nusabali

Ayah Korban Sempat Mimpi Buruk, Terlambat Cegah Menyelam

  • www.nusabali.com-ayah-korban-sempat-mimpi-buruk-terlambat-cegah-menyelam

AMLAPURA, NusaBali
Pencarian hari kedua staf Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bali, Gede Surya, 26, yang menghilang saat menyelam di perairan Gili Tepekong, Objek Wisata Candidasa, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan/Kabupaten Karangasem belum membuahkan hasil.

Keluarga korban menggelar upacara matur piuning di Pura Candidasa dan berharap korban segera ditemukan. Ayah korban, Ketut Suana mengaku sempat bermimpi buruk sehari sebelum anaknya berangkat menyelam.

Saat ditemui di Pantai Jasri Kelod, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem Minggu kemarin, Ketut Suana tak menceritakan secara detail mimpi buruknya. Hanya saja Suana mengaku terlambat mencegah sang anak melakukan aktivitas menyelam karena keburu berangkat. Gede Surya merupakan putra sulung dari tiga bersaudara. Dia punya kegemaran menyelam. “Firasat melalui mimpi buruk saya alami semalam sebelum anak melakukan aktivitas menyelam, namun saya gagal mencegah agar batal berangkat,” ungkap Ketut Suana.

Diakui, sehari sebelum berangkat, Gede Surya sempat bilang menyelam melakukan penelitian di perairan Gili Tepekong, Objek Wisata Candidasa. Penelitian terkait terdamparnya hiu paus yang terjadi pada Minggu (6/12). Paman korban, Jro Mangku Sudana, mengatakan terkait nasib naas menimpa keponakannya, keluarga telah matur piuning di Pura Candidasa. Harapannya korban ditemukan syukur-syukur dalam kondisi selamat. “Keluarga kami telah ngewacakang ke orang pintar agar diberi petunjuk lokasi keponakan saya saat ini," kata Jro Mangku Sudana.

Kasi Operasional dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, AA Alit, mengerahkan 14 anggota untuk melakukan pencarian. Pencarian melibatkan Bakamla (Badan Keamanan Laut) Karangasem sebanyak 7 orang, Balawista BPBD Karangasem sebanyak 5 orang, Satpol Air Polres Karangasem sebanyak 4 orang, Satpol Air Polda Bali sebanyak 4 orang, didukung sarana 4 speed boat dan sebuah heli 105. Arah angin dari barat ke barat daya dengan kecepatan rendah 2-5 knot per jam, arus laut dari barat ke ltimur. AA Alit mengatakan, tim peneliti beranggotakan 6 orang yakni Faqih, 24, dari WWF (World Wide Fund for Nature) Bali, Wiralaga, 21, dari Universitas Pajajaran Bandung, Mahardika, 29, dari Universitas Mataram, Rita R, 48, dari Pusrika, Nia Pumpun, 29, dari BPSL (Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut) Denpasar, dan Gede Surya, 26, dari DKP Bali, dibantu dua dive master Rian, 35, dan Agus, 45.

Rencananya melakukan penelitian di kedalaman 30 meter. Penelitian terkait hiu paus terdampar di Pantai Candidasa. Mereka menyelam mulai pukul 08.30 Wita, ternyata cuaca laut memburuk disertai arusnya kencang maka belum sempat menyelam hingga 30 meter, dua dive master Rian, 35, dan Agus, 45, memerintahkan seluruh penyelam naik ke darat. “Ternyata satu penyelam tertinggal, 5 penyelam berhasil naik. Bisa saja karena panik sehingga lepas dari rombongan. Kalau saja bisa sedikit tenang, maka bisa membuka parasut agar mengembang sehingga terhindar dari bahaya tenggelam," kata AA Alit.

Atau penyelam bisa melepas beban pemberat di punggung sehingga lebih cepat bisa ke darat. Hanya saja, proses kembali ke darat dalam waktu cepat dari kedalaman lebih dari 10 meter sangat berisiko, terutama menghadapi tekanan laut, genderang telinga bisa pecah. “Pencarian hari kedua, nihil,” kata AA Alit. AA Alit mengaku telah menginformasikan kepada seluruh nelayan di Karangasem dan sekitarnya, para nakhoda kapal yang berlayar di Selat Lombok agar turut membantu jika menemukan seorang penyelam agar segera diinformasikan. "Secara teknis kami berupaya melakukan pencarian, saya mengapresiasi upaya keluarga korban menempuh jalan niskala," tambahnya. Pencarian selama 7 hari terhitung sejak Sabtu (12/12). Jika korban belum juga ditemukan, pencarian bisa diperpanjang tergantung situasi cuaca di laut. Sebab cuaca di laut sulit diprediksi, arus, angin dan gelombang tidak menentu. *k16

Komentar