nusabali

Ibu-Anak Diterjang Longsor, 1 Tewas, 1 Luka

Di Tabanan Hujan Deras Putuskan Jembatan dan Rendam Perumahan

  • www.nusabali.com-ibu-anak-diterjang-longsor-1-tewas-1-luka

Akibat banjir merendam 3 perumahan di kawasan Sanggulan, sebanyak 24 kepala keluarga (KK) diarahkan mengungsi di SDN 6 Sanggulan.

AMLAPURA, NusaBali

Hujan deras sejak, Jumat (9/1) hingga Sabtu (10/10) siang di sejumlah wilayah di Bali membuahkan bencana. Di Karangasem, seorang warga, Ni Wayan Beji alias Dadong Widya, 86, tewas tertimbun tanah longsor saat sedang memasak di dapurnya, di Banjar Saren Kelod, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (10/10) pukul 09.40 Wita. Sementara di Kabupaten Tabanan hujan deras menimbulkan bencana banjir hingga jembatan putus.

Informasi yang dihimpun, selain menewaskan korban Ni Wayan Beji, anak korban I Ketut Misi, 57, juga jadi korban tanah longsor. Kebetulan saat kejadian Ketut Misi ada di TKP, namun dia hanya mengalami luka-luka di betis kanan.

Menurut tetangga korban selama ini nenek Ni Wayan Beji tinggal sendirian, di tengah tegalan. Beberapa kali diajak anak-anaknya agar tinggal bersama di satu rumah, di pusat Desa Nongan, korban menolak, memilih tinggal sendirian.

Hanya saja salah satu anak korban I Ketut Misi, setiap hari menengok ibunya, karena memiliki ternak sapi dan burung merpati di rumah yang ditempati ibunya. Rumah yang ditempati korban Ni Wayan Beji itu, terdiri dari dua bangunan rumah berhadap-hadapan, ada yang menghadap ke selatan dan menghadap ke utara dan satu dapur. Kemarin pagi salah satu anaknya I Ketut Misi datang menengok sapi dan burung merpati yang ditempatkan di rumah ibunya itu.

Saat itu korban Ni Wayan Beji tengah memasak di dapur sambil menyalakan kayu bakar, sedangkan anaknya I Ketut Misi, berada di dekat bangunan bagian selatan. Tiba-tiba terjadi tanah longsor dari tebing bagian timur setinggi 4 meter, material longsoran itu terdorong menghantam bangunan bagian utara ukuran 6 meter x 9 meter hingga sepenuhnya tertimbun. Juga menimbun bagian dapur yang ada di bangunan selatan, hingga sang nenek Ni Wayan Beji terkubur hidup-hidup, hanya terlihat bagian kepalanya saja.

Tetangga korban sekaligus saksi, yakni Ni Ketut Kerni dan I Made Landep kemudian memberitahukan musibah itu kepada Kelian Banjar Saren Kelod, I Ketut Pilih dan keluarga korban.

Selanjutnya sang nenek dievakuasi warga Banjar Saren Kelod dalam kondisi telah meninggal dan mengalami luka bakar. Tampak terjun membantu evakuasi Kapolsek Rendang Kompol I Made Sudartawan, Danramil Rendang Kapten CAJ I Nyoman Mangku, Camat Rendang I Wayan Mastra, petugas BPBD dipimpin Kepala Pelaksana BPBD Ida Ketut Arimbawa, Perbekel Nongan I Wayan Daging. Selanjutnya jenazah sang nenek dievakuasi ke rumah asalnya yang ditempati anak-anak dan cucu-cucunya.

Sedangkan anaknya I Ketut Misi, yang mengalami luka lecet di betis kanan, dievakuasi ke Puskesmas Rendang.

Salah satu cucu korban, Ni Nyoman Artiani, mengatakan tidak menyangka terjadi longsor di rumah yang ditempati sang nenek, Ni Wayan Beji. Sebab tebing dengan rumah cukup jauh sekitar 10 meter. “Saya tidak mendapatkan firasat apa-apa soal musibah menimpa nenek. Sebab, selama ini nenek sehat-sehat saja, dan masih kuat berjalan,” ucap Artiani.

Rencana upacara belum ditentukan pihak keluarga, sebab masih menanyakan ke Sulinggih, mengenai hari baik untuk mengubur atau makingsan ring gni. Korban yang telah lama berstatus janda ini meninggalkan 7 anak dan 12 cucu.

Perbekel Nongan, I Wayan Daging, mengatakan sejak sehari sebelumnya di Desa Nongan dan sekitarnya diguyur hujan lebat. Hal itu menyebabkan, struktur tanah jadi basah dan berat menyimpan air. “Tetapi selama ini di Banjar Saren Kelod, tidak pernah terjadi longsor, baru kali ini,” kata Wayan Daging.

Kemarin Sekda Karangasem I Ketut Sedana Merta bersama Kapolres Karangasem AKBP Ni Nyoman Suartini, didampingi Wakapolres Kompol Aris Purwanto, Kapolsek Rendang Kompol I Made Sudartawan, tampak turun memantau lokasi longsor.

Sementara di Kabupaten Tabanan kawasan paling parah diterjang bencana adalah Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan. Jembatan penghubung Banjar Sanggulan menuju Terminal Kediri putus akibat luapan Sungai Yeh Dati.

Bahkan luapan Sungai Yeh Dati ini juga merendam 3 perumahan di kawasan Sanggulan masing-masing Panorama Sanggulan, Nakula Sanggulan dan Lembah Sanggulan. Akibatnya sekitar 24 kepala keluarga (KK) diarahkan mengungsi di SDN 6 Sanggulan.

Selain banjir terjang kawasan Banjar Sanggulan, 2 rumah warga di Banjar Bajera Sari, Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan juga terendam banjir. Pemilik rumah I Ketut Lanus, 43, dan I Made Astika Dana, 33, terpaksa mengungsi ke rumah warga lainnya.

Rumah yang paling parah terendam banjir adalah milik I Ketut Lanus yang hanya kelihatan atap. Namun kedua rumah ini memang sudah langganan banjir ketika musim hujan. Karena saluran pembuangan berdampingan dengan rumah mereka.

Bendesa Adat  Sanggulan, I Ketut Suranata, menjelaskan jembatan penghubung Banjar Sanggulan menuju Terminal Kediri putus sekitar pukul 10.00 Wita. Panjang jembatan yang ambruk sekitar 15 meter dengan lebar 6 meter. “Jembatan yang putus akibat luapan Sungai Yeh Dati,” ungkapnya. Kata dia, selain memutus jembatan, 3 perumahan sempat terendam banjir setinggi 1 meter. Perumahan yang paling parah terendam banjir adalah Perumahan Panorama dan Perumahan Nakula Sanggulan. “Air itu masuk ke dalam rumah, sampai kulkas di dalam rumah warga tidak kelihatan,” tutur Ketut Suranata.

Dampak dari banjir tersebut, sekitar 24 KK diungsikan ke SDN 6 Sanggulan. Mereka juga akan dibuatkan dapur umum di sekitar lokasi tersebut. “Selain itu karena barang-barang sudah basah, sekitar 24 KK kami arahkan mengungsi di SDN 6 Sanggulan. Kami juga akan sediakan dapur umum,” bebernya.

Menurutnya terjangan banjir terjadi karena air terlalu besar sehingga tidak kuat Sungai Yeh Dati menampung. Apalagi batas sungai dengan perumahan warga berjarak sekitar 1 meter. “Tukad Yeh Dati juga dangkal sekarang posisinya sehingga air meluap naik,” kata Ketut Suranata.

Kapolsek Kediri, Kompol I Gusti Nyoman Wintara, menegaskan banjir akibat meluapnya Sungai Yeh Dati tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Memang ada 1 orang warga, yakni Ahmad Soleh, 26, terpeleset dan sudah dievakuasi menuju Rumah Sakit Puri Bunda. “Jadi tidak ada ada korban jiwa ya, hanya kerugian material,” tegasnya.

Kata dia, dampak dari banjir ini, sebanyak 24 KK diungsikan sementara di SDN 6 Sanggulan. Mereka diungsikan untuk mengantisipasi jika terjadi banjir susulan karena cuaca masih belum baik. “Kita minta mengungsi sementara agar sampai situasi sudah aman,” katanya.

Menurut Kompol Nyoman Wintara, dampak dari banjir tersebut, jalan menuju perumahan hancur. Di mana aspal sebagian besar mengelupas. “Kita masih stand by, mudah-mudahan cuaca mendukung,” harapnya.

Sementara itu dua KK asal Banjar Bajera Sari, Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan yang rumahnya terendam banjir sudah mengungsi dirumah warga. Dua rumah ini memang langganan banjir setiap musim hujan karena luapan air dari saluran pembuangan. “Mereka sudah kami minta mengungsi sementara. Mereka mengungsi di rumah kontrakan warga,” jelas Kelian Banjar Bajera Sari, I Nengah Sukarsa.

Kata dia kondisi rumah yang paling parah terendam banjir adalah milik I Ketut Lanus. Rumah yang dihuni oleh 5 orang anggota keluarga ini kondisinya semi permanen. “Kita sudah usulkan ke desa agar membuat senderan di depan rumah warga agar luapan air dari saluran pembuangan tidak naik. Namun karena kondisi sekarang di tengah pandemi belum bisa terealisasikan,” terangnya.

Sementara untuk kondisi rumah I Ketut Astika Dana tidak terlalu parah terimbas banjir karena berada di posisi selatan. “Namun kami sudah minta mengungsi untuk agar tidak terjadi yang diinginkan,” tandasnya.

Terpisah Kepala BPBD Tabanan, I Gusti Ngurah Sucita, menegaskan pihaknya masih melakukan pendataan terhadap bencana alam yang terjadi di Tabanan. Data sementara baru terdata 14 titik lokasi bencana. Mulai dari banjir, Pelinggih Piyasan Longsor, tembok penyengker warga longsor, pohon tumbang.

“Data masih terus kita uptade,” tegasnya. Kata dia penanganan kejadian bencana dilakukan berjibaku bersama masyarakat, polisi, TNI. “Untuk korban jiwa sejauh ini belum ada, kita berharap tidak terjadi,” tandas Sucita. *k16, des

Komentar