nusabali

Aci Calonarang Tebesaya, Hujan Turun Usai Pentas

  • www.nusabali.com-aci-calonarang-tebesaya-hujan-turun-usai-pentas

GIANYAR, NusaBali
Nuansa sakral dirasakan krama Banjar Tebesaya, Desa Adat Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, saat pementasan Aci Calonarang, di jaba Pura Dalem Puri, Desa Adat Peliatan, Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kapat, Redite Kliwon Pujut, Minggu (11/10) malam.

Seperti diungkapkan salah satu krama, I Nyoman Astana, pementasan berlangsung dua jam, mulai 19.00 Wita hingga 21.00 Wita.  "Selama itu pementasan hanya sesekali diguyur hujan gerimis. Begitu pentas selesai, hujan langsung turun deras hingga dini hari," ujar Astana, Senin (12/10). Suasana sakral semakin terasa saat pementasan digelar tanpa penonton. Menurut Astana, suasana pentas demikian terasa seperti era tahun 1980an. "Suasana sepi, membawa kita seolah kembali pada situasi sebelum tahun 1980an. Dimana suasana sakral sangat kental," ungkapnya.

Dijelaskan, pementasan Calonarang di Tebesaya ini berlangsung singkat, dimulai dari pukul 19.00 Wita dan berakhir pukul 21.00 Wita. Dimana biasanya pementasan calonarang, paling cepat berakhir pukul 00.00 Wita.

Ringkasnya pementasan tersebut karena memangkas berbagai tarian. Mulai dari tiadanya pengarjan, bebondresan (lawakan) hingga onying. Sebab poin penting dalam ritual aci calonarang ini adalah Rangda melakukan ritual aci di margi agung (jalan raya) sebagai cara untuk menetralisir kekuatan negatif yang menyengsarakan alam semesta. "Kata orang tua, dulu Aci Calonarang memang seperti ini. Baru di tahun 1980an ke atas itu mulai menjadi tontonan. Kemarin, kesan sakralnya sangat kental. Apalagi dalam pementasan diiringi hujan gerimis. Dan, usai pementasan jam sembilan, hujan deras pun turun," tegasnya.

Jro Bendesa Peliatan, I Ketut Sandi berterima kasih pada berbagai pihak karena telah ikut menyukseskan upacara aci calonarang tersebut. Kata dia, pementasan memang dirancang sependek mungkin. Sebab esensi utama dari aci ini adalah 'pesegehan di margi agung'. "Bisa singkat, karena diperingkas. Karena poinnya, rangda melakukan pesegehan di margi agung sebagai penetralisir kekuatan negatif," ujarnya.*nvi

Komentar