nusabali

100 KK Korban Banjir Sanggulan Bersihkan Rumah

  • www.nusabali.com-100-kk-korban-banjir-sanggulan-bersihkan-rumah

Palinggih Padmasari Pantai Siyut, Kecamatan Gianyar Ambruk ke Laut

TABANAN, NusaBali

Sehari pasca perumahan di kawasan Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan diterjang banjir, 100 kepala keluarga (KK) korban bencana mulai bersih-bersih, Minggu (11/10). Sedangkan penghuni 3 unit rumah yang terancam longsor, sudah dipindahkan.

Pantauan NusaBali di lapangan, Minggu pagi, 100 KK yang rumahnya diterjang banjir mulai membersihkan rumahnya, mencuci pakaian, hingga menjemur kasur yang sempat terendam air. Sementara jembatan penghubung Desa Sanggulan dan Terminal Kediri yang terputus akibat longsor, kemarin pagi sudah dipasang garis polisi.

Menurut Bendesa Adat Sanggulan, I Ketut Suranata, guna membantu 100 KK yang terdampak banjir, sudah dibuatkan 2 dapur umur darurat untuk memasak. Dapur umum diadakan selama 3 hari, sejak Sabtu sampai Senin (11/10) ini. Bahkan, penyediaan dapur umum akan diperpanjang apabila kondisi cuaca tidak mendukung. “Kita sediakan 3 hari saja dulu, muda-mudahan cuaca tidak buruk,” papar Suranata kepada NusaBali, Minggu kemarin.

Sedangkan 24 KK yang sebelumnya sempat diungsikan di SDN 6 Banjar Anyar, kata Suranata, sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. “Yang sempat ngungsi sudah pulang, karena situasi telah aman. Namun, kami tetap waspada. Jika kembali hujan lebat, maka warga 24 KK yang rumahnya rawan longsor akan kembali diminta mengungsi,” beber Ketut Suranata kepada NusaBali, Minggu kemarin.

Suranata menyebutkan, ada 3 KK yang disarankan tidak menempati kembali rumah mereka di Banjar Sanggulan. Pasalnya, rumah yang mereka tempati terancam longsor, karena berada di pinggir Sungai Yeh Dati. Posisinya tepat di areal sekitar jembatan putus. “Koordinator perumahan sudah mengkoordinir 3 KK yang disarankan untuk pindah itu,” papar Suranata.

Sementara, salah seorang warga korban banjir di Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Ni Made Sutariani, mengatakan gara-gara bencana banjir setinggi 1,5 meter, dia harus mencuci kembali seluruh pakaiannya. Bahkan, sepeda motor miliknya yang terendam banjir, sampai sekarang belum bisa dihidupkan.

Menurut Made Sutariani, air Sungai Dati yang berada di sebelah timur rumahnya mulai meluap, Sabtu pagi pukul 07.30 Wita. Saat itu, air belum sampai masuk rumah. Namun, sekitar pukul 10.00 Wita, luapan air mulai menerjang masuk ke dalam rumahnya. “Kalau musim hujan memang sering banjir, tetapi tidak sampai parah begini. Sudah 7 tahun saya tinggal di sini, ini banjir terparah,” tutur Sutariani.

Sutariani menyebutkan, air yang menggenangi rumahnya baru surut Sabtu sore pukul 15.00 Wita. Selama 5 jam air menggenangi rumah. Sutariani dan keluarganya terpaksa naik ke lantai dua untuk mengamankan diri. “Saat banjir, kami sempat kesulitan beli makan. Kami tidak bisa turun, karena air cukup tinggi,” tutur Sutariani yang juga pemilik toko kain untuk upacara adat.

Sementara itu, Palinggih Padmasari di sisi timur Pantai Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar ambruk ke laut diterjang air loloan (muara sungai) akibat hujan lebat, Sabtu lalu. Sebelum palinggih terjungkal, senderan pantai lebih dulu ambruk disapu ombak.

Kepala Desa Tulikup, I Made Ardika, menyatakan senderan dan Palinggih Padmasari yang ambruk ke laut ini berada di perbatasan Pantai Siyut (sisi barat) dengan Pantai Tegal Besar, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung (sisi timur). “Palinggih Padmasari yang ambruk dibangun oleh Desa Tulikup di sekitar senderan yang juga ambruk," ujar Made Ardika di Gianyar, Minggu (11/10).

Mnurut Ardika, ambruknya senderan dan Palinggih Padmasari di Pantai Siyut ini terjadi karena derasnya air di muara sungai akibat hujan lebat. Ardika rencananya akan melaporkan bencana tersebut ke BPBD Gianyar, Senin (12/10) ini. *des,nvi

Komentar