nusabali

Jembrana Ekspor 12 Ton Biji Kakao ke Belanda

  • www.nusabali.com-jembrana-ekspor-12-ton-biji-kakao-ke-belanda

NEGARA, NusaBali
Di tengah masa pandemi Covid-19, biji kakao fermentasi organik Kabupaten Jembrana tetap dilirik pasar dunia.

Setelah ekspor 20 ton biji kakao Jembrana ke Jepang pada Agustus lalu, sebanyak 12 ton biji kakao Jembrana kembali diekspor ke Belanda. Pengiriman biji kakao ke Belanda dari Koperasi Kerta Semaya Samania (KSS) di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya ini diberangkatkan dari koperasi setempat, Senin (19/10)

Pengiriman biji kakao yang juga menjadi ekspor perdana biji kakao Jembrana ke Belanda ini, dilepas secara virtual oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati alis Cok Ace. Hadir dalam acara tersebut, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Wilayah Bali, NTB, dan NTT Hendra Prasmono, Kepala Bea Cukai Denpasar Kusuma Santi Wahyuningsih, Wakil Duta Besar (Dubes) Indonesia di Belanda Fikri Cassidy, dan Kepala Dinas Pertanian Pangan Jembrana I Wayan Sutama.

Ketua Koperasi KSS I Ketut Wiadnyana menyampaikan rasa bangga dan bersyukur dengan ekspor biji kakao fermentasi organik dari Jembrana yang telah menembus pasar Belanda ini. Hal ini berkat dukungan pemerintah, dan pembinaan dari Yayasan Kalimajari. “Kami ucapkan terima kasih hingga terwujud nota kesepahaman ekspor dan support, sehingga proses bisa berjalan. Juga teman Karantina Bali yang intens memberi dukungan,” ujarnya.

Menurut Wiadnyana, ekspor perdana biji kakao fermentasi organik ke Belanda ini merupakan ekspor perdana ke Negeri Kincir Angin tersebut. Melalui dukungan pemerintah, diharapkan ekspor biji kakao di masa pandemi Covid-19 ini tetap berjalan normal. Dalam waktu dekat ini rencananya juga akan ekspor ke Prancis dan Jepang.

Sementara Wagub Cok Ace menyampaikan perasaan bahagianya lantaran hasil perkebunan di Jembrana bisa menembus pasar ekspor di tengah pariwisata yang sedang meredup. Melihat fenomena ini, Wagub Cok Ace mengaku diingatkan peristiwa krisis ekonomi tahun 1998, ketika sendi perekonomian terpuruk. “Situasi krisis itu mirip dengan sekarang, ketika sektor pertanian tetap eksis. Kita dapati bahwa pendapatan utama Bali dari pariwisata, tentu harus ada penyanding pertanian,” ujarnya.

Oleh karena itu, sambung Wagub Cok Ace, sektor pertanian harus dibangun dengan baik untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan produk-produknya. Wagub sangat mengapresiasi adanya upaya peningkatan mutu produk pertanian. “Saya berharap pertanian terus ditingkatkan. Saya juga apresiasi subak abian dengan basis kakao organik, sehingga terus berinovasi dan mampu menciptakan pasar spesifik dan dapat berlanjut untuk ekspor berikutnya,” ucapnya.

Sedangkan Wayan Sutama juga mengapresiasi kinerja Koperasi KSS bersama jajaran terkait. Menurut Sutama, ekspor biji kakao fermentasi organik Jembrana yang kini menembus pasar Belanda ini sebagai pemicu dan motivasi para petani kakao di Jembrana untuk terus meningkatkan produktivitas kakaonya melalui budidaya yang lebih baik. Di mana peningkatan kualitas itu, juga wujud komitmen untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.

“Kita mendorong KSS untuk melakukan peningkatan kuantitas dan kualitas produk kakao yang diekspor. Ke depan tidak hanya produk biji fermentasi. Tetapi kami harap bisa mengekspor produk olahan kakao, seperti dalam bentuk nibs, bubuk, butter serta produk olahan lainnya,” ucapnya. *ode

Komentar