nusabali

Dipuput Lima Sulinggih, Terapkan Prokes Ketat

Puncak Karya di Pura Puseh lan Desa Pecatu

  • www.nusabali.com-dipuput-lima-sulinggih-terapkan-prokes-ketat

MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Pecatu melaksanan Puncak Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, lan Tawur Balik Sumpah di Pura Puseh lan Desa, Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Sukra Paing Dunggulan, Jumat (18/9).

Puncak Karya yang dipuput oleh lima Sulinggih ini menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Dimana semua krama yang mengikuti prosesi tersebut wajib memakai masker dan mencuci tangan serta mengikuti pengecekan suhu oleh pecalang yang bertugas.

Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta didampingi Prawartaka Karya serta para prajuru memaparkan, puncak karya ini sudah dimulai sejak pagi hari. Puncak karya ini dienter oleh Sulinggih dan Sang Yajamana Karya. Pihaknya menerapkan protokol kesehatan secara ketat dalam pelaksanaan karya ini sesuai arahan pemerintah, sehingga tidak semua krama hadir pedek tangkil dalam prosesi karya. Dimana karya hanya diikuti Jro Mangku, srati banten, prajuru desa adat serta pengampok karya. “Jadi tidak semua krama hadir pedek tangkil karena situasi saat ini harus mengikuti protokol kesehatan. Kita batasi untuk hadir secara langsung,” ujar Sumerta disela-sela rangkaian upacara itu.

Setelah puncak karya, selanjutnya akan dilakukan meilen-ilen sesuai dresta setempat serta akan ada Parum Ida Bhatara yang akan dilaksnakan di pura setempat. Sedangkan pada Sabtu (19/9) hari ini akan dilaksanakan puncak Pujawali di Pura Desa. “Kami menyampaikan terimakasih kepada semua krama yang sudah melaksanakan arahan panitia dari desa adat sehingga kegiatan berjalan dengan baik dan semua mengikuti protokol kesehatan,” ujar Sumerta sembari menambahkan untuk warga yang memiliki gejala sakit atau kurang sehat diharapkannya agar ngrastiti dari rumah.

Lebih jauh diterangkannya, untuk dudonan karya secara umum diawali dengan naceb taring pada 11 September, dilanjutkan Tawur pada 14 September dan pada Jumat pagi melaksanakan Puncak Karya di Pura Puseh lan Desa.

Selanjutnya mengikut dudonan karya yaitu nyenuk, memasar dan terakhir ngungkap setra. Karena sempat dilaksanakan nyengker setra selama karya berlangsung dan akan dibuka atau diungkab pada 2 Oktober mendatang. Sejak saat prosesi, kalau ada yang meninggal bisa dilaksanakan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan, karena upacara nyineb akan dilaksanakan pada 1 Oktober. “Kalau ada warga meninggal saat setra disengeker selama karya, tetap bisa melaksanakan dengan nyilib,” imbuh Sumerta.

Menurut Sumerta, Pura Puseh lan Desa Pecatu yang baru selesai dibangun ini sebagian merupakan tempat Pura Puseh yang lama dan sebagian lagi dibeli dari masyarakat, sehingga luas keseluruhan mencapai 50 are lebih. Ida Bhatara yang sebelumnya melinggih di Pura Desa yang lama sudah dipindahkan ke tempat yang baru. Harapannya, dengan dibangunnya pura secara swadaya dan memanfaatkan material lokal tersebut, krama tidak henti-hentinya ngrastiti dan tetap melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan areal madya mandala yang sangat luas. “Berbagai kegiatan ke depannya bisa dilaksanakan di sini, termasuk kegiatan pasraman karena berkat bantuan seperangkat gong lengkap oleh Pemkab Badung. Ini nantinya akan menjadi pusat kegiatan seni yang dipusatkan di madya mandala. Pura ini kan dibangun dengan dana cukup besar dan lengkap, kami harapkan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal dan krama semakin rekat dan menyatu bersama-sama bersatu padu ngayah di sini,” harapnya. *dar

Komentar