nusabali

Sulap Buah Maja Menjadi Pot Tanaman Bernilai Ekonomis

Ni Putu Nia Apriani, Pelukis dan Guru Privat Menggambar Asal Desa Megati, Selemadeg Timur

  • www.nusabali.com-sulap-buah-maja-menjadi-pot-tanaman-bernilai-ekonomis

Putu Nia Apriani berkreasi bikin pot tanaman dari buah maja yang dilukis sejak Mei 2020 lalu, berawal dari iseng di tengah pandemi Covid-19. Hasil karyanya laku dijual hingga Rp 60.000 per unit

TABANAN, NusaBali
Buah maja (bila) yang selama ini dianggap limbah tidak bermanfaat, ternyata bisa dijadikan barang bernilai ekonomis. Hal ini sudah dibuktikan Ni Putu Nia Apriani, 24, pelukis dan guru privat les menggambar asal Banjar Jelijih Tegeh, Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan yang berhasil menyulap buah maja menjadi pot tanaman unik hingga laku dijual.

Untuk menyulap buah maja menjadi pot bunga yang indah, Putu Nia Apriani mengandalkan keterampilannya sebagai seorang pelukis. Jebolan S1 Jurusan Seni Murni Fakuktas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tahun 2019 ini melukis seluruh sisi buah maja. Lukisan yang dibuat masih manual, dengan memadukan cat akrilik dan cat dinding.

Selain melukis, Putu Nia juga mengajar les privat menggambar. Dia juga mengajar di Yayasan Peduli Autisme Bali (di Denpasar) dan mengajar di Rumah Belajar Autis Sarwahita (di Denpasar). Kesibukan mengajar di lembaga autis ini baru dijalani Putu Nia sejak dua pekan terakhir.

Putu Nia menuturkan, kreativitas menyulap buah maja menjadi pot tanaman yang indah berawal dari iseng di tengah pandemi Covid-19, awal Mei 2020 lalu. Semula, Putu Nia ingin membuat kreativitas pot lewat media kelapa. Sayangnya, untuk menjadikan kelapa sebagai pot, ternyata terlalu susah dan memakan waktu lama.

Atas saran sang ayah I Wayan Budiasa, Putu Nia kemudian berkreasi bikin pot menggunakan buah maja, yang banyak ada di sawahnya. “Saya ikuti saran bapak, akhirnya saya coba menggunakan buah maja ini sebagai pot. Ternyata, hasilnya lumayan,” ungkap Putu Nia saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Banjar Jelijih Tegeh, Desa Megati, Minggu (22/11) pag.

Sebelum disulap menjadi pot, kata Putu Nia, buah maja lebih dulu diuji coba ketahanannya. Bahkan, buah maja sempat dibanting keras, ternyata tidak pecah. “Saya pun putuskan berkreasi bikin pot mengunakan buah maja,” kenag gadis berusia 24 tahun kelahioran Tabanan, 9 April 1996 ini.

Menurut Putu Pia, pot dari buah maja bisa bertahan lama lebih dari 3 tahun, tergantung penempatannya. Pot dari buah maja ini juga bisa digantung sebagai wadah berbagai jenis tanaman. Hasil karya Putu Nia sebagian sudah dijadikan sebagai pot tanaman memperindah halaman rumahnya. Sedangkan sebagian besar hasil karya lainhnya merupaman pesanan orang untuk dibeli.

Putu Nia mengatakan, untuk menjadikan pot dati buah maja yang dipungut di sawah tidaklah sulit. Pertama, buah maja yang sudah jatuh tersebut dibawa pulang dan dilubangi di bagian atas untuk mengeluarkan isinya.

Dalam proses mengeluarkan isi itu, harus ekstra hati-hati agar kulit buah maja tidak sampai pecah. Selanjutnya, buah maja tersebut dibersihkan dengan sikat gigi, diselingi proses penjemuran. Setelah bersih, barulah dilukis sesuai dengan motif yang diinginkan. Motifnya, mulai dari tokoh kartun, batik, hingga corak tanaman.

“Sekarang motif yang paling banyak diminati masuarakat adalah corak kartun seperti Doraemon dan Spongebop,” tutur putri semata wayang pasangan I Wayan Budiasa dan Ni Made Nityawati ini.

Selama menggeluti pembuatan pot dari buah maja sejak Mei 2020 lalu, Putu Nia sudah menghasilkan puluhan pot dengan berbagai motif. Sebagian sudah terjual. Harga pot bervariasi mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 60.000 per unit, tergantung ukurannya. “Yang pesan itu baru masyarakat lokal Bali. Pesanan banyak sejak pot dari buah maja ini diposting di media sosial,” papar gadis yang kini menjadi Bendahara Sekaa Teruna Budhi Darcana Banjar Jelijih Tegeh, Desa Megati ini.

Dengan keterampilannya, Putu Nia yang memang seorang pelukis juga memiliki kreativitas melukis di selendang secara manual. Selendang lukis ini sempat hits di tahun 2019, namun belakangan meredup karena pandemi Covid-19. “Motif selendang yang saya lukis menggunakan cat akrilik adalah motif bunga,” katanya.

Bukan hanya itu, Putu Nia juga sempat menggunakan serbuk gergaji sebagai bahan celup untuk mewarnai selendang. “Ke depan, saya akan kombinasikan batik dengan lukis dalam selendang, agar memiliki ciri khas tersendiri,” cerita dara manis yang sudah memiliki bakat melukis sejak duduk di bangku SD ini.

Lewat bakat yang dimilikinya, Putu Nia ingin bisa membanggakan orangtua. Terlebih, bundanya yakni Ni Made Nityawati sekarang sedang menderita stroke, hingga membuat Putu Nia dan sang ayah Wayan Budiasa harus berjuang. “Mudah-mudahan, bakat saya ini bisa menjadi kebanggan keluarga,” harap mantan Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala ISI Denpasar 2017-2018 ini.

Sementara itu, sang ayah Wayan Budiasa sangat mendukung bakat yang dimiliki putri tunggalnya, Putu Nia Apriani. Budiasa mengaku sempat mengarahkan putrinya ini menempuh pendidikan kepariwisataan, dengan harapan bisa cepat dapat kerja. Namun, karena sudah hobi melukis sejak kecil, Putu Nia akhirnya pilih kuliah S1 Jurusan Seni Murni Fakuktas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar.

Menurut Budiasa, Putu Nia nyaris tidak menyelesaikan pendidikannya di ISI Denpasar. Pasalnya, tidak ada biaya, ditambah lagi ibundanya sakit stroke. Syukur, berkat dukungan keluarga, akhirnya Putu Apriani bisa menamatkan studi ISI Denpasar.

Selaku orangtua, Budiasa mendukung penuh kreativitas yang dilakukan Putu Nia. “Saya sangat mendukung kiprahnya, terlebih saya tidak memiliki bakat untuk melukis. Mudah-mudahan, ke depannya anak saya ini bisa bermanfaat bagi banyak orang,” harap Budiasa. *des

Komentar