nusabali

Gempa Majene, 35 Tewas

Ada Satu Keluarga Berjumlah 8 Orang Terjebak Reruntuhan

  • www.nusabali.com-gempa-majene-35-tewas

Selain 35 nyawa melayang, juga ada 637 korban luka, 15.000 orang mengungsi, sementara Kantor Gubernur Sulawesi Barat ambruk

MAMUJU, NusaBali

Sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas dan 637 korban terluka akibat gempa Magnituto 6,2 yang mengguncang Kabupaten Majene dan Kota Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1) dinihari pukul 02.28 Wita. Selain itu, 15.000 orang terpaksa mengungsi ke tempat aman, sementara sejumlah bangunan ambruk termasuk Kantor Gubernur Sulawesi Barat.

Episentrum gempa tektonik Magnitudo 6,2 di Majene dan Mamuju, Jumat dinihari, terjadi pada koordinat 2,98 Lintang Selatan dan 118,94 Bujur Timur, dalam jarak 6 kilometer arah timur laut dari Majene. Pusat gempa pada kedalaman 10 kilometer, mirip dengan gempa disertai tsunami tahun 1969.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi di Majene dan Mamuju ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat kemarin.

Hingga tadi malam, 35 orang dilaporkan tewas akibat gempa di Majene dan Ma-muju ini. "Korban jiwa hingga saat ini untuk seluruh Sulawesi Barat dari wilayah Majene dan Mamuju, sebanyak 35 orang," terang Kepala BPBD Sulawesi Barat (Sulbar), Darno Majid.

Menurut Darno, dari 35 korban tewas tersebut, 26 orang di antaranya berada di wilayah Mamuju, sementara 9 orang lagi di wilayah Majene. Tim gabungan dari Basarnas, BPBD, hingga TNI/Polri masih terus mengevakuasi korban yang terje-bak di reruntuhan bangunan.

Selain 35 korban tewas, hingga tadi malam terdata 637 orang terluka akibat gempa di Majene dan Mamuju. Sedangkan warga yang mengungsi akibat gempa mencapai 15.000 orang. Mereka mengungsu di 10 titik pengungsian.

Bahkan, dilaporkan ada satu keluarga berjumlah 8 orang terjebak reruntuhan ba-ngunan di kawasan Jalan Amakirang Mamuju. Dari jumlah itu, 3 orang sudah berhasil dievakuasi, sementara 5 orang lagi masih terjebak.

"Tadi sudah keluar 3 orang, dengan rincian 2 orang selamat dan 1 orang mening-gal. Sementara 5 orang lagi di situ," papar Kepala Sumber Daya (Kasumda) Ba-sarnas Kota Mamuju, Arianto, Jumat kemarin.

Menurut Arianto, proses evakuasi sudah dimulai sejak Jumat subuh. Namun, proses evakuasi berlangsung lambat lantaran tidak ada peralatan yang memadai di lokasi. SAR gabungan hanya bisa menggunakan alat-alat seadanya. "Kita terbatas personel terbatas peralatan juga. Jadi kita fokus satu-satu titik," jelas Arianto, sembari mengatakan belum tahun bagaimana kondisi 5 orang yang masih terjebak di reruntuhan bangunan.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejumlah infrastruktur di Majene daan Mamuju rusak akibat gempa. Di kawasan Majene saja terdapat 300 unit rumah rusak, 1 Puskesmas rusak berat, Markas Danramil Malunda rusak berat, dan jaringan listrik padam.

Sedangkan di wilayah Mamuju, yang merupajan Ibukota Sulawesi Barat, juga terjadi kerusakan infrastruktur cukup parah. Kantor Gubernur Sulawesi Barat bahkan sampai ambruk. “Di Mamuju, RSUD Mamuju rusak berat, demikian pu;la Hotel Maleo, Kantor Gubernur Sulbar, rumah warga, dan minimarket,” tulis BNPB.

Gubernur Sulbar, Nurdin Abdullah, juga menyebut sejumlah kantor hingga rumah sakit hancur akibat gempa. "Sekarang jalan putus, beberapa kantor rumah sakit hancur, makanya kita segera ke sana membantu," ujar Gubernur Nurdin dalam keterangannya kepada wartawan di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat kemarin.

Sementara, berdasarkan analisis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa di Majene dan Mamuju ini berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa. “Jalur sesar naik berasosiasi dengan lipatan (fold thrust belt) yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat. Jalur sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat," ungkap Kepala PVMBG, Kasbani.

"Menurut data Badan Geologi, gempa bumi akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat ini pernah memicu terjadinya tsunami tahun 1928, 1967, 1969, dan 1984," lanjut Kasbani.

Sedangkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebutkan pusat gempa dinihari kemarin berdekatan dengan pusat gempa tahun 1969. "Apa yang terjadi di Majene saat ini berkaitan dengan pengulangan gempa di wilayah sana. Pada 1969, sekitar tanggal 23 Februari, dibangkitkan sumber gempa yang sama, yaitu dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km," kata Daryono.

Namun, gempa yang terjadi tahun 1969 tersebut memicu timbulnya gelombang tsunami. Peristiwa itu juga menyebabkan puluhan orang meninggal dunia. "Saat itu memicu terjadinya gempa besar, tetapi dengan episenter di laut, maka timbul tsunami. Dilaporkan saat itu 64 orang meninggal, 97 orang terluka, dan 1.287 rumah mengalami kerusakan, dermaga pelabuhan juga mengalami keretakan. Ti-mbul tsunami 4 meter di Pelattoang dan di Parasangan,” kenang Daryono.

Sementara itu, Presiden Jokowi menyampaikan dukacita atas bencana gempa di Majene dan Mamuju yang menewaskan 35 orang. Jokowi memerintahkan jaja-rannya bekerja untuk upaya pencarian dan penanganan korban.

"Tadi pagi (kemarin) saya juga bertelepon kepada Gubernur Sulawesi Barat dan saya juga telah memerintahkan kepada Kepala BNPB, kepada Menteri Sosial, kepada Kepala Basarnas, kepada Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajarannya, untuk segera melakukan langkah-langkah tanggap darurat, mencari dan menemukan korban, serta melakukan perawatan kepada korban yang luka-luka," kata Jokowi dalam keterangan tertulis dari Sekretariat Presiden, Jakarta, Jumat kemarin.

Jokowi juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dunia akibat tanah longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Untuk penanganan longsor di Sumedang, Jokowi juga telah memerintahkan Kepala BNPB, Menteri Sosial, dan Menteri PUPR untuk segera melakukan relokasi warga terdampak bencana. *

Komentar