nusabali

Jual Jasa Ukir Buah Dekorasi Pernikahan

Mantan PMI Pantang Jadi Pengangguran

  • www.nusabali.com-jual-jasa-ukir-buah-dekorasi-pernikahan

GIANYAR, NusaBali
Salah seorang mantan pekerja migran Indonesia (PMI)  asal Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, I Ketut Alit Semara Putra, 27, boleh dibilang PMI yang tak suka menyandang predikat pengangguran.

Di tengah pandemi saat ini, dia tetap berkreasi dengan membuah ukiran buah. Ukiran buah ini sangat disukai warga yang sedang membuat hiasan atau dekorasi tempat acara pernikahan dan acara lainnya. Mengukir buah telah telah dia tekuni sejak delapan tahun lalu, sebelum sempat berangkat ke luar negeri untuk bekerja menjadi PMI. Dia menjelaskan, mengukir buah awalnya hanya untuk menyalurkan hobi mengukir. Karena dirasa lebih mudah menggunakan media buah, membuatnya terus berlatih hingga terbiasa membuat ukiran buah. Maka, setiap tetangga menggelar acara pernikahan, dial ah yang membuat ukiran buah untuk dekorasi tempat acara. "Media buah lebih lentur, membuat saya lebih cepat menggarap ukirannya," terangnya, Jumat (6/11).

Alumnus SMA Negeri 1 Tegallalang, Gianyar ini menyampaikan buah yang biasanya dia ukir  lebih dominan jenis semangka, labu, pepaya, wortel, lobak, dan ubi. Bahan ini dipiuloih karena mudah dalam proses pembuata, mencari bahannya pun gampang. Buah buah tersebut juga punya paduan warna dan corak yang menarik saat jadi ukiran.

"Soal bentuk ukiran, tergantung permintaan. Biasanya ada yang minta bentuk wajah, bentuk burung, hewan, hingga bunga,’’ ujarnya. Jelas Alit Semara, pemesan ukiran buah biasanya orang yang memiliki acara seperti pernikahan, atau parti di hotel- hotel. Sedangkan kendalanya  sempat di acara pernikahan atau yang melibatkan undangan banyak, untuk membuat yang sperti diinginkan harus menyambung buah agar mendapat hasil maksimal, dan waktu pengerjaannya  juga harus malam hari agar pada saat acara buah terlihat segar," tandasnya.

Disinggung tentang harga, Alit Semara mengaku tidak mematok harga pasti. Karena harga sangat tergantung dari seberapa besar permintaan. Biasanya dia memberi harga Rp 300.000 - Rp 1 juta, dengan buah yang dia sediakan langsung. Jika buah disediakan oleh pemesan, dia mengaku untuk harga tidak masalah baginya. Terpenting dalam proses pembuatannya dia dapat menuangkan karya seninya melalui ukiran tersebut.

Selain mengukir buah, kesehariannya, sebelum pandemi Alit Semara adalah supir taxi pariwisata dan mengelola penginapan di desanya. Sembari menunggu pariwisata pulih, dia memiliki pun menjalankan hobinya terutama di tengah musim upacara perkawinan saat ini. *nvi

Komentar