nusabali

Pengusaha Enggan 'Hidupkan' Bioskop

  • www.nusabali.com-pengusaha-enggan-hidupkan-bioskop

Untuk membangun sebuah bioskop hingga beroperasi diperlukan anggaran kurang lebih Rp 5 miliar.

SINGARAJA, NusaBali

Kejayaan bioskop di era 1980an di Kota Singaraja, Buleleng, nampaknya sangat sulit diulang kembali. Karena para investor atau pengusaha masih berpikir panjang untuk terjun di bisnis hiburan ini. Mereka pun harus mempertimbangkan modal besar untuk membangun satu gedung bioskop.

Hal itu diungkapkan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Buleleng Luh Hesti Ranitasari di Singaraja, Senin (31/10) siang. Anggota DPRD Buleleng ini menjelaskan, sampai saat ini belum ada investor atau pengusaha lokal Buleleng yang berani akan membuka bisnis bioskop. “Memang beberapa waktu lalu, sempat ada pengusaha asal Denpasar yang katanya akan membangun bioskop di Buleleng. Tapi masih terkendala masalah pengurusan izin,” ujarnya.

Kata Hesti, selain terkendala masalah pengurusan izin yang tidak mudah, kendala utama membangkitkan kembali kejayaan bioskop di Buleleng, adalah permodalan. Untuk membangun sebuah bioskop hingga beroperasi diperlukan anggaran kurang lebih Rp 5 miliar. Besarnya modal yang diperlukan karena bioskop merupakan usaha dengan sistem franchise, semacam KFC, MCD, J.Co dan lainnya. Dengan itu, sebuah bioskop harus mengakses jaringan bioskop di Indonesia seperti Cineplex, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat disetujui pemerintah dan pihak jaringan.

Pihak jaringan harus meninjau dan memerifikasi apakah bioskop memang cocok dibangun di Buleleng. “Karena jaringan ini punya standar-standar tersendiri, baik kelayakan tempat, pangsa pasar dan segala macamnya sebelum memutuskan,” imbuh dia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat juga merupakan pertimbangan khusus.

Hesti yang juga pengusaha dealer mobil ini mengatakan, Buleleng sebagai kota ke tiga dengan tingkat kesejahetraan masyarakatnya tertinggi di Bali, bukan tidak mungkin untuk bertumbuhkembang industri hiburan, seperti bioskop. Apalagi saat ini di Buleleng untuk tempat rekreasi dan refresing masyarakatnya masih didominasi wisata alam dan seni budaya. Sedangkan Buleleng memiliki luasan wilayah yang terbesar di Bali hingga memungkinkan untuk bertumbuhkembangnya industri dan bisnis modern.

Menurutnya keberadaan bioskop di Buleleng sangat dirindukan oleh mayarakat luas, untuk tempat hiburan, tempat berkumpul bersama keluarga dan teman-teman untuk menyaksikan hiburan film-film terbaru. “Ya mudah-mudahan teman-teman pengusaha yang memiliki modal lebih bisa menanamkan modal disini dalam bisnis bioskop,” kata dia.

Sebagaimana diketahui, tahun 1980an di Kota Singaraja pernah berjaya tiga bisokop ternama, yakni Singaraja Teater, Wijaya Teater, dan Muda Ria Teater. Namun tiga bioskop ini kolaps seiring pesatnya hiburan di TV, film gadget, dan lainnya.  k23

Komentar