nusabali

Pandemi, Konservasi Penyu di Penimbangan Tak Surut

  • www.nusabali.com-pandemi-konservasi-penyu-di-penimbangan-tak-surut

SINGARAJA, NusaBali
Organisasi masyarakat yang bergerak dalam konservasi penyu, Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Penimbangan Lestari, Desa Baktisraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, terus bersemangat menyelamatkan penyu.

Pokmaswas ini menjaga proses penyu bertelur, menetaskan, hingga melepasliarkan tukik-tukik ke laut. Kelompok masyarakat yang dibentuk tahun 2016 ini bekerja secara swadaya. Mereka menyelamatkan keberlangsungan eksosistem penyu di tengah pandemi Covid-19, khususnya di sepanjang pesisir pantai utara wilayah Buleleng.

Gede Wiadnyana, Ketua Pokmaswas Penimbangan Lestari mengatakan, sejak Juni 2020, dia bersama dua puluhan anggota Pokmaswas harus siaga karena sudah memasuki puncak bertelur penyu. Masa bertelur penyu sendiri setiap tahun rutin antara Februari - Agustus. "Sejak Juni sudah masuk masa penyu bertelur. Biasanya hingga Agustus. Selama masa puncak itu dalam satu bulan bisa sampai dua puluhan sarang yang kami temukan. Kalau bertelurnya sudah sejak Februari 2020, namun masih sedikit hanya satu - dua sarang," katanya saat ditemui NusaBali, Selasa (11/8).

Penyu yang bertelur di kawasan ini sejauh ini jenis penyu Lekang dan penyu hijau. Masa bertelur penyu sendiri berlangsung malam hari antara pukul 19.00 Wita - 04.00 Wita dan biasanya dievakuasi pada dini hari saat ditemukan petugas atau warga. Telur-telur tersebut dievakuasi dari pasir pantai ke lokasi khusus area penetasan di penangkaran seluas 7 meter x 6 meter persegi. Karena semakin banyak penemuan dan evakuasi telur, petugas membuat area tambahan di sekitarnya. Setiap titik pengeraman telur diberikan keterangan kapan ditemukan, daerah mana, dan jumlah telurnya.

Wiadnyana mengaku hampir lima tahun mengelola pusat penangkaran hewan yang dilindungi undang-undang ini. Dia mengungkapkan, jumlah sarang dan telur penyu setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sarang penyu yang berhasil ditemukan dan diselamatkan pada tahun 2017 sebanyak 19 sarang, tahun 2018 sebanyak 34 sarang, dan tahun 2019 sebanyak 46 sarang. Dari jumlah sarang tersebut, jumlah telur yang berhasil ditangkar pada tahun 2017 sebanyak 1.633 butir, tahun 2018 sebanyak 3.115 butir, dan tahun 2019 sebanyak 4.450 butir.

Sarang dan telur penyu yang ditangkar sebagian besar berasal dari kawasan Pantai Penimbangan, yang membentang sepanjang 720 meter dari timur ke barat. Namun ada juga sarang dan telur penyu yang ditemukan di luar Pantai Penimbangan seperti di pesisir pantai di wilayah Banjar Camplung dan Banjar Banyuasri. Telur-telur penyu tersebut akan ditangkar sekitar dua bulan lamanya hingg menetas menjadi tukik. Selama masa penangkaran tersebut telur-telur juga mendapatkan perlakuan khusus. "Yang pasti suhu di dalam pasir dijaga sekitar 65 derajat. Kemudian tingkat kelembabannya juga, kalau kurang lembab dikasih air. Di kolam kami pantau kebersihannya, kalu ada jamur atau kotoran akan dibersihkan. Setelah menetas jadi tukik itu kami lepasliarkan saja," imbuhnya.

Menurut Wiadnyana, dalam konservasi ini terpenting bukan seberapa banyak penyu yang dilepas. Tetapi sejauh mana pemahaman setiap orang untuk melindungi penyu. "Termasuk seberapa besar kontribusi dan ketulusan kita melindungi penyu ini," pungkasnya. *cr75

Komentar