nusabali

Mahasiswi Hindu yang Terbiasa Pakai Jilbab

Ni Made Ayu Masnathasari, Lulusan FK UMI Makassar

  • www.nusabali.com-mahasiswi-hindu-yang-terbiasa-pakai-jilbab

MAKASSAR, NusaBali
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar tengah menjadi sorotan. Pasalnya, baru-baru ini salah satu mahasiswinya lulus sebagai mahasiswi Hindu pertama yang lulus dari Fakultas KedokteranUMI Makassar.

Dialah Ni Made Ayu Masnathasari, mahasiswi program studi Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UMI. Viralnya kisah Ayu Masnathasari bermula dari video wawancaranya bersama Zakir Sabara yang merupakan Dekan Fakultas Teknologi Industri UMI dalam upacara Pembacaan Sumpah Dokter UMI, yang kemudian dibagikan melalui akun Instagramnya. Sontak, fenomena ini pun menuai decak kagum para warganet. Sebab dalam video ini terungkap, bahwa selama lima tahun lebih menjalani masa studi, Ayu mengikuti perkuliahan dengan menggunakan busana muslimah, lengkap dengan jilbab sebagai penutup kepala.

Kepada NusaBali melalui wawancara via telepon pada Sabtu (19/9) malam, Ayu Masnathasari bercerita mengenai perjalanannya mengikuti perkuliahan di Universitas Muslim Indonesia. Terungkap, Ayu yang lahir dan dibesarkan di Kabupaten Takalar, Makassar, Sulawesi Selatan ini sempat berkeinginan untuk pulang ke Bali.

“Kan memang dari SMA itu rencananya ingin pulang ke Bali, cuma pas itu daftar ternyata nggak dapat kuliah di Bali. Terus ternyata pembukaan universitas di Makassar waktu itu yang masih hanya swasta. Nah, swasta yang ada Kedokterannya itu hanya UMI. Itu tahun 2014. Akhirnya coba daftar, dapat izin orang tua, ternyata lulus tes tulisnya. Setelah itu, cari-cari info, apakah benar bisa yang non Muslim diterima, ternyata memang benar diterima, hanya saja memang harus ikuti kebijakan sama aturan tata tertib yang ada di kampus itu,” kenang Ayu.

Selama menjalani kuliah di masa preklinik, umumnya mahasiswa UMI diwajibkan untuk mengikuti pendidikan pesantren selama satu bulan. Sebagai mahasiswa non Muslim, Ayu diberi kebijakan untuk bisa melakukan pendidikan tersebut di Pura. “Kegiatannya kemarin, biasa datang ke Pura, diskusi dengan Pemangku yang ada di Pura. Nanti ada laporannya, laporan daftar hadir dan kegiatan yang nanti dikembalikan ke pihak kampus atau fakultas sebagai pengganti dari kegiatan sebulan di pesantren itu,” ungkapnya.

Demikian juga dengan mata kuliah yang didapat Ayu selama menempuh masa studi. Ayu merasa, bahwa selama belajar di FK UMI, dirinya menjalani pendidikan yang disiplin dan ketat. Kedisiplinan ini terutama dalam hal berpakaian, etika, dan memahami materi perkuliahan. Dirinya juga banyak mendapatkan materi-materi perkuliahan yang berbasis Islami. Bahkan, terdapat materi mengenai Islam Disiplin Ilmu keodkteran. Ilmu-ilmu inilah, yang nantinya diaplikasian pada saat menempuh masa koas sehingga ilmu tersebut tersampaikan ke masyarakat.

Lima tahun lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus, tentu bukan hal yang mudah dilakukan Ayu. Mulai dari cara berpakaian, mengikuti aturan-aturan kampus, dan perkuliahannya. Ayu pun merasakan keraguan dalam dirinya dalam menjalani hal-hal tersebut. Namun, lahir dan besar di Takalar membuatnya semakin terbiasa. Dirinya juga terus berusaha untuk menjaga sikap, ucapan, yang membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Tentu, terdapat pro dan kontra oleh orang-orang di sekitarnya. Namun hal ini dirasakan oleh Ayu di masa awal berkuliahnya saja. Lama kelamaan, orang-orang di sekitarnya pun menerima Ayu dengan baik. “Akhirnya orang-orang di sekitar juga membuka pintu rumahnya dengan baik, menerima saya, berteman dengan saya dengan baik, jadi malah mereka yang akhirnya teman-teman saya, merangkul saya. Jadi akhirnya bisa sama-sama sampai akhir sampai pada Sumpah Dokter kemarin,” lanjut gadis kelahiran Takalar, 3 Agustus 1995 ini.

Sementara itu, orang tua Ayu sendiri telah memberikan restu dan kepercayaan pada Ayu untuk menjalani masa studinya di UMI untuk menuntut ilmu. Meski sempat menemui pro dan kontra dari keluarga besarnya, namun keluarganya juga akhirnya menerima. Pada akhirnya, terdapat pemahaman bahwa seseorang tidak dilihat dari pakaiannya saja, namun juga sikap dan perbuatannya.

“Sebenarnya agama itu ada di dalam hati. Kedamaian itu di dalam hati. Jadi di mana pun kita berada, kalau memang sudah niat dan hatinya dalam satu nama, ke mana-mana pasti satu saja. Bukan berarti kalau kita masuk ke rumah orang lain, mengikuti aturan dari rumah orang lain, kita akhirnya berpaling. Hanya saja kita kan belajar untuk buka wawasan, buka pandangan kita, bahwa ternyata tidak hanya kita sendiri yang ada di kehidupan ini. Banyak hal lainnya yang perlu kita pelajari, perlu kita pahami, maka dari itu kita bisa lebih bertoleransi,” pesannya.

Meski lahir dan besar di Takalar, di beberapa kesempatannya berlibur atau terdapat acara-acara khusus, dirinya menyempatkan diri untuk pulang ke Bali. Sebab, keluarga besar Ayu sendiri berasal dari Desa Piling, Penebel, Tabanan. Setelah pengambilan Sumpah Dokter yang dilaluinya pada 17 September 2020 lalu ini, dirinya pun memiliki ancang-ancang untuk mengikuti program intership ke Bali. “Internship itu nanti setahun, kita bisa memilih di rumah sakit manapun. Jadi mungkin saya akan kembali lagi ke Bali,” tandas Ayu Masnathasari.*cr74

Komentar