nusabali

Setelah Kakak, Adiknya Juga Ditemukan Tewas

Jenazah Kakak-Adik Diabenkan Bersama, seperti Ayah dan Pamannya

  • www.nusabali.com-setelah-kakak-adiknya-juga-ditemukan-tewas

Jasad si bungsu I Gusti Ketut Budiana mengambang di Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecrit kemarin pagi, sementara kakaknya ditemukan sehari sebelumnya

NEGARA, NusaBali

Dua remaja kakak-adik I Gusti Komang Suka Suarsana, 20, dan I Gusti Ketut Budiana, 17, yang tenggelam yang hilang tenggelam saat mandi di Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir, Banjar Sekar Pancasari, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (1/1) lalu, sudah berhasil ditemukan. Sehari setelah sang kakak, Minggu (3/1) pagi giliran I Gusti Ketut Budiana yang ditemukan tewas mengambang di lokasi TKP.

Jasad korban I Gusti Ketut Budiana ditemukan mengambang di Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir, Minggu pagi pukul 07.45 Wita. Sedangkan jasad kakaknya, I Gusti Komang Suka Suarsana, sudah lebih dulu ditemukan tewas nyakut di dasar Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir pada kedalaman 7 meter, Sabtu (2/1) pagi pukul 10.00 Wita.

Koordinator Pos SAR Jembrana, Dewa Putu Hendri Gunawan, mengatakan jasad si bungsu I Gusti Ketut Budiana ditemukan saat petu-gas gabungan baru tiba di sisi jalan menuju lokasi, tepatnya di jembatan sebelah selatan lokasi TKP, hendak mempersiapkan alat penyelaman dan bersiap turun dari arah selatan tibu, Minggu pagi pukul 07.45 Wita. Sambil mempersiapkan alat, beberapa anggota SAR diminta mengecek kondisi dari atas tebing Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir.

Nah, saat mengecek dari atas tebing tibu, salah satu anggota SAR melihat jasad korban I Gusti Ketut Budiana telah mengambang dalam posisi telungkup. Begitu melihat jasad korban, tim SAR gabungan langsung turun melakukan evakuasi dengan menggunakan baju pelampung dan ban. “Setelah dievakuasi, kita langsung bawa jasad kor-ban menggunakan ambulans SAR Radio 115 ke rumah duka,” ujar Dewa Hendri, Minggu kemarin.

Jenazah korban I Gusti Ketut Budiana dan kakaknya, I Gusti Komang Suka Suarsana, huingga tadi malam disemayamkan berdampingan di Banjar Kepuh, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo. Jenazah kakak-adik dari keluarga tidak mampu ini dijejerkan di teras rumah. Kedua korban merupakan anak ketiga dan keempat dari 4 bersaudara pasangan Gusti Putu Suardana dan Ni Nengah Narmi, 55. Mereka berstatus anak yatim setelah ayahnya, I Gusti Putu Suardana, tewas gantung diri tahun 2017 silam.

Berdasarkan rembuk keluarga, jenazah dua kakak-adik korban tenggalam ini akan diabenkan bersamaan di Setra Desa Adat Mendoyo Dauh Tukad pada Buda Paing Wayang, Rabu (6/1) lusa. Sedangkan prosesi nyiramang layon (memandikan jenazah) rencananya dilaksanakan sehari sebelumnya pada Anggara Umanis Wayang, Selasa (5/1) besok.

Informasi yang dihimpun NusaBali, upacara pengabenan kakak-adik secara bersamaan untuk kedua kalinya terjadi di keluarga korban. Sebelumnya, ayah kedua korban, I Gusti Putu Suardana, yang meninggal 24 April 2017 lalu, juga diabenkan bersamaan dengan jenazah kakaknya (paman kedua korban), I Gusti Komang Suara, yang lebih dulu meninggal 19 April 2017.

Kala itu, I Gusti Komang Suara meninggal salahpati karena jatuh dari pohon kelapa. Sedangkan adiknya, I Gusti Putu Suardana, meninggal ulahpati karena gantung diri saat sedang persiapan pengabenan kakaknya, I Gusti Komang Suara. Pada akhirnya, dua jenazah kakak adik yang meninggal secara tidak wajar itu diabenkan bersamaan.

“Dulu sudah sempat ditanyakan secara niskala, katanya ada dari leluhur keluarga ini minta dibuatkan merajan (pura keluarga) dengan Kemulan Taksu yang permanen. Mereka belum punya itu sampai sekarang dan hanya Turus Lumbung. Belum bisa buat Kemul;an Taksu permanen, karena terbentur ekonomi,” ujar seorang tetangga korban, Minggu kemarin.

Tatkala belum sempat membangun Kemulan Taksu secara permanen karena terbentur ekonomi, kini akak-adik I Gusti Komang Suka Suarsana dan I Gusti Ketut Budiasa malah menyusul ayah dan pamannya meninggal secara tidak wajar, yakni hilang tenggelam di Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir. “Entahlah, apakah sekarang ini juga ada kaitannya ke sana atau memang kebetulan,” katanya.

Korban I Gusti Komang Suka Suarsana sendiri baru saja tamat SMA. Sedangkan si bungsu I Gusti Ketut Budiana putus sekolah saat Kelas IV SD. Sehari-hari, mereka tinggal bersama ibunya, Ni Nengah Narmi, dan kakak keduanya, I Gusti Kadek Sujana Putra, 30, yang mengandalkan hidup sebagai buruh serabutan. Sementara kakak sulung mereka yang notabene satu-satunya perempuan, I Gusti Putu Suardani, 32, telah menikah ke Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo.

Ibunda korban kakak-adik, Ni Nengah Narmi, mengaku sama sekali tidak menyangka terjadi musibah maut menimpa kedua anaknya di Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir. Tidak ada firasat buruk sebelum peristiwa. “Tidak ada firasat, semua biasa-biasa. Kedua anak saya ini juga tidak ada pesan apa pun,” tutur Nengah Narmi saat ditemui NusaBali di rumah duka, Minggu kemarin.

Nengah Narmi mengisahkan, sebelum berangkat main ke Tibu Pacebur Sungai Yeh Mekecir saat Tahun Baru 2020, Jumat pagi, kedua anaknya sempat berpamitan dengannya. Saat itu, kedua korban meminta bekal kepada ibunya, yang diketahui punya sedikit uang dari hasil menjual bambu beberapa hari sebelumnya.

“Beberapa hari lalu, saya memang sempat jual bambu, dapat Rp 100.000. Sebelumnya, sempat diminta sama Komang (I Gusti Komang Suka Suarsana) Rp 40.000, katanya buat membeli skok sepeda. Sisanya saya bawa pake kundangan dan masih tersisa Rp 20.000,” kenang Nengah Narmi.

“Pas tahun baru itu, paginya mereka berdua minta bekal, biar ada pakai tahun baru-an. Mereka berdua minta Rp 30.000. Saya sempat bilang tidak punya uang. Tetapi, karena kasihan, mereka bilang biar ada bekal pakai sekedar beli es, saya kasi sisa uangnya itu,” lanjut ibu 4 anak berusia 55 tahun ini.

Sebelum memberikan bekal uang Rp 20.000 tersebut, Nengah Narmi sempat berpesan kepada kedua anaknya agar tidak bermain terlalu lama. Pasalnya, Nengah Narmi akan pergi ngayah matatulung ke rumah salah satu krama banjar yang menggelar upacara telu bulanan.

“Cuma itu komunikasi terakhir. Tiba-tiba, siangnya saya dapat kabar buruk kedua anak saya hilang tenggelam,” keluh perempuan yang biasa membuat jejaitan tamas bersama kedua anaknya yang meninggal itu untuk sekedar dapat penghasilan memenuhi kebutuhan sehari-hari ini.  

Sementara, kematian tragis kakak-adik I Gusti Komang Suka Suarsana dan I Gusti Ketut Budiana, yang notabene dari keluarga miskin, mengundang simpati beberapa pihak. Ada komunitas yang memberikan sumbangan kepada ibu korban. Selain itu, Calon Bupati Jembrana 2021-2026 terpilih hasil Pilkada 2020, I Nengah Tamba, juga sempat melayat ke rumah duka, Sabtu malam. Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, juga sempat melayat ke rumah duka, Minggu siang.

Musibah maut yang merenggut kotrban kakak-adik itu sendiri terjadi di Tibu Pacebur Sungai Yeh Makecir kawasan Banjar Sekar Pancasari, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Jumat pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Saat musibah terjadi, kakak-adik ini mandi di lokasi bersama 5 rekannya sesama asal Banjar Kepuh, Desa Mendoyo Dauh Tukad.

Awalnya, mereka ertujuh langsung mandi sambil bercebur ria dari atas tebing Tibu Pecebur Sungai Yeh Mekecir, sejak tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 Wita. Berselang 1 jam kemudian. setelah beberapa kali sempat mencebur dari atas tebing dengan ketinggian sekitar 3 meter, kedua korban kakak adik memilih mencebur agak ke utara dan terpisah dari 5 rekannya. Ternyata, kedua korban tidak kunjung muncul ke permukaan pasca mencebur. *ode

Komentar