nusabali

Bendesa Adat Se–Kecamatan Mengwi Gelar Paruman Mangu Kertha Mandala

Bahas Pujawali Pura Taman Ayun

  • www.nusabali.com-bendesa-adat-se-kecamatan-mengwi-gelar-paruman-mangu-kertha-mandala

MANGUPURA, NusaBali
Bendesa adat se-Kecamatan Mengwi menggelar Paruman Mangu Kertha Mandala, Minggu (4/10), di Pura Taman Ayun, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi.

Paruman ini dilaksanakan sebagai persiapan pelaksanaan karya Pujawali di Pura Taman Ayun yang bakal dilaksanakan pada Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (6/10) besok. Sedianya paruman bakal dihadiri 38 bendesa adat se-Kecamatan Mengwi. Namun, hanya 32 bendesa saja yang hadir, sedangkan sisanya berhalangan. Panglingsir Puri Ageng Mengwi AA Gde Agung usai memimpin paruman tersebut di balai panjang Pura Taman Ayun, mengatakan paruman kali ini salah satunya untuk membahas persiapan karya Pujawali di Pura Taman Ayun, dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan (prokes).

“Kita ingin menjadi contoh, melaksanakan kegiatan adat dan agama sesuai dengan imbauan pemerintah agar aman dari Covid-19,” ujar Gde Agung.

Menurut Gde Agung, Pujawali kali ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Pasalnya, prokes pencegahan Covid-19 harus dilaksanakan secara ketat. “Jadi, krama yang masuk ngaturang bhakti ke Pura Taman Ayun, harus tunduk kepada protokol Covid-19. Mereka yang tidak memakai masker, saya tidak persilakan masuk ke pura. Pamedek yang datang harus dicek suhunya dan wajib mencuci tangan,” tegas Gde Agung.

“Untuk persembahyangannya kita juga atur jaraknya, agar social distancing diterapkan. Biasanya di hari biasa, selama Ida Bhatara nyejer, tiga hari pun masih penuh,” imbuhnya.

Gde Agung menambahkan, saat ngaturang bhkati, krama diimbau untuk mengantre di balai panjang atau balai gong jaba tengah pura terlebih dahulu, menunggu giliran masuk ke pura.

Mengingat Pujawali dilakukan di tengah pandemi Covid-19, Gde Agung yang notabene mantan Bupati Badung dua periode (2005-2010, 2010-2015), menyatakan akan meniadakan beberapa kegiatan yang biasanya dilaksanakan, misalnya tradisi maleladan dan tetabuhan untuk iring-iringan maleladan. “Biasanya prosesi maleladan berkelompok, tetapi berkenaan dengan pandemi Covid-19, kita harus taat dengan protokol kesehatan, maka saya memutuskan Ida Bhatara nyejer selama satu hari, dan piodalan tetap dilaksanakan pada puncaknya di hari Selasa (besok) mulai pukul 17.00 Wita hingga selesai,” ujarnya.

Di samping itu, tetabuhan gamelan juga tidak ada dalam upacara di Pura Taman Ayun. “Jadi kami paling ada gambelan selonding saja di pura, dan itu bisa diatur karena itu gamelan sakral. Pamedek biasanya dari seluruh Bali dan Ida Bhatara nyejer biasanya tiga hari, tapi dengan kondisi saat ini cukup dilakukan sehari saja. Kami mohon maaf tidak bisa memberikan pelayanan itu. Kita mengimbau para pamedek yang jauh bisa melakukan persembahyangan di merajan dadianya masing-masing ngayat ke Pura Taman Ayun,” tandas Gde Agung.

Paruman Mangu Kertha Mandala kemarin, tidak saja membahas mengenai pujawali semata. Namun juga membahas sejumlah topik-topik yang berkaitan dengan adat, agama, serta dresta masing-masing yang tergabung dalam Mangu Kertha Mandala. “Saya juga menekankan dalam paruman ini tidak ada pembahasan mengenai politik praktis,” kata Gde Agung. *asa

Komentar