nusabali

Rumah Bali Asli Hanya Ada di Museum

  • www.nusabali.com-rumah-bali-asli-hanya-ada-di-museum

Cepat atau lambat, rumah kebanggaan Bali ini hanya akan lestari di museum-museum. Amat sulit ditemukan di pekarangan hunian asli.

TABANAN, NusaBali
Rumah tradisional Bali, salah satu ikon kebudayaan terpenting bagi Bali. Sebagaimana umumnya, rumah ini tak hanya sebuah hunian nyaman, namun kesatuan bangunan yang dapat ‘bertutur’ tentang banyak hal. Mulai dari perikehidupan orang Bali, keseimbangan diri, alam, dan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai peradaban Bali yang sesungguhnya.

Sayang, rumah tradisional Bali kini tak sesuai aslinya karena terdesak oleh rekayasa modernitas. Akibatnya, cepat atau lambat, rumah kebanggaan Bali ini hanya akan lestari di museum-museum. Amat sulit ditemukan di pekarangan hunian asli.

Rumah tradisional Bali memang masih ada di beberapa desa di Bali. Hanya saja keadaannya tak lagi sesuai konsep Asta Kosala Kosali. Seiring perkembangan kemajuan teknologi, konsep rumah Bali hanya lestari di pedesaan, namun dengan beberapa itemnya yang hilang.

Rumah tradisional Bali yang masih sesuai tatanan rumah Bali kini hanya dilestarikan di Museum Subak Tabanan. Di museum ini, ada sejumlah item bangunan dalam satu pekarangan . Tatanan rumah Bali yang ada di Museum Subak mengambil konsep Asta Kosala Kosali.Dalam satu pekarangan rumah, ada bangunan Paon atau dapur yang posisinya ada di bagian selatan. Kemudian Bale Dauh di sebelah barat yang memiliki fungsi untuk menerima tamu. Bale Daje atau Gedong berfungsi untuk anak-anak atau anak gadis, serta menyimpan benda pusaka.

Bale Dangin atau tempat upacara yang difungsikan untuk kegiatan segala upacara terutama Manusa Yadnya. Bangunan Gelebeg yang posisinya ada di tenggara atau sebelah selatan Bale Dangin memiliki fungsi untuk menyimpan padi. Bale Ketungan yang posisinya di selatan Gelebeg difungsikan untuk menumbuk padi.

Kemudian bangunan Mrajan yang posisinya di Kaja Kangin rumah. Lalu ada Palinggih Surya di tengah  

halaman, serta terdapat Palinggih Tugu Karang. Selain itu dalam tatanan rumah Bali di bagian atas tembok penyengker ada atap. Dilengkapi dengan bangunan Aling-aling yang memiliki fungsi untuk mencegah hal negatif masuk rumah. Tatanan rumah Bali juga dilengkapi dengan dua pintu masuk yakni pintu depan dan pintu belakang.

Pemandu Museum Subak Tabanan, Ni Ketut Ruminiasih menjelaskan tatanan rumah Bali yang ada di Museum Subak Tabanan sesuai dengan konsep Asta Kosala Kosali. Sementara tatanan rumah Bali di Tabanan khusus di daerah pedesaan masih lestari. Meskipun ada sejumlah item yang tidak dibangun seperti bangunan Gelebeg dan Bale Ketungan. Sedangkan untuk di daerah perkotaan tatanan rumah Bali ini sudah ditinggalkan karena untuk membangun, arealnya tidak mencukupi.

Diakui Ruminiasih, tatanan rumah Bali ini masih lestari antara lain, di Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Namun, sejumlah item tidak dibangun seperti Gelebeg dan Bale Ketungan. Ini karena banyak sawah yang alih fungsi menyebabkan hasil pertanian berkurang. Karena hasil pertanian berkurang, petani pun menjual hasil panennya di sawah. “Kondisi ini menyebabkan bangunan Gelebeg jarang dibangun karena banyak petani tidak membawa hasil panen ke rumah,” ungkapnya, Jumat (23/10).

Tak hanya Gelebeg, Bangunan Bale Ketungan pun sudah ditinggalkan. Bahkan Ketungannya sendiri sudah hampir punah. “Bale Ketungan sudah tidak ada, petani sudah tidak memanfaatkan itu karena sudah ada mesin penggiling padi yang lebih praktis. Kita di Museum Subak melestarikan ketungan ini karena sudah hampir punah. Kalau dulu ketungan ini sangat berguna hampir setiap rumah tangga memiliki karena digunakan untuk menumbuk gabah hingga menjadi beras,” bebernya.

Dia menambahkan tatanan rumah Bali biasanya juga dilengkapi Gelogor (kandang babi) yang posisinya ada di selatan dapur. Adanya Gelogor di dalam pekarangan karena zaman dulu keuangan petani sulit sehingga ketika petani memiliki babi diletakkan di belakang dapur dan tidak harus membuat kandang babi. “Jadi Gelogor zaman dulu babi langsung di pekarangan rumah. Tidak ada lagi terpisah seperti kandang sekarang,” imbuhnya.

Ruminiasih menjelaskan tatanan rumah Bali antara di Tabanan dengan kabupaten/kota di Bali sedikit berbeda, misalnya dengan yang ada di wilayah Ubung, Kota Denpasar. Jika rumah Bali di Tabanan Bale upacara di tengah halaman tepat di depan bangunan Gedong. Sedangkan di Denpasar, Bale upacara di sebelah selatan Mrajan. “Sementara untuk di daerah Klungkung, Karangasem konsepnya hampir sama,” akunya.

Namun, menurutnya, sesuai dengan hasil pengamatan, rumah Bali yang masih dilestarikan itu ada di daerah Penglipuran, Bangli. Bahkan pintu masuk yang mereka buat dari tanah. “Jadi yang di Penglipuran itu masih lestari, ya terutama pintu masuk mereka masih seperti zaman dulu,” tegasnya.

Disisi lain, Kepala UPTD Museum Subak Kabupaten Tabanan Ida Ayu Pawitrani mengatakan, untuk contoh rumah tradisional petani Bali terakhir direnovasi pada tahun 2014. Dimana untuk kondisi bangunan sendiri diakuinya masih bagus, apalagi belum lama ini telah dilakukan kegiatan perawatan dengan injeksi bambu untuk mencegah adanya serbuk seksek. Hanya saja khusus untuk bagian pagar keliling yang beratapkan alang-alang kini mulai rusak lantaran faktor cuaca dan alam.

Untuk perbaikan pagar keliling dari asumsi anggaran tahun 2014 lalu sebagai perbandingan, paling tidak dibutuhkan Rp 85 juta. “Jerami sekarang kualitasnya kurang begitu bagus, jadi sudah mulai rusak karena panas dan hujan. Tahun depan kami rencanakan perbaikan, saat ini belum bisa karena tidak ada dana,” ujarnya.

Diakuinya, contoh rumah tradisional petani Bali ini sangat diminati oleh para wisatawan yang berkunjung ke Museum Subak khususnya dari daerah luar Bali. Kebanyakan mereka ingin tahu konsep rumah asli Bali. Apalagi rumah Bali ini dibuat dengan konsep Asta Kosala-Kosali. “Jadi rumah Bali ni jarang terlihat di daerah perkotaan, hanya saja masih tetap lestari di daerah pedesaan,” katanya.

Seperti diketahui Museum Subak Tabanan yang berlokasi di Sanggulan, Kecamatan Kediri, Tabanan ini memiliki luas 6,28 hektar. Di tempat ini para pengunjung dapat melihat perlengkapan pertanian di Bali secara tradisional. Bahkan, pengunjung juga dapat menikmati dan melihat miniatur dari  jaringan irigasi subak. Dimulai dari sumber air dari danau,  sungai, bendungan, terowongan air, pengendapan lumpur, rumah tradisional petani Bali, Pura Bedugul, balai subak, dan sawah dengan luas  1,3 hektar dilengkapi dengan pindekan (kincir angin tradisional) serta kubu di tengah sawah. *des

Komentar