nusabali

Pandemi, Calonarang Digelar Tanpa Penonton

  • www.nusabali.com-pandemi-calonarang-digelar-tanpa-penonton

Sesuai isi Lontar Brahma Kertih dan Rogha Sengara Bhumi, karena keberadaan setra/kuburan berada di utara (nguluning jagat) Desa Adat Peliatan.

GIANYAR, NusaBali

Krama Banjar Tebesaya, Desa Adat Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, rutin menggelar tradisi Aci Penyalonarangan setiap rahina Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kapat. Tradisi pertunjukan yang sarat nuansa magis ini biasanya dipadati penonton. Namun kini rahina Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kapat, Redite Kliwon Pujut, Minggu (11/10), masih dalam suasana Pandemi Covid-19.

Satu sisi, krama setempat tidak berani meniadakan tradisi yang berfungsi menolak bala ini. Sisi lain, tidak berani pula melanggar protokol kesehatan. Dengan berbagai pertimbangan, Aci Panyalonarangan tetap digelar namun tanpa penonton.

Seperti diungkapkan Kelian Banjar Tebesaya I Gusti Ngurah Bajra. "Tetap digelar di Margi Agung, Jaba Pura Dalem Puri,  Banjar Tebesaya, Desa Peliatan. Tapi tanpa penonton," tegasnya. Demkian pula,  tempat, waktu hingga durasi pertunjukan pun terpaksa menyesuaikan setelah pihak prajuru adat berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Gianyar.  

Dalam pentas ini, seniman dura (luar) desa pun tidak dilibatkan. “Penabuh, penari dan lainnya dipersembahkan oleh sekaa teruna teruni dan krama. Jadi kami tidak menampilkan seniman-seniman dari luar desa,” ungkapnya.

Gusti Ngurah Bajra menyampaikan  permaklumannya kepada krama, agar melakukan persembahyangan aci ini dari rumah. Karena semua prosesi akan dilaksanakan oleh panitia. Termasuk penonton pun dibatasi, hanya dari panitia dan krama yang mendapatkan tugas. "Kami tidak membuat kalangan (panggung) khusus. Tempatnya pun kami pindahkan di Jaba Pura. Tapi pada puncak prosesi tetap dilaksanakan di Margi Agung,” terangnya.

Hal senada disampaikan Bendesa Adat Peliatan I Ketut Sandi. Kata dia, persembahan Aci Panyalonarangan ini adalah prosesi  penyucian jagat. Sesuai isi Lontar Brahma Kertih dan Rogha Sengara Bhumi, karena keberadaan setra/kuburan berada di utara (Nguluning Jagat ) Desa Adat Peliatan. “Aci ini memang  rutin diadakan setiap enam bulan sekali. Sebagai krama Desa Adat Peliatan, tidak berani tidak melaksanakan yadnya tersebut, karena dulu pernah tidak melaksanakan, mengakibatkan terjangkit wabah penyakit sampai banyak warga yang meninggal dan banyak kejadian aneh di luar akal sehat,” ungkapnya.

Karena itu, sesuai hasil Rapat Banjar Tebesaya Desa Adat Peliatan dengan Satgas Covid-19 Kabupaten Gianyar, memutuskan Aci Panyalonarangan tetap digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. "Kami juga tidak ingin warga kami  terpapar Covid-19, karena itu, kami tidak melibatkan penonton dan hanya panitia," terangnya.

Lanjutnya, ada banyak cerita yang diwariskan secara turun- temurun tentang muasal pementasan calonarang ini. Sampai sekarang krama tidak berani meniadakan persembahan rutin pada sasuhunan yang malinggih di Pura Dalem Puri.  Dari cerita para tetua, pementasan ini bermula dari sesaudan/sesangi yang diupah oleh para saudagar dari Ubud dan sekitarnya. Dimana, setiap kali para saudagar ini berjualan ke tempat jauh, selalu diawali dengan permohonan keselamatan pada sesuhunan yang malinggih di Pura Dalem Puri. Ketika itu perjalanan pedagang ini cukuplah jauh dan memakan waktu sampai bulanan. Daerah tujuannya sampai Kabupaten Buleleng, Jembrana, Klungkung, Karangasem, dan daerah lainnya.  Sekembalinya, para saudagar ini berpatungan menghaturkan sesanginya atas  keselamatan dan rejeki yang diterima.

Rutinitas ini pun terus berjalan seiring dengan keyakinan krama.  Namun, dalam perjalanan waktu, jumlah pedagang ini semakin menyusut dan beralih ke profesi lain. Akhirnya pementasan calonarang ini pun sempat  terputus beberapa tahun. Hingga  akhirnya, krama terkena gering/becek. Wabah aneh yang melanda ketika itu, sangat mencemaskan warga. Penyebabnya, diyakini karena tidak ada lagi persembahan aci calonarang sebagaimana biasanya. "Maka sejak itu, pementasan calonarang selalu dipersembahkan," terang Ketut Sandi.

Cerita pun saling berkaitan satu sama lainnya. Bahkan banyak berkah yang dirasakan segenap warga setiap pementasan calonarang, dari larisnya pedagang, mendapat jodoh, serta berkah lainnya. "Dari keyakinan krama, Aci Calonarang ini sangat memberikan pengaruh pada kedamaian wilayah," ujarnya. *nvi

Komentar