nusabali

Gubernur Bangga Aksara Bali Mendunia

  • www.nusabali.com-gubernur-bangga-aksara-bali-mendunia

DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster merasa bangga karena aksara Bali segera bisa mendunia, sejajar dengan aksara lainnya.

Ini seiring dengan didaftarkannya aksara Bali menjadi domain internasional Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN). Gubernur Koster menyebutkan, dengan didaftarkannya aksara Bali menjadi domain internet, maka semakin menegaskan posisi aksara Bali di kancah internasional. “Ini bisa disamakan juga dengan aksara Jepang, aksara China, atau aksara Korea. Kita akan semakin dikenal di dunia,” ungkap Gubernur Koster dalam acara penyerahan hadiah Lomba Desain Website Aksara Bali di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (Unud), Denpasar, Sabtu (9/1) pagi.

Semua itu tak terlepas berkat keseriusan Gubernur Koster yang mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

Kemudian, diambil langkah riil dengan peresmian penggunaan aksara Bali di Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, 5 Oktober 2018 lalu. Dilanjut lagi dengan penggunaan aksara Bali di papan nama instansi pemerintah, BUMN, maupun swasta di Bali. "Ini langkah riil kita untuk pelestarian adat dan budaya Bali," tegas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.

Menurut Gubernur Koster, penggunaan aksara Bali ada aturannya sendiri dan itu sudah dijabarkan dalam Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. “Aksara Bali harus diletakkan di atas aksara Latin. Hal itu bertujuan untuk menghormati warisan leluhur kita, menyatakan rasa bangga kita kepada kearifan lokal Bali asli,” tegas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.

Untuk papan nama instansi pemerintah, kata Koster, sudah ditentukan dengan gradasi merah putih yang melambangkan Negara Indonesia. Koster pun berharap semua elemen masyarakat bisa menggunakan dan mengimplementasikan penulisan aksara Bali dengan baik dan benar.

Dalam kesempatan itu, Koster juga menegaskan langkah kebijakan dalam pelestarian adat dan budaya Bali. Dengan dikeluarkannya Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018, itu semakin memudahkan mendaftarkan aksara Bali ke pengelola domain internasional ICANN. Pasalnya, aksara Bali sudah resmi diakui pemerintah dan telah mempunyai kekuatan sendiri. Menurut Koster, langkah mendaftarkan aksara Bali ke domain internasional ICANN juga sangat selaras dengan visi misi Pemprov Bali yakni ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ melalui Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru.

“Ini langkah kita menghormati warisan para leluhur yang adiluhung. Jika bukan kita yang melestarikan, lama-lama aksara Bali akan punah,” tandas Koster seraya menyatakan kebanggaannya karena banyak anak muda yang tergerak menekuni aksara Bali, terbukti pemenang Lomba Desain Website Aksara Bali kali ini berasal dari generasi milenial.

“Ilmu pengetahuan dan teknologi boleh berkembang, tapi anak muda jangan terlalu terseret arus modernisasi. Tolong jaga terus kebudayaan dan kearifan lokal kita,” pinta politisi senior yang sempat tiga periode duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) ini.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unud, Dr Made Sri Satyawati SS MHum, mengatakan bahwa Unud melalui Fakultas Ilmu Budaya bekerjasama dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) sedang mendaftarkan aksara Bali ke domain internet internasional. Menurut Sri Setyawati, keseriusan Pemprov Bali dalam melestarikan aksara Bali yang tertuang dalam Pergub Nomor  80 Tahun 2018 memudahkan untuk mendaftarkan aksara Bali ke domain internet dunia. “Karena kita sudah mempunyai legal dan pemerintah telah mengakui secara resmi keberadaan aksara Bali,” tegas Sri Setyawati.

Sri Setyawati juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada Gubernur Koster, yang tidak surut semangat dalam melestarikan adat dan budaya Bali. “Dengan semakin diakuinya eksistensi kebudayaan kita, seperti aksara Bali dan bahasa Bali, maka semakin banyak anak muda yang tertarik untuk menekuninya,” terang Sri Setyawati.

Paparan senada juga disampaikan oleh Bendahara PANDI, Azhar Hasyim. Menurut Azhar, pihaknya berusaha mendaftarkan aksara-aksara dari Indonesia sejak 2-3 tahun terakhir ini. Jika akasara-akasara tersebut tidak dimasukkan ke domain internet, maka berpotensi terjadi kepunahan di kemudian hari. “Tanpa ada dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan universitas, maka usaha ini tidak akan bisa berjalan dengan mulus,” kata Azhar.

Sedangkan Penasihat Komunikasi dan Informasi UNSECO Jakarta, Dr Ming Kuok Lim, menyatakan bangga karena Asia sekali lagi diwakili oleh Indonesia bisa kembali memperkenalkan aksaranya. Menurut Ming, saat ini ada hal mengkhawatirkan bahwa lebih dari 50 persen dari sekitar 6.700 bahasa yang digunakan di dunia terancam punah. Selain itu, hampir 2.500 bahasa di dunia juga terancam punah.

Ming menyebutkan, pada Atlas Bahasa Dunia dalam Bahaya UNESCO, lebih dari 570 bahasa dianggap sangat terancam punah. Kemudian, lebih dari 230 bahasa telah punah sejak tahun 1950. Pada saat yang sama, kurang dari 5 persen bahasa di dunia memiliki kehadiran online. Karena itu, UNESCO mendukung Pendaftaran Domain Internet Indonesia (PANDI) dalam inisiatifnya ‘Menghubungkan Bangsa melalui Digitalisasi Karakter Kuno’, untuk melestarikan karakter bahasa asli In-donesia dan menjadikannya sebagai skrip yang banyak tersedia secara online dan di berbagai platform digital. *nat

Komentar