nusabali

Sepasang Walaka Jalani Diksa Pariksa

  • www.nusabali.com-sepasang-walaka-jalani-diksa-pariksa

AMLAPURA, NusaBali
Sepasang walaka, Jro Mangku Nyoman Artha dan Jro Mangku Istri Nengah Karni, menjalani diksa pariksa di Wantilan Nawa Satya Kantor Bupati Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Saniscara Pon Pahang, Sabtu (24/10).

Diksa pariksa dipimpin Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini MAg. Diksa pariksa menghadirkan calon nabe Sira Mpu Dharma Kerthi, calon nabe watra Sira Mpu Dharma Sunu, dan calon nabe saksi Sira Mpu Dharma Komala.

Diksa pariksa juga disaksikan Plt Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem Ida Made Pidada Manuaba, Camat Abang Ida Bagus Eka Ananta Wijaya, Kabag Kesra Setda Karangasem I Wayan Witrawan, Perbekel Desa Purwakerti I Nengah Karyawan, Bendesa Adat Tukad Besi I Wayan Sukana, Kelian Banjar Adat Biaslantang Kelod I Ketut Putra, Kelian Banjar Dinas Biaslantang I Nengah Kari, dan undangan lainnya. Bertindak sebagai Dharma Upepati PHDI, Ida Pedanda Gede Demung Sogata, dari Geria Panji, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem.

Ketua PHDI Dr Ni Nengah Rustini bersama Sekretaris PHDI I Gusti Ngurah Ananjaya mengecek syarat administrasi. Seluruh persyaratan dinyatakan lengkap, tidak ada kendala, tinggal melanjutkan upacara diksita (sulinggih) pada Purnama Kalima, Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (31/10). Sekretaris PHDI I Gusti Ngurah Ananjaya sempat menanyakan kepada calon sulinggih, maksud dan tujuannya jadi sulinggih. Jro Mangku Nyoman Artha menanggapi, menjadi sulinggih untuk meningkatkan srada bhakti, meningkatkan kasucian diri, dan melayani umat sedharma dalam hal muput upacara, memberikan petunjuk hari baik untuk menggelar upacara, dan lainnya.

Dr Ni Nengah Rustini, mengingatkan jadi sulinggih, swadarmanya sudah beda, mulai dari berbusana, berturut kata, dan berperilaku sehari-hari. Sehingga dalam hal menjalani kehidupan tidak lagi seperti masih walaka. “Banyak pantangannya jadi sulinggih," kata Dr Ni Nengah Rustini. Dharma Upapati, Ida Pedanda Gede Demung Sogata, juga turut memberikan nasihat mengenai kewajiban jadi sulinggih. Tugas sulinggih di antaranya ngeloka palasraya (muput upacara), penadahan upadesa (memberikan pencerahan kepada umat), dan nyurya sewana (menyucikan diri setiap pagi).

Sesuai Lontar Sarasamuscaya, sulinggih diberi predikat satya wadi yakni selalu menyuarakan kebenaran, satya apta yakni patut dihormati dan diteladani, sang patirthan sebagai tempat mendapatkan penyucian. Sedangkan dalam Lontar Ekapratama disebutkan sulinggih sebagai katrini katon atau wakil Tuhan. Dalam kitab Taiteria Upanisad disebutkan sebagai acharya dewa bhawa atau perwujudan dewa. *k16

Komentar