nusabali

Sepi Orderan, Banyak yang Tutup dan Beralih Usaha

Nasib Perajin Bokor di Tengah Pandemi

  • www.nusabali.com-sepi-orderan-banyak-yang-tutup-dan-beralih-usaha

SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini terbukti memukul dunia perekonomian hampir di semua lini profesi.

Mulai dari pedagang, petani, pelaku pariwisata, pelaku industri, hingga usaha kreatif, termasuk perajin bokor pande (tempat sesajen). Hal ini yang dialami perajin bokor di Desa Beratan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Salah satu perajin bokor, Komang Adi Saputra, merasakan sepinya orderan bokor. Sepi orderan pembuatan bokor berbahan alumunium ini berlangsung saat pandemi Covid-19.

"Sepi sekali, seminggu hanya satu dapat orderan. Itupun bukan membuat bokor. Melainkan servis bokor dan membersihkan bokor dari karat biar kembali mengkilat," katanya, Kamis (22/10).

Ia mengakui, permintaan bokor sejatinya sudah mulai menurun semenjak tahun 2018 lalu. Setelah bahan alumunium pembuatan bokor mengalami kenaikan harga. Bahan baku lembaran alumunium perlembar dengan ukuran 2x1 meter kini didapat dengan harga Rp 40 ribu. Sebelumnya harga berkisar Rp 15-20 ribu. Selain itu harga perak untuk melapisi bokor yang juga ikut naik seharga Rp 11.500 yang dulunya Rp 9.500.

"Karena mahalnya bahan yang harganya naik sejak dua tahun terakhir, sedangkan ongkos pembuatan bokor murah berkisar Rp 100-120 ribu. Di samping itu juga banyak persaingan pembuatan bokor dengan produksi berbahan kayu dan fiber. Ditambah pula dengan wabah pandemi Covid-19. Sehingga menjadi sepi orderan bokor," keluhnya.

Ia mengungkapkan, di Desa Beratan sudah banyak perajin bokor yang sudah tutup dan beralih usaha. Namun masih ada bertahan dengan beralih membuat cangkang (bungkung) cincin batu akik berbahan perak. Meski demikian, pesanan membuat cangkang batu akik juga saat ini sepi pembeli dan permintaan. Apalagi barang tersebut bukan kebutuhan primer.

"Kalau saya tetap pilih bertahan buat bokor dan membersihkan bokor. Karena ini usaha yang diturunkan orangtua. Namun kalau ada garapan buat cangkang ya saya juga terima," ungkapnya.

Harga bokor yang ia banderol bergantung pada ukuran, berkisar Rp 100-500 ribu. Begitupula dengan servis bokor tergantung ukuran mulai dari Rp 25-50 ribu. Selain dipasarkan di daerah Buleleng dulunya bokor alumunium hasil perajin Desa Beratan juga dipasarkan ke daerah Badung dan Denpasar. Bahkan pembeli dari luar daerah datang langsung ke pengerajin.

Sementara itu, perajin bokor lainnya, Nyoman Sweden mengakui di tengah pandemi Covid-19 produksi bokor menurun lantaran susah mencari masyarakat yang servis atau membuat bokor. Pesanan setiap hari pun hanya datang dari 4-5 orang yang bukan membuat bokor melainkan servis bokor. Menyiasati hal itu ia juga beralih membuat cangkang cincin batu akik.

"Namun juga sepi di tengah Covid-19 yang masih berlangsung. Biasanya pemesanan pembuatan cangkang cincin ada saja yang datang setiap harinya," ungkapnya.

Kendati sepi permintaan pemesanan bokor dan cangkang cincin, para peerajin kerajinan alumunium ini tetap memilih bertahan menjalankan usaha mereka. "Kami buka saja usaha, ketimbang harus diam. Rezeki kan sudah ada yang atur," pungkasnya.*cr75

Komentar