nusabali

Beri Empati, Kenali Disabilitas yang Tak Terlihat

  • www.nusabali.com-beri-empati-kenali-disabilitas-yang-tak-terlihat

DENPASAR, NusaBali
Disabilitas seringkali dilihat sebagai orang yang lumpuh, memakai kursi roda, tongkat dan masih memerlukan bantuan.

Padahal ada pula disabilitas yang tak terlihat. Keterbatasan aktivitas fungsional sehari-hari seseorang, hendaknya jangan dihakimi, namun justru diberikan empati. Inilah yang ditekankan dalam diskusi dengan gaya asyik ‘Kenali Disabilitas yang Tidak Terlihat’ secara online, Selasa (29/2) lalu.

“Disabilitas pada dasarnya adalah gangguan fungsi karena ada gangguan pada struktur organ. Tidak saja pada organ, tetapi bisa juga mental, psikologi, daya pikir atau fungsi luhur kita. Gangguan-gangguan ini juga bisa menjadi disabilitas,” jelas narasumber diskusi, dr Sisca Susantio SpKFR.

Diskusi tersebut dipandu oleh Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Sanglah, dr Ni Made Ayu Lestari MARS. Beberapa disabilitas tidak terlihat antara lain disabilitas intelektual, gangguan memori, gangguan daya ingat, dan kemampuan berkomunikasi. Ada pula orang yang nyeri kronik, lumpuh sebelah, masih belum bisa jalan jauh dan terengah-engah, anak tantrum, hiperaktif termasuk disabilitas yang tidak terlihat.

Bila mengetahui disabilitas yang tak terlihat pada seseorang, kata dr Sisca, jangan langsung menghakimi sebelum tahu apa permasalahannya. Berempati bukan dengan kasihan, namun berupaya membantunya untuk mendapatkan informasi yang tepat atau membantu mereka bisa beraktivitas dengan optimal meski dengan cara yang berbeda. Intinya, pandanglah disabilitas sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan berbeda.

“Berempati bisa dengan memberikan informasi yang baik pada mereka disabilitas. Ke mana mereka harus pergi berobat atau bersekolah, perawatan khusus, terapi khusus, itu bisa kita informasikan. Kita bisa bantu mereka mencari solusinya,” ungkap dr Sisca.

“Tapi kita juga harus membantu mereka agar bisa mandiri dalam waktu jangka panjang. Mereka harus dipandang sebagai seseorang dengan kemampuan yang berbeda. Sehingga kita membantu, tetapi tidak memanjakan mereka,” imbuhnya.

Disinggung apakah disabilitas tak terlihat bisa disembuhkan, dr Sisca menerangkan, hal tersebut bergantung pada tingkat keparahan gangguan organ yang dialami. Meski bagaimanapun kondisinya, yang normal harus membantu mereka hidup lebih berkualitas, dan menjalankan aktivitas fungsionalnya dengan cara yang berbeda.

“Kita harus melihat gangguan organ itu apakah masih bisa kembali, atau malah sudah permanen. Misalnya saja lumpuh separuh badan. Kalau penyebabnya adalah infeksi, mungkin bisa diatasi infeksinya. Sehingga kekuatan ototnya bisa kembali. Tapi kalau penyebabnya adalah trauma kecelakaan dan itu memang sudah permanen, mungkin kita harus membantu mereka hidup dengan bagaimana pun kondisinya,” tandasnya. *ind

Komentar