentaraan dengan jabatan tinggi di TNI AU.

Namun, garis tangan menentukan lain. Made Radar pada akhirnya masuk Akabri Angkatan Udara hingga lulus dengan predikat terbaik ‘Adhi Makayasa’ tahun 1989. Awalnya berpangkat Letnan Dua saat lu-lus pada 22 Juli 1989, Made Radar akhirnya meraih pangkat Marsma (Jenderal Bintang Satu) TNI AU per 20 November 2019.

Made Radar sendiri menghabiskan masa kecilnya di Banjar Umegunung, Desa Sempidi Kwanji. Dia menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sempidi dengan selalu jadi juara kelas. Setamat SD tahun 1979, Made Radar melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Denpasar. Selama 3 tahun sekolah di SMPN 2 Denpasar yang berlokasi di Tulangampian, Denpasar Barat, dia selalu naik sepeda dari kampung halamannya di Sempidi.

Saat sekolah di SMPN 2 Denpasar, Made Radar aktif dalam kegiatan Pramuka di Gudep 161 Badung di Desa Sembipi. Gudep 161 itu merupakan satu-satunya Pramuka di luar sekolah. Berkat aktif di Pramuka tersebut, Made Radar kemudian percaya mewakili Gudep 161 mengikuti Jambore Nasional dan Asia Pasifik di Cibubur, Jakarta Timur tahun 1981. “Itu merupakan pengalaman pertama saya menginjakan kaki di Jakarta,” kenang ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ida Ayu Putu Tirtawati ini.

Menurut Made Radar, saat itu dia masih duduk di Kelas I SMPN 2 Denpasar ketika berangkat ke Cibubur. Dia berangkat bersama 4 orang lainnya sesama asal Sempidi. Nah, dalam Jambore Nasional dsan Asia Pasifik di Cibubur tersebut, Panca Jaya bertemu dengan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, yang kini Walikota Denpasar. “Kala itu, Rai Mantra mewakili SMPN 1 Denpasar,” katanya. Walau beda sekolah, Made Radar dan Rai Mantra tetap bersahabat, karena sama-sama aktif di kegiatan Pramuka.

Setamat SMPN 2 Denpasar tahun 1982, Made Radar melanjutkan sekolah ke SMA 1 TP 45 Tabanan, agar bisa menemani kakek dan neneknya dari pihak ibu. Panca Jaya tinggal di kawasan Toh Ilang, Tabanan. Selama tinggal bersama kakek dan neneknya di Tabanan, panca Jaya aktif dalam olahraga atletik, voli, catur, dan bulutangkis. Dia juga kerap menggunakan waktu luang dengan menjadi kondektur ang-kutan umum Jurusan Toh Ilang-Penebel.

Selain itu, Made Radar juga kerap menerima pekerjaan mencuci mobil. Hasilnya, lumayan untuk tambahan uang jajan dan biaya sekolah. Hal itu dia lakoni selama 3 tahun sekolah di SMA periode 1982-1985. "Sebenarnya, kakek membiayai saya, tetapi sejak mengikuti pramuka saya ingin Mandiri," katanya.

Setamat SMA tahun 1985, Made Radar coba melamar di Fakultas Kedokteran Unud. Namun, harapannya pupus. Dia justru diterima masuk di Teknik Mesin Fakultas Teknik Unud. Dia hanya sempat setahun kuliah di Unud, sebelum kemudian diterima masuk Akabri Angkatan Udara pada 1986 atas ajakan seorang teman SMA-nya.

Tak dinyana, Made Radar lulus tes, sedangan teman SMA-nya itu menjadi cadangan. Made Radar menempuh pendidikan Akabri Angkatan Udara di Jogjakarta hingga lulus tahun 1989. Dia lulus dengan predikat terbaik. Berselang 6 tahun pasca lulus Akabri Angkatan Udara, Made Radar Panca Jaya berhasil meraih gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Penerbangan ITB Bandung pada 1995. *k22

Komentar