nusabali

Lengang, Pujawali Pura Sakenan Digelar Terbatas

  • www.nusabali.com-lengang-pujawali-pura-sakenan-digelar-terbatas

Pujawali kali ini tidak diisi dengan nyejer. Bagi yang wajib nunas tirta di Pura Sakenan diharapkan maksimal dua orang saja.

DENPASAR, NusaBali

Tidak seperti biasanya, Pujawali di Pura Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar Selatan pada Hari Suci Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (26/9), terlihat lengang. Tidak ada kendaraan pamedek yang berjejer di luar pura. Begitu juga tidak ada umat yang berdesak-desakan untuk nangkil.

Lantaran kasus Covid-19 yang masih tinggi di Provinsi Bali, Pujawali kali ini tidak diisi dengan nyejer, sehingga krama (pamedek) diminta untuk menghaturkan bakti dari rumah masing-masing. Sedangkan panitia dan umat yang wajib nunas tirta ke Pura Sakenan diberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Setiap umat yang memasuki Pura Sakenan dicek dan diberikan hand sanitizer.

“Pujawali di Pura Sakenan tetap kami lakukan. Namun tidak ada panyejeran. Tidak dihadiri oleh pamedek (masyarakat umum yang beragama Hindu), cuma dihadiri oleh pamangku prasanak Pura Sakenan saja,” ujar Manggala Yadnya Pujawali Pura Sakenan Ida Bagus Gede Pidada.

Pada puncak Pujawali kemarin, dihaturkan upakara berupa pebangkit dan pakelem ke segara dipuput oleh Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Tegal Sari Denpasar dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud. Tidak ada nyejer seperti biasa. Sehabis pujawali dilanjutkan pada Umanis Kuningan, Minggu (27/9) hari ini, diadakan bakti pengayar pada pagi harinya dengan sarana pulegembal, dan langsung dilanjutkan panyineban. Bakti panyineban akan dipuput oleh Ida Pedanda Putra Telaga Sanur dari Griya Telaga Gulingan Sanur.

“Sedangkan untuk pamedek sareng sami (masyarakat umum) diharapkan menghaturkan bakti dari rumah masing-masing dengan jalan menghaturkan pejati di merajan. Karena kami tidak menggelar panyejeran. Kalau pujawali sebelumnya, Pura Sakenan nyejer tiga hari sehingga umat dari seluruh Bali bisa nangkil,” tutur IB Pidada.

Dikatakannya, para penyungsung Pura Sakenan yang berada di daerah masing-masing, wajib nunas tirta ke Pura Sakenan. Menurut IB Pidada, hampir semua daerah di Bali memiliki pura penyungsung Pura Sakenan. Terutama sekali di kalangan subak. Karena Pura Sakenan merupakan Pura Penangluk Merana, di mana tirta dari Pura Sakenan berfungsi untuk melebur segala wabah yang terjadi di persawahan. “Makanya wajib nunas tirta ke Pura Sakenan pusat. Kalau tidak nunas tirta di Pura Sakenan pusat, tidak bisa menghaturkan pujawali di penyungsung pura sakenan masing-masing,” ujarnya.

Karena itu, bagi yang wajib nunas tirta di Pura Sakenan diharapkan maksimal dua orang saja, untuk menghindari kerumunan. Hal ini tentu tidak seperti pujawali biasanya, di mana krama t berbondong-bondong bahkan mapeed untuk nunas tirta ke Pura Sakenan. “Kalau dulu desa-desa mapeed mau nunas tirta ke Sakenan. Karena sekarang kondisi pandemi, maka yang nunas tirta kami batasi dua orang saja. Wajib terapkan protokol kesehatan yang ketat. Kami juga minta bantuan Pemkot Denpasar (Dinas Kesehatan) untuk mengatur saat masuk pura,” tandas IB Pidada. *ind

Komentar