nusabali

9 Sulinggih Muput Ritual Nyomya Covid-19

Ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi di Desa Budakeling

  • www.nusabali.com-9-sulinggih-muput-ritual-nyomya-covid-19

AMLAPURA, NusaBali
Upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi digelar di Pura Dalem Desa Adat Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu (22/8) malam.

Prosesi ritual yang dipuput 9 Pedanda Budha ini dilaksanakan untuk menyomyakan Covid-19.Dalam upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi yang digelar Sabtu malam mulau pukul 19.00 Wita hingga 21.00 Wita tersebut, 9 Pedanda Budha mapuja mengelilingi kunda berbentuk tempayan besar yang di dalamnya berisi api suci. Upacara ini digelar sesuai dengan hasil paruman Ida Pedanda Buddha di Desa Budakeling, beberapa hari sebelumnya.

Ada pun 9 Pedanda Budha yang muput ritiual Homa Kunda Janan Jamala Semadi malam itu, semuanya berasal dari Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, yakni Ida Pedanda Wayan Jelantik Dwaja (dari Geriya Jelantik), Ida Pedanda Made Gianyar (dari Geriya Kawan), Ida Pedanda Wayan Demung (Geriya Demung), Ida Pedanda Kerta Yoga (Geriya Panji), Ida Pedanda Wayan Datah (Geriya Pekarangan), Ida Pedanda Putra Kawan (Geriya Kawan), Ida Pedanda Made Jelantik Sidemen (Geriya Taman Asri), Ida Pedanda Made Padang (Geriya Padang), dan Ida Pedanda Gede Wayan Datah.

Bendesa Adat Budakeling, Ida Wayan Jelantik Oyo, yang sekaligus bertindak sebagai ketua panitia, mengatakan upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi digelar setelah melakukan kilas balik sejarah di zaman Kerajaan Gelgel, saat diperintah raja Ida Dalem Waturenggong pada abad ke-14. Kala itu, sempat terjadi gering agung, mirip seperti pandemi Covid-19 sekarang.

Menurut Jelantik Oyo, saat itu Raja Gelgel menggelar upacara Homa Kunda Janan Jamala Semadi, dengan membuat kunda yang di dalamnya berisi api suci yang merupakan intisari dari kekuatan api bumi. Bertindak sebagai pemuput upacara Homa Kunda Janan Jamala Semadi ketika itu adalah Ida Bhatara Dang Hyang Astapaka dan Dang Hyang Niraratha.

“Atas khusyuknya ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi ketika itu, seluruh ancaman bahaya di Bali langsung somya (sirna),” ungkap Jelantik Oyo kepada NusaBali di sela pelaksanaan upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi di Pura Dalem Budakeling, Sabtu malam.

Kali ini, di tengah pandemi Covid-19, kata Jelantik Oyo, kembali digelar upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi, dengan tujuan agar gering agung segera berahir. Api suci menyala terus di dalam kunda yang berbentuk tempayan besar, dikelilingi dan dipuja 9 Pedanda Budha.

Masing-masing sulinggih dilengkapi dengan banten persembahan peras pasupati, banten sedana homa, tri ketuka, banten pretista bumi, dan banten pangurip bumi. Sedangkan banten persembahan di Pura Dalem berupa pretista bumi, peras pasupati, sayut sidapurna, sayut pageh tuuh, sayut penolak baya, sayut pengimpas impas, banten dandanan, suci, pejati, dan peras sida lungguh.

Setelah 9 Pedanda Budha selesai mapuja mengelilingi api suci dalam kunda, dilanjutkan dengan muspa bersama. Terakhir, seluruh umat sedharma nunas wangsuh 3 keris pajenengan Ida Bhatara Dang Hyang Astapaka yang disebut Tri Jnana, masing-masing berwarna hitam, putih, dan merah. Wangsuh berupa tirtha, minyak, dan kembang itu sebagian dibawa pulang untuk ditaburkan umat di pekarangan rumah dan sanggah masing-masing.

Menurut Jelantik Oyo, Ida Bhatara nyejer selama 3 bulan lebih hingga Purnamaning Kanem pada Soma Kliwon Uye, Senin, 30 November 2020 mendatang. “Semoga di upacara masineb nanti, ancaman Covid-19 berakhir, seluruh virus yang mengancam umat manusia jadi somya," harap Jelantik Oyo.

Sementara itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengapresiasi digelarnya upacara ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi diPura Dalem Budakeling tersebut. "Semoga Ida Bhatara di Pura Dalem Desa Adat Budakeling menyomyakan kekuatan virus Corona, agar tidak lagi mengancam keselamatan umat manusia," ujar Bupati Mas Sumatri, yang malam itu menghadiri ritual Homa Kunda Janan Jamala Semadi bersama Sekda Karangasem I Ketut Sedana Merta dan Kadis Kebudayaan Karangasem, I Putu Arnawa. *k16

Komentar