nusabali

Krama Banjar Temukus Kesulitan Air

  • www.nusabali.com-krama-banjar-temukus-kesulitan-air

AMLAPURA, NusaBali
Krama Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem mulai mengeluhkan kesulitan air bersih.

Sejak Juli 2020, krama beli air dengan harga Rp 150.000 hingga 200.000 per truk tangki. Kapasitas tangka 5.000 liter. Selain harganya mahal, pedagang kesulitan melayani air karena medan ke Banjar Temukus berat.

Banjar Temukus berada di timur Pura Besakih atau di lereng tenggara Gunung Agung yang merupakan KRB (Kawasan Rawan Bencana) III, sekitar 4,5 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Penduduk Banjar Temukus sebanyak 910 jiwa. Setiap musim kemarau, kesulitan memenuhi air bersih karena di Banjar Temukus tidak ada mata air, hanya ada air rembesan di Tukad Dedari. Warga sangat mengandalkan air hujan. “Saya bawa air ke Banjar Temukus dengan perjuangan berat. Medan berat dan air bergerak-gerak,” ungkap sopir truk tangki, Jro Mangku Ada, Senin (14/9).

Jro Mangku Ada mengatakan, jalur ke Banjar Temukus telah diaspal, namun di jalur-jalur tertentu menuju pemukiman masih berupa jalan tanah dan berlubang, sehingga truk kesulitan melintas apalagi membawa air. Sebab saat melintasi jalan berlubang, air ikut bergerak menyulitkan sopir. “Air tak hanya untuk kebutuhan warga, juga untuk ternak sapi,” ungkapnya. Sementara Ketua Kelompok Tani Jalan Terus Banjar Temukus, I Wayan Artawan, merasakan beratnya menghadapi musim panas karena kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih. Terutama untuk memenuhi kebutuhan 20 anggota yang tergabung di Kelompok Tani Jalan Terus. “Beli air cukup mahal, sedangkan daya beli masyarakat kian melemah, kebutuhan vital air terasa sangat mahal, berharap bantuan dari pemerintah berupa mobil tangki untuk digunakan angkut air sehingga biaya beli air lebih murah,” harapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Ketut Arimbawa, mengatakan di tahun 2020 tidak ada anggaran untuk biaya pengadaan air dan biaya operasional karena telah dialihkan untuk penanganan Covid-19. “Saya sudah sampaikan persoalan ini ke camat dan kepala desa, tidak ada anggaran untuk melayani masyarakat membawakan air ke desa-desa,” jelas Ida Ketut Arimbawa. BPBD sebelumnya beli air untuk didistribusikan ke warga. Air yang dibawakan layak dikonsumsi. “Saya sudah berkoordinasi ke Perumda Tirta Tohlangkir agar dari Perumda menyuplai bantuan air kepada masyarakat,” ungkapnya. Ida Ketut Arimbawa menyadari di musim panas, warga di pegunungan kesulitan air bersih. *k16

Komentar