nusabali

Menjaga Optimisme Pemulihan Ekonomi Bali

  • www.nusabali.com-menjaga-optimisme-pemulihan-ekonomi-bali

Pandemi Covid-19 telah menekan perekonomian dari segala arah. Guncangan hebat pada aktivitas perekonomian menyebabkan beberapa negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, dan Jepang secara resmi mengumumkan performa ekonomi yang kurang menggembirakan bahkan terancam di ambang jurang resesi.

Statistisi di Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli
Mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Performa perekonomian Indonesia pun harus mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen pada triwulan II 2020 meskipun sempat bertahan tumbuh positif pada triwulan I 2020. Perekonomian Bali juga tidak luput dari hantaman badai pandemi. Setelah dilaporkan tumbuh negatif pada triwulan I 2020, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali kembali merilis kinerja ekonomi triwulan II 2020 yang mengalami kontraksi semakin dalam hingga 10,98 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y). Meskipun demikian ada sedikit harapan dari beberapa indikator ekonomi untuk tetap optimis akan pemulihan perekonomian Bali.

Dilihat dari sisi produksi struktur penyusun perekonomian Bali pada triwulan II 2020 terlihat beberapa kategori lapangan usaha mampu tumbuh positif di tengah gempuran pandemi dibandingkan kondisi triwulan I 2020. Pertumbuhan positif secara (q-to-q) tertinggi tercatat pada kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Fenomena ini diakibatkan oleh meningkatnya nilai tambah akibat memasuki periode panen raya tanaman pangan sehingga mampu tumbuh sebesar 4,17 persen. Kategori berikutnya yang nampak tangguh adalah lapangan usaha kategori Pendidikan dengan dorongan konsumsi rumah tangga memasuki tahun ajaran baru dan disertai dengan insentif tunjangan hari raya sebelum hari raya lebaran. Pada triwulan II 2020 nilai tambah pada kategori Jasa Pendidikan meningkat sebesar 1,96 persen dibandingkan dengan triwulan I 2020. Kategori lapangan usaha lainnya yang konsisten membawa angin segar bagi perekonomian Bali adalah kategori Informasi dan Komunikasi yang tercatat tumbuh 1,28 persen pada triwulan I kemudian  0,76 persen pada triwulan II secara (q-to-q). Capaian ini tentu tidak terlepas dari imbas kebijakan Study From Home ataupun Work From Home yang masih berlangsung selama triwulan II 2020. Peningkatan aktivitas daring dan belanja online menjadi pemicu utama yang mendongkrak pertumbuhan positif kategori Informasi dan Komunikasi.

Harapan kebangkitan perekonomian Bali juga mulai ditunjukkan oleh beberapa indikator makroekonomi lainnya. Perkembangan ekspor barang Provinsi Bali pada bulan Juni 2020 menunjukkan tren meningkat dengan total mencapai 32,26 juta US$ naik 25,24 persen dibandingkan pada bulan Mei yang tercatat sebesar 25,76 juta US$. Nilai Ekspor barang Provinsi Bali di bulan Juni 2020 didominasi oleh produk ikan dan udang yang tercatat sebesar 0,81 juta US$ dengan kontribusi sebesar 19,37 persen dari total ekspor. Dari sepuluh komoditas utama ekspor di bulan Juni 2020, nilai ekspor delapan komoditas meningkat dibandingkan ekspor bulan Mei 2020 (m-t-m), dengan peningkatan tertinggi tercatat pada ekspor produk benda-benda dari batu, gips, dan semen sebesar 107,01 persen, utamanya yang ke Amerika Serikat. 

Sementara itu, komoditas mesin dan perlengkapan mekanik tercatat sebagai komoditas impor dengan nilai terbesar di bulan Juni 2020 dengan kontribusi mencapai 21,08 persen dari total impor Bali. Dari sepuluh komoditas utama impor, tujuh komoditas di antaranya meningkat dibandingkan catatan bulan Mei 2020 (m-t-m), dengan peningkatan tertinggi tercatat pada impor produk mainan yaitu 989,10 persen (sembilan kali lipat), berupa perlengkapan untuk latihan fisik umum, gimnastik, atau atletik. Kecenderungan ini menjadi sinyal positif akan situasi perdagangan antar wilayah di Provinsi Bali yang perlahan mulai bangkit dari keterpurukan akibat krisis pandemi.

Fenomena berikutnya adalah membaiknya gerakan kurva jumlah keberangkatan wisatawan domestik melalui transportasi udara meningkat hingga lebih dari tiga kali lipat dari bulan Mei 2020. Pada bulan Juni 2020 tercatat sebanyak 11.403 orang penumpang sementara itu di bulan Mei 2020 kunjungan hanya mencapai 2.545 orang. Jika dilihat dari kuantitas penumpang dan penerbangan domestik capaian ini mengisyaratkan sinyal pemulihan pada kategori industri transportasi udara. Kabar gembira juga diberikan oleh jumlah keberangkatan kapal dari Provinsi Bali yang mencapai lebih dari dua kali lipatnya di bulan Juni 2020. Meskipun demikian rute penerbangan internasional nampaknya masih terpuruk dengan jumlah penerbangan sebanyak 32 unit atau menurun drastis dari bulan Mei 2020 yang tercatat sebanyak 70 unit. Akibatnya, grafik kunjungan wisatawan mancanegara pun masih melandai dengan perkembangan -42,08 persen dari bulan sebelumnya. Kondisi ini tidak dapat dihindari mengingat masih masifnya kasus korona di Indonesia maupun di Bali sehingga wisatawan masih waspada untuk melancong ke Bali. Dengan mempertimbangkan situasi tersebut, strategi pemerintah untuk menargetkan wisatawan domestik sebagai katalis awal roda perekonomian nampaknya sudah tepat.

Indikator lainnya yang menjadi tumpuan asa pemulihan ekonomi Bali adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Pada Juli 2020 NTP tercatat sebesar 93,92 atau merangkak naik 0,42 persen dari Juni 2020 meskipun masih kurang dari 100. Geliat positif NTP ditopang oleh tiga subsektor yaitu tanaman pangan, peternakan, dan perikanan.  Perayaan Idul Adha diperkirakan menyebabkan permintaan akan sapi potong meningkat dari biasanya. Fenomena ini diduga menjadi salah satu kontributor meningkatnya NTP di subsektor peternakan. Pemerintah Provinsi Bali sudah menyiapkan strategi percepatan penanggulangan dampak Covid-19 terhadap pemasaran pertanian lokal. Program Pasar Gotong Royong Krama Bali digagas sebagai ruang untuk menggairahkan dan menjaga eksistensi petani dengan produk lokal. Program ini diatur oleh payung hukum SE Gubernur Bali Nomor 1536 Tahun 2020 dan telah dimulai pada 7 Agustus 2020. 

Adaptasi kebiasaan baru disepakati oleh Gubernur Bali beserta bupati dan walikota se-Bali dimulai sejak 9 Juli 2020. Pada tahap awal obyek wisata mulai dibuka untuk segmen pasar wisatawan lokal. Perlahan namun pasti, tahap berikutnya ditandai dengan penyambutan wisatawan nusantara per tanggal 31 Juli 2020. Penyesuaian ini tentu tetap memprioritaskan protokol kesehatan untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan wisatawan selama berlibur di masa pandemi. Momentum ini merupakan upaya awal untuk kembali menggairahkan basis perekonomian Bali yaitu industri pariwisata yang nyaris stagnan sejak Maret 2020. Roda perekonomian diharapkan mampu digerakkan oleh pangsa pasar wisatawan domestik secara perlahan. Optimisme pariwisata akan pulih juga dilaporkan dari hasil Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada akhir Juni 2020. Sekitar delapan dari 10 responden meyakini bahwa sektor pariwisata akan pulih sesudah pandemi. Ditinjau dari aspek-aspek yang diutamakan saat akan berwisata, pencegahan penularan Covid-19 menduduki prioritas pertama oleh para wisatawan ketika memutuskan untuk berwisata. Dengan demikian jelas bahwa salah satu kunci pemulihan ekonomi adalah patuh akan protokol kesehatan. Wisata aman wisatawan pun nyaman.

Saat ini pemerintah telah melakukan stimulus ekonomi, dengan memberikan bantuan kepada UMKM, bantuan langsung tunai kapada masyarakat, dan program-program lainnya yang masuk melalui penyelamatan ekonomi nasional (PEN). Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyebutkan pelaksanaannya belum lancar karena realisasi anggaran, dan daya serap masih rendah sehingga tidak bisa menggerakkan daya beli masyarakat seperti dikutip dari Kompas.com. Dengan demikian upaya menjaga daya beli masyarakat juga harus tetap digaungkan. Strategi ini diperlukan untuk mendongkrak sumber pertumbuhan dari konsumsi rumah tangga yang melesu akibat pandemi. 

Kementerian Keuangan telah mulai merealisasikan pembayaran gaji ke-13  sebesar Rp28,5 triliun. Dana tersebut akan di salurkan kepada 4.100.894 orang ASN di seluruh Indonesia seperti yang disebutkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo dilansir dari katadata.co.id. Stimulus lainnya disampaikan oleh Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir yang menyebutkan pemerintah akan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 13,8 juta pekerja non-PNS dan BUMN. Bantuan tunai tersebut rencananya akan mulai direalisasikan pada September 2020 mendatang seperti dikutip dari Kompas.com. Kebijakan ini diharapkan menjadi sumber penggerak roda perekonomian nasional dan regional melalui peningkatan konsumsi rumah tangga atau setidaknya menjaga daya beli masyarakat yang anjlok akibat pandemi Covid-19.

Situasi pada triwulan II memang masih belum pulih dari guncangan pandemi Covid-19. Walaupun demikian semangat untuk bangkit dari jurang pandemi tidak boleh surut. Perekonomian Bali memang tidak sedang baik-baik saja, namun seiring dengan berjalannya waktu dan berbagai stimulus yang dikucurkan oleh pemerintah, optimisme akan pulihnya perekonomian Bali nyata. Perlahan namun pasti, Bali bangkit!


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar