nusabali

Sulap Payung Biasa Jadi Luar Biasa

Kiprah Perajin Tedung Lukis Bali Dadi

  • www.nusabali.com-sulap-payung-biasa-jadi-luar-biasa

Permintaan tedung buatan Gede Lamopia datang dari jasa dekorasi, destinasi wisata, dan perorangan.

GIANYAR, NusaBali

I Wayan Gede Lamopia,35, warga Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Dia punya talenta cukup lengkap. Sejak kecil dia hobi menari. Bakat seni mengalir deras. Kini dosen di beberapa perguruan tinggi ini menggeluti kerajinan berbasis sani, yakni Tedung Lukis Bali. Kerajinan ini kini ditekuni di kediamannya, Banjar Abasan, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati. Seniman kelahiran 6 November 1985 ini memodifikasi Tedung Keraton menjadi Tedung Agung Bali bernuansa klasik artistik. Permintaan tedung buatan Gede Lamopia datang dari jasa dekorasi, destinasi wisata, dan perorangan. Permintaan perorangan biasanya untuk keperluan keagamaan menghiasi sanggah atau mrajan.

Ditemui di rumah produksinya, Sabtu (17/10), lulusan Magister Kajian Budaya, Unud ini mengaku baru merintis usaha ini sejak dua tahun lalu. Berawal dari ketidaksengajaan. Ketika tedung yang biasa dipakai menari Satya Brastha di Sanggar Candra Bhuana Ubud rusak. "Pertama kali saya coba untuk memperbaiki tedung yang rusak itu sendiri. Ternyata bisa, akhirnya kepikiran untuk membuat," jelas suami dari Ni Wayan Emik Setyawati ini.

Sejak saat itu, Gede mulai mencoba. Mencari inspirasi, referensi dari berbagai sumber. Pilihan dijatuhkan pada pembuatan tedung agung tempo dulu. Dimana kerangka tedung, berbahan bambu yang lurus. Gayung bersambut, Gede bertemu dan beberapa kenalan yang menuki pekerjaan sebagai agen kerangka payung, agen menur, dan pernak-pernik terkait. "Jadi saya coba rakit, bikin gaya sendiri. Agar bernuansa klasik dan artistik, saya lihat juga referensi di media sosial," jelasnya.

Kesan klasik ditampilkan dengan kombinasi ornamen lukis Bali. "Kebetulan saat mengawali usaha ini, sedang booming dekorasi alami tanpa styrofoam atau gabus. Sehingga tedung cocok dipasangkan dengan dekorasi yang serba alami," jelasnya. "Banyak permintaan dari teman dekorasi. Tedung klasik kuno keraton gaya Jawa, saya coba modifikasi agar bernuansa Bali," jelasnya. Unsur kebalian, diantaranya penggunaan kain blacu, benang tridatu, serta lukis Bali. Gede juga bekerja sesuai pesanan. "Ada yang minta warna poleng, kuning, sesuai palinggih. Jadi selain dekorasi, banyak juga diminati untuk digunakan di sanggah atau mrajan," terangnya.

Sebelum pandemi Covid-19, dalam sehari Gede bisa memodifikasi lima tedung. Dia dibantu beberapa keluarganya. Namun, sejak pandemi permintaan turun drastis. "Dulu pernah bisa tembus ekspor ke Jerman. Sebanyak 80 pcs diambil sama kargo. Katanya disana untuk hiasan teras rumah, sejak pandemi ini permintaan turun drastis," ungkapnya.

Tedung atau payung untuk keperluan outdoor, dicat khusus agar tahan air. "Kainnya saya cat atas bawah. Sehingga tedung ini bisa awet bertahun-tahun," jelasnya. Untuk kisaran harga, mulai Rp 700.000 ke atas. Sesuai permintaan, tingkat kerumitan maupun motif. Saat ini, Gede masih menjajaki membuat payung lukis untuk hotel. "Apakah nanti diisi logo hotel, masih saya jajaki," imbuhnya. *nvi

Komentar